We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Tidak Ada yang Tidak Mungkin, Jangan Pergi Full Episode

Bab 12
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Sesaat, rasa sakit yang tajam menghujamnya, menyeBabkannya menjerit kesakitan. Saat

itu, pria itu memaksa dirinya dengan agresif, berkali-kali. Rasa sakit, kebencian, dan

penghinaan mengancam untuk mencabik-cabik Vivin. Dia ingin melawan pria itu, tetapi

dia terlalu lemah untuk membela diri dari serangannya. Oleh karena itu, satu-satunya

pilihannya adalah menanggung segalanya… Setelah melalui apa yang tampak seperti

hamparan kegelapan dan rasa sakit yang tak terbatas, lingkungan Vivin tiba-tiba berubah.

Sekarang, dia dikelilingi oleh badai petir, saat guntur di kejauhan menggelegar. Tubuhnya

benar-benar memar, Vivin menyeret dirinya di sepanjang jalan. Dia membungkus pakaian

compang-campingnya erat-erat di sekitar dirinya saat dia terhuyung-huyung di tengah

hujan. Sambil memegang ponselnya, dia dengan panik memutar nomor, berulang-ulang.

Bian… Bian, kamu di mana? Aku sangat takut. Cepatlah datang dan selamatkan aku…

Sayangnya, tak peduli berapa kali dia meneleponnya, yang bisa dia dengar hanyalah

suara otomatis yang dingin, “Maaf, nomor yang Anda tuju sedang sibuk. Silakan coba

lagi.” Akhirnya, karena tidak mampu menahan penderitaannya lebih lama lagi, Vivin

ambruk di tengah hujan… Melihat Vivin, yang saat ini berkeringat dingin, Finno tidak bisa

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

menahan diri untuk tidak mengerutkan kening. Dia mengalihkan pandangannya pada

dokter, yang ada di sisinya, dan bertanya, “Apakah dia benar-benar baik-baik saja?” “Tak

perlu khawatir, Tuan Normando. Dia hanya demam karena kedinginan. Sampai sekarang,

dia mungkin mengalami mimpi buruk.” Setelah mendengar kata-kata sang dokter yang

meyakinkan, Finno segera tampak lega. Segera setelah dokter pergi, Finno mengalihkan

pandangannya ke arah Vivin yang sangat pucat. Hampir menyentuh dahi Vivin, Finno

terkejut, ketika dia melihat tubuh Vivin mulai bergetar, “Vivin?” Finno tidak bisa menahan

diri untuk tidak mengerutkan alisnya lagi. “Kamu baik baik saja?” Jelas, Vivin masih dalam

keadaan linglung. Bibirnya sedikit terbuka, saat serangkaian kata keluar dari bibirnya.

Kerutan kecil segera muncul di wajah Finno. Membungkuk, dia segera mendengar kata-

kata yang digumamkan Vivin. “Bian… Selamatkan aku… Di mana kamu? Bian… Tolong

percaya padaku…” Bian? Finno kembali tegak, saat kilatan berbahaya menyala di

matanya. Nama pria itu lagi. Dia menatap Vivin yang berada di tempat tidur. Meskipun

wajahnya pucat pasi, namun tidak menyembunyikan kecantikannya. Ini sangat jelas, saat

dia menatap mata Vivin yang mulai terbuka. Finno belum pernah melihatnya menunjukkan

kerentanan seperti itu sebelumnya. Dia merenungkannya untuk sementara waktu.

Sekarang dia memikirkannya, wanita ini selalu bertindak dengan cara yang agak hati-hati.

Vivin tampak jauh, sejak awal, ketika dia pertama kali bertemu dengan Vivin. Vivin tak

pernah sekalipun bergantung padanya. Bahkan, Vivin mungkin tidak pernah berniat

melakukannya. Namun, dia tampak seperti dipenuhi dengan kegandrungan dan

kepercayaan, untuk pria bernama Bian. Dia telah memberikan instruksi kepada Noah

untuk menyelidiki masa lalu Vivin. Karena Noah adalah orang yang sangat efisien, dia

segera merangkum peristiwa dari segala sesuatu yang telah terjadi pada Vivin. Misalnya,

Finno tahu bahwa Vivin memiliki cinta pertama yang tak terlupakan. Namun, meskipun

demikian, dia sudah terputus dengan cinta pertamanya, dua tahun lalu. Meskipun dia

belum pernah memeriksa nama dan latar belakang cinta pertama Vivin, sepertinya orang

itu bernama Bian. Finno mulai merasa sangat murung, karena pemikiran itu, untuk alasan

yang tak dia ketahui. Finno merasa sangat murung tanpa alasan yang dia sendiri tak tahu.

Pikirannya berlarian tak berarah. Saat itu, Vivin tiba-tiba membuka matanya. Dia segera

meredam emosinya, lalu menatap Vivin. “Kau baik-baik saja?” Vivin mengerjap dan baru

tersadar bahwa dia berbaring di kamar vila, dengan infus menempel di tangannya. “Kau

yang membawaku pulang ke rumah?” tanya Vivin tercekat, tenggorokannya terasa kering.

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

“Ya,” jawab Finno acuh sambil menyerahkan secangkir air hangat padanya. “Terima

kasih.” Vivin menerimanya dan segera meminumnya perlahan. Ketika Finno memandangi

wajah Vivin yang kembali dingin dan sopan, entah kenapa dia merasa frustrasi. “Vivin.”

Finno tiba-tiba bertanya, “Siapa Bian?” “Ehem!” Vivin tidak pernah mengira Finno akan

bertanya tentang itu padanya. Batuknya yang keras, membuatnya tersedak. “Hati-hati.”

Saat Vivin kebingungan, Finno tetap terlihat tenang sambil menepuk punggungnya.

Karena panik, Vivin mendongak. Dia melihat tatapan Finno yang mendarat di dagunya

yang memar. Memarnya cukup jelas. Finno bergegas mengambil salep di kotak medis

yang terletak di meja samping tempat tidur. Dia menekan wadahnya sehingga isi salep

keluar ke tangannya. Dengan segera dia oleskan ke dagu Vivin yang memar. Vivin merasa

sensasi dingin menjalar di dagunya. Namun, dia segera melirik Finno dengan seksama dan

bertanya ragu, “Kau tahu Bian darimana?” “Kau meneriakkan namanya saat tidur.” Vivin

tertegun. Dia baru ingat, dia baru saja memimpikan kejadian dua tahun lalu itu, ketika

tidur. Keputusasaan merayap di matanya. Sebelum Vivin bisa menjawab, Finno perlahan

memotongnya. “Vivin, aku tidak peduli dengan masa lalumu. Tapi kuharap kau paham.

Sekarang, kau adalah istriku dan aku tidak suka istriku meneriakkan nama pria lain.”