We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Menantu Dewa Obat

Chapter 51
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 151

Lalu keduanya pun pulang ke rumah.

Baru saja mereka masuk, mereka telah mendengar suara wanita yang sangat nyaring.

“Aiihh, kakak ipar, sepertinya aturan keluargamu kurang ketat!”

“Ini sudah jam sembilan malam masa putrimu masih berkeliaran di luar?”

“Kau lihat putri keluargaku, Nadine, dia selalu pulang tepat waktu. Jam 8:30 malam dia sudah dirumah.

Ini baru putri dengan didikan keluarga yang benar dan sopan.

“Pantas saja akhirnya dia memilih sampah itu untuk dinikahi.”

“Sepertinya sudah terlalu lelah bersenang – senang diluar sehingga dia mencari orang yang bodoh dan

tak berguna itu sebagai pasangannya.”

Orang yang sedang berbicara ini adalah tante ketiga Nara. Dia adalah Rebecca Swan.

Wajah Axel dan Alina tampak memerah dan berkata: “Rebecca, Nara keluar bersama Reva, mana bisa

dikatakan tidak disiplin?”

“Lagipula, Nara juga sudah dewasa. Wajar jika setelah jam sembilan dia bertemu dengan teman dan

makan diluar!”

Rebecca mencibir dan menghina: “Itulah makanya aku katakan tadi bahwa aturan keluargamu kurang

ketat!”

“Apakah sudah cukup baik Nara pergi keluar bersama Reva?”

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

“Teman – teman Reva itu seperti apa? Bukankah semua teman – temannya itu sekelompok bajingan?”

“Untuk apa Nara pergi bersama mereka malam – malam begini? Memangnya ada untungnya?”

“Masih bilang bertemu dengan teman untuk makan malam?”

“Aku kasih tahu yah, kalau mau berteman itu harus seperti Nadine, dia hanya berteman dengan orang

– orang yang berbakat dan bermartabat tinggi.

“Dia tidak akan mau berteman dengan sampah masyarakat seperti itu.”

“Karena para sampah masyarakat itu hanya mengajakmu pergi makan dan minum, selain itu apalagi

yang bisa mereka lakukan untuk membantumu?”.

Axel mencibir. Keluarga Rebecca itu sangat pelit dan biasanya mereka tidak akan pernah mau keluar

untuk bersosialisasi dengan teman – temannya.

Mereka baru akan pergi mencari teman – teman mereka saat mereka telah menemui kesulitan. Mereka

akan bersikap sopan terhadap teman – teman mereka demi untuk meminta bantuan.

“Ngomong – ngomong, koq tumben sekali kau datang kesini, ada apa?” tanya Alina sambil mengganti

topik pembicaraan.

Keduanya saling memandang dan Jonathan Swan terbatuk ringan: “Itu dia.”

“Nadine ini kan baru saja lulus kuliah?”

“Seperti yang kalian semua ketahui, prestasi Nadine sangat bagus.”

“Ada banyak perusahaan di luar sana yang berebut ingin mempekerjakan Nadine di perusahaan

mereka.”

“Tetapi kami pikir, kita kan masih satu keluarga, untuk apa anak dari keluarga kita dengan prestasi

yang bagus ini kerja di perusahaan orang lain.”

“Jadi, aku sengaja meminta Nadine untuk datang membantu di perusahaanmu!”

Alina dan Axel saling memandang dengan cemas. Ternyata mereka benar – benar datang kesini untuk

mencari pekerjaan.

Meskipun keduanya sudah dapat menduganya tetapi ucapan Rebecca tadi membuat mereka tidak

nyaman.

Dia yang datang kesini untuk mencari pekerjaan tetapi malah dibuat seolah-olah Axel dan Alina yang

ingin memanfaatkan mereka.

Jika Nadine ini memang benar-benar bagus masih tidak apa – apa.

Tetapi masalahnya Nadine ini seorang pemalas.

Setelah lulus kuliah apa yang dapat dia lakukan di perusahaan farmasi Shu?

Alina mengedipkan matanya pada Axel.

Dia sangat mengerti jika mereka tidak menyetujui hal ini, Jonathan dan Rebecca pasti akan membuat

kekacauan di rumahnya.

Bahkan mereka juga pasti akan meminta lelaki tua dari keluarga Swan untuk keluar menbereskannya!

Axel tahu bahwa Rebecca adalah wanita yang cukup galak jadi dia tidak berani menolaknya.

“Kalau begitu biarkan Nadine bekerja di perusahaanku saja bagaimana?”

Axel tertawa.

Jonathan mengerutkan keningnya dengan heran dan Rebecca tampak tidak senang: “Bekerja di

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

perusahaanmu?”

“Kakak ipar, maksudmu kau ingin Nadine bekerja sebagai karyawan?”

“Dengan prestasi Nadine yang begitu bagus dan seorang mahasiswi teladan, kau ingin dia menjadi

karyawan saja?”

Axel tampak tercengang. Nadine ini kan mahasiswi yang baru saja lulus, bisa masuk ke perusahaan

farmasi Shu saja itu sudah sangat bagus. Batin Axel.

Kalau bukan sebagai karyawan lalu ingin bekerja sebagai apa? Apakah ingin menjadi seorang bos?

“Bukan begitu, kakak ipar, Nadine kan baru saja lulus…” bisik Alina.

Rebecca tampak sangat marah: “Memangnya kenapa kalau baru lulus?”

“Meskipun baru lulus tetapi perusahaan di luar sana juga mereka berebut ingin Nadine bekerja di

tempat mereka.”

“Kami datang kesini untuk membantu keluarga kami sendiri tetapi mengapa perlakukan kalian seperti

ini kepada kami?”

“Kalian ini benar-benar mengecewakanku!”

Axel tidak tahan untuk memaki: “Kalau memang begitu yah sudah biarkan Nadine bekerja di

perusahaan – perusahaan diluar sana saja!”

Saat ucapan Axel dilontarkan , semua orang yang ada disana langsung tampak tercengang.

Raut wajah Alina dengan cepat berubah. Ucapan Axel ini pasti akan menimbulkan masalah.

Previous Chapter

Next Chapter