Bab 1235 Hubungan Kami Sudah Berakhir
“Muda? Belum dewasa?! Lathan menghabiskan miliaran hanya untuk Bianca! Bagaimana kalian akan mengatasi
hal ini?!” Sungguh pernyataan yang menyakitkan bila menuduh Ira naik darah bersamaan dengan setiap
pertanyaan yang dia lontarkan.
“Itu bukan salah saya. Dia menghabiskan uang itu dengan sukarela,” Bianca tidak membuang- buang waktu
dengan membalasnya.
Mendengar jawabannya, Ira pun geram. “Apa?! Berani–beraninya kamu mengabaikan masalah
ini?!”
Qiara sedikit terkejut karena tidak menyangka situasinya semakin memanas. Dia bangkit dan berkata, “Ayah, Ibu,
bagaimana kalau kita pulang terlebih dulu?”
“Qiara, apakah kamu senang sekarang?” Bahkan dalam situasi seperti ini, Bianca masih sempat melempar semua
kesalahan pada Qiara.
Ucapannya yang tidak beradab itu membuat Qiara tidak bisa berkata–kata.
Lathan mencintai Bianca dengan tulus. Oleh karena itu, dia berbalik pada Ira dan berkata, “Ibu, sudah, hentikan. Ini
masalah saya dan Bianca. Kami bisa selesaikan masalah kami sendiri.”
Bianca yang
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtkesal melempar peralatan makannya dengan kasar, mengambil tasnya, dan pergi. Akibatnya, Lathan segera
mengejar sambil memanggil, “Bianca!”
Maggy dan Biantara merasa malu. Ira kemudian mencibirnya, “Saya rasa Lathan tidak cukup beruntung menikah
dengan Bianca. Tidak perlu ada pembahasan lagi mengenai hal ini!”
“Maafkan kami. Kami sangat menyesali perbuatan Bianca. Kami akan menegurnya saat di rumah.
nanti.”
“Ayah, Ibu, kami pergi dulu.” Kemudian, Qiara menyenggol lengan Nando, dan keluar dari sana.
Tersisa Maggy dan Biantara di ruang itu, dan terus meminta maaf kepada Keluarga Perwira.
Ketika akhirnya berhasil melarikan diri dari sorot mata orang–orang di koridor restoran, Qiara pun mengelus–elus
dadanya, merasa sedikit khawatir tentang orang tuanya. “Mereka tidak akan berkelahi, bukan?”
“Tidak, tetapi dua keluarga itu akan bermusuhan,” Nando menyimpulkan dengan alis menukik.
Qiara tidak memperhitungkan kenekadan Bianca yang tanpa malu–malu lagi. Bagaimana bisa dia pergi begitu saja,
meninggalkan orangtua dengan segala kekisruhan ini?
Saat berjalan ke pintu masuk restoran, Nando dan Qiara mendengar pertengkaran di luar pintu dan melihat dua
orang yang jelas sedang beradu mulut.
Qiara kemudian mendekat dan menyadari bahwa dua orang itu adalah Bianca dan Lathan.
Lathan memegang tangan Bianca, yang ingin pergi, dengan sekuat tenaga, terus menerus meminta maaf seakan
ini semua adalah salahnya.
Sementara itu, Bianca masih berusaha melepaskan tangannya dari pegangan Lathan dengan raut wajah masam
seakan jijik meskipun hanya disentuh Lathan.
Qiara menyaksikan pertengkaran itu dengan tenang dari tepi. Dia tidak menyangka bisa menikmati akhir kisah ini!
“Bianca, maafkan saya! Saya minta maaf! Ini semua salah saya! Tolong kembalilah dan kita bertunangan. Saya
mencintaimu!” Perasaan berkecamuk melanda hati Lathan saat itu. Dia sama sekali tidak terusik oleh pendirian
Bianca yang ingin mengakhiri segalanya dengannya. Namun, satu–satunya cara agar bisa menjadi menantu
Biantara adalah dengan menikahi Bianca.
Dia tidak bisa tinggal diam saja melihat kekayaan Keluarga Shailendra lepas dari genggaman tangannya. Oleh
karena itu, dia berusaha sekuat tenaga agar dapat bertunangan dengan Bianca, tak perduli betapa dia sudah
merendahkan dirinya saat ini.
“Lepaskan saya! Lathan, saya tegaskan padamu! Hubungan kita sudah berakhir! Saya bukan pacarmu lagi! Adalah
urusanmu apabila kamu mencintai saya, tapi saya sudah tidak mencintai kamu lagi!” Bianca menarik tangannya
sambil meluncurkan kata–kata kejam menyakitkan.
Nando yang tidak tertarik dengan drama macam ini, tetapi melihat Qiara menyaksikan mereka dengan perasaan
senang, sungguh tidak bisa dia mengerti. Oleh karena itu, dia memaksakan diri untuk bersabar menemaninya.
Akhirnya, Bianca dan Lathan sampai di jalan utama. Bianca ingin menyebrang ke sisi berlawanan dari komplek
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmpertokoan, tetapi Lathan terus menarik tangannya, tidak ingin melepaskannya.
Akhirnya, setelah muak dengan lelucon ini, Bianca berlari dengan bersepatu hak tinggi ke seberang jalan pada
beberapa detik terakhir lampu hijau. Lathan, yang bahkan tidak melihat lampu hijau berubah menjadi merah,
mengejar Bianca dengan putus asa.
Begitu dia melangkah, sebuah mobil yang sudah menunggu lampu berubah hijau langsung melesat maju dan
menabraknya. Untungnya, sopir menginjak rem tepat pada waktunya, mobil pun berhenti kurang dari setengah
meter dari Lathan. Meskipun begitu, Lathan tetap pingsan karena ketakutan dan sejengkal lagi bertemu kematian.
Qiara, yang sedang menonton drama itu, tidak menyangka akan menyaksikan sebuah kecelakaan mobil. Tidak
peduli betapa benci dirinya pada Lathan; sebuah kehidupan sedang dipertaruhkan. Maka, dia bergegas lari ke
arahnya, dan Nando, yang berada di belakangnya, mengikutinya.
Di sisi lain, Bianca, yang bersikeras meninggalkan Lathan, tidak melihat ke belakang saat menghilang di tengah
keramaian.
Oleh karena itu, dia tidak tahu bila Lathan hampir kehilangan nyawanya saat mengejarnya tadi.
“Lathan.” Qiara berjongkok menopang tubuh Lathan. Kemudian, sedetik sebelum pingsan, Lathan merasa dirinya
berada dalam pelukan hangat. Tangan yang lembut menepuk–nepuk wajahnya, dan suara penuh kecemasan
membisikinya untuk kembali ke dataran kehidupan.