We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Seorang Bos Besar

Bab 2264
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 2264 Hamil?

Tiba-tiba Dewi membuka mata, langsung berbalik dan duduk, “Apa yang mau kalian lakukan?”

Beberapa asisten terkejut. Dokter menjelaskan, “Kamu tenang saja, kami tidak akan melukaimu, hanya ingin

mengambil darahmu untuk dites.”

“Tes apa?”

Dewi belum selesai bicara, beberapa sipir masuk dan menekannya.

Rongrong melingkar di dalam lengan baju Dewi, bersiap untuk keluar dan menggigit orang, tapi malah

dihentikan Dewi....

Belum sampai saat-saat kritis, tidak boleh membiarkan Rongrong muncul.

“Tes apa kamu hamil.”

Nyonya Presiden berkata dengan dingin.

“Hamil??” Dewi tercengang, “Apa tidak salah?”

“Kamu muntah dan mengantuk setiap hari, itu seperti gejala hamil.” Sipir berkata dengan lembut, “Nyonya

Presiden membawa dokter untuk memeriksamu, seharusnya kamu berterima kasih padanya.”

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

“Benar.” Nyonya Presiden melihatnya sambil mencibir, “Kalau kamu mengandung anak Lorenzo, aku harus

memberitahukan kabar baik ini padanya!”

Hati Dewi menjadi kacau dalam sekejap. Begitu mendengar ucapan Nyonya Presiden, dia langsung teringat,

haidnya sudah telat selama sebulan, reaksinya juga tidak wajar beberapa waktu

dekat ini.

Mungkinkah benar-benar ....

Dewi segera memeriksa denyut nadinya sendiri, ekspresinya berubah drastis.

Sebagai seorang tabib, dia tahu jelas apa maksud denyut nadi ini, tapi dia masih tidak berani percaya, dia malah

hamil di saat ini???

Dokter itu sudah maju dengan membawa perawat untuk menekan dan mengambil darahnya.

“Memeriksamu adalah untuk kebaikanmu sendiri.” Nyonya Presiden berkata dengan dingin dan angkuh,

“Sebaiknya kamu bekerja sama dengan patuh. Kalau memakai paksaan dan membuatmu terluka, itu tidak baik.”

“Baik.” Dewi pun tidak melawan lagi, berkata pada dokter, “Mau ambil darah, ‘kan? Aku lakukan

sendiri.”

1/3

Dokter melihat Nyonya Presiden.

Nyonya Presiden mengangguk.

Dokter memberikan peralatan pada Dewi. Dewi mengambil daralinya sendiri sebanyak satu tabung, “Tes dengan

baik, beri tahu aku kalau sudah ada hasil.”

“Aku akan menunggu di sini, menunggu hasilnya denganmu.”

Nyonya Presiden duduk di kursi yang berada di luar.

Dokter dan asisten bergegas pergi sambil membawa sampel darah.

Sipir membawakan teh untuk Nyonya Presiden. Nyonya Presiden memberikan isyarat, sipir juga. membuatkan

sepoci teh untuk Dewi, juga memberinya camilan lezat.

“Makanan di sini benar-benar tidak enak, dari dulu sudah harus diperbaiki.”

Dewi juga tidak sungkan, langsung minum beberapa cangkir teh hangat, lalu mulai makan camilan dengan

gembira.

“Kamu tidak takut ada racun?” Nyonya Presiden melihatnya dengan dingin.

“Takut apa?” Dewi sama sekali tidak peduli, “Kalau meracuniku sampai mati, apa yang akan kamu pakai untuk

memancing Lorenzo keluar?”

“Memang pintar.” Nyonya Presiden juga tidak menyangkal, “Berhubung kamu begitu pintar, kalau begitu, coba

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

kamu tebak, kenapa aku mau menangkapmu?”

“Bukankah demi menghadapi Lorenzo?” Kata Dewi dengan dingin.

“Itu hanya salah satu alasan.” Nyonya Presiden melihatnya dengan kejam, “Semua yang kamu tanggung

sekarang adalah untuk membayar dosamu sendiri.”

“77?” Dewi tercengang, “Aku mau tanya, aku tidak pernah melakukan kesalahan seumur hidup ini, dosa apa

yang aku miliki?”

“Kelihatannya kamu sudah lupa....”

Nada bicara Nyonya Presiden dipenuhi kebencian.

Dewi sangat bingung. Apa yang dia lupakan? Dia berpikir dengan cermat, dia memang tidak pernah melakukan

kesalahan apa pun, bahkan tidak punya musuh....

Kecuali Juliana dan.....

Tiba-tiba, sebuah sosok muncul di benak Dewi, Denny!!!

“Mungkinkah Denny?” Dewi melihat Nyonya Presiden dengan tercengang.

Sorot mata Nyonya Presiden sedikit menghindar ....

“Mungkinkah Denny adalah anak harammu??” Dewi menebak dengan berani.

“Cih!!!” Nyonya Presiden marah sampai wajahnya pucat. “Dasar bocah, omong kosong apa yang kamu

katakan??”