Bab 168
Tasya menyaksikan pemandangan di hadapannya dan perasaan yang tidak dapat dijelaskan seketika muncul. Apa
tidak masalah kalau aku terus membiarkan pria ini masuk dalam hidup kami? Bagaimana kalau Jodi terbiasa
melihat dan dekat dengannya setiap hari? Apa Jodi akan sedih kalau dia tiba–tiba menghilang dari kehidupan kami?
“Mama, ayo belanja bahan makanan. Aku ingin ke mal.”
“Baiklah. Ayo pergi ke mal hari ini,” jawab Tasya sambil tersenyum.
Elan pun mengendarai mobilnya ke mal dekat rumah. Setelah sampai supermarket, Tasya sibuk memilih sayuran
segar sedangkan Elan menemani Jodi memilih mainan. Wanita itu kemudian menuju bagian buah–buahan. Saat
melihat durian, dia tiba–tiba ingin membelinya karena sudah lama tidak makan durian.
Jadi, dia memilih satu buah durian yang cukup besar dan menimbangnya. Harganya lumayan mahal sampai
membuatnya meringis. Namun, tidak apa–apa sesekali menghabiskan uang untuk berbelanja.
Setelah itu, Tasya mencari Jodi dan Elan, tetapi dia malah melihat kereta dorong mereka penuh dengan mainan.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtMeskipun pasrah, Tasya berpikir dalam hati, Apa dia sedang memanjakan Jodi? Mainannya terlalu banyak!
“Mama, Om Elan membelikan semua ini untukku.” Jodi duduk di kereta dorong dan memamerkan mainannya.
“Tidak baik menghabiskan uang Om Elan sebanyak itu hanya untukmu. Kita pilih satu yang paling kamu sukai saja,
ya?” jelas Tasya pada putranya.
Mendengar ucapan itu, Elan berkata dengan suara baritonnya, “Ini semua hadiahku untuk Jodi. Mainannya juga
mendidik.”
“Aku suka semuanya.” Jodi pun cemberut karena menginginkan semua mainan itu.
Tasya hanya bisa menggeleng pasrah. “Kali ini saja, ya? Ayo kita ke kasir.”
Dia baru saja mau membayar belanjaannya sendiri, tetapi sebelum dia bisa
mengambil ponsel, Elan nua terlebih dahulu membayar. Sayang sekali aku hanya mengambil alih durian. Aku pusti
ambil dua kalau tahu dia yang bayar
Begitu kembali ke mobil, jodi mcncium aroma yang menyengat. “Mama beli durian Baunya enak!”
“Iya, Mama beli dunian Musang King Ayo pulang dan makan durian.”
“Ionel Aku suka sekali dunian!” Joci juga jadi suka curian karena ibunya,
Sementara itu, Llan yang masih berdiri di samping mobil sedikit mengennyit kurna bu illu
Santibaciumal, Lesyat segera membekali duniannya dan baunya seketika memenuhi seluruh rumala Dumi lahkan
caring durian itu di piring dan membawanya ke ruang tamu semena Joci sucali mencuci tangan dan menunggu
dengan sabar di sola
Tasya melirik Clan disola dan menawarkan, “Ayo makan juga.”
“Aku tidak suka,”tolak Elan
Namun, Tasya bersikeras dan memberinya satu. “Imi enak. Kenapa tidak coba dalulu?”
“Om Elan, cobalah Durian itu sangat enak!” Jodi memegang curian dan melahapnya sambil berbicara
Kalau saja orang lain yang inemaksa, Elan pasti akan menolak. Akan tetapi, Tasya dan Jodi yang memaksa (lan
pengaruhi mereka entah bagaimana sangat kuat. Akhirnya, Elan menahan rasa jijiknya, meraih sepotong kecil, dan
membuka mulutnya sedikit untuk mencicipi.
Rasanya ternyata lebih enak dari yang dia cuga. Saat mencicipi durian dengan hati–hati, rasanya begitu kaya,
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmtetapi tidak menyengat. Teksturnya juga lembut dan penolakannya di awal perlaluan runtuh. Dia pun mengangkat
kepala, imenoleh, dan mengangguk pada Tasya. “Enak.”
“Iya, ‘kan? Apa kubilang!” Entah mengapa, Tasya seketika merasa puas. Dia agak senang karena berhasil memaksa
pria itu mencoba durian.
“Apa masih ada lagi? Kamu cuma beli itu?” tanya Elan karena merasa kurang
Tasya mengerjap. “Durian Musang King itu mahal. Beli satu saja sudah menghabiskan uang. Aku berharap suatu
hari aku bisa makan durian kapan pun aku mau.”
“Aku bisa mewujudkan harapanmu dengan mudah,” kata Elan sambil memicingkan mata. Aku bisa membelikan
durian sebanyak yang kamu mau sampai kamu muak.
“Tidak perlu. Aku akan cari uang dan beli sendiri nanti!” Setelah mengatakan itu, Tasya melirik jam dan berkata,
“Aku harus masak untuk makan malam. Tolong jaga Jodi.”
Setelah itu, Tasya melangkah ke dapur sedangkan Elan membawa Jodi ke area bermain untuk membuka mainan
yang baru dibeli. Ada binar kasih sayang di mata Elan saat melihat Jodi bersemangat membuka mainan barunya.
Detik itu juga, Elan merasa seolah–olah Jodi adalah anaknya sendiri.
Previous Chapter
Next Chapter