Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Seorang Bos Besar
Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Seorang Bos Besar Bab 1151
Bab 1151
Alasan Daniel kenapa ia memberitahu Direktur Toni kejadian yang sebenarnya, bukan hanya karena
kepercayaan.
Tetapi karena masih ada satu alasan yang penting, ia benar–benar khawatir akan terjadi sesuatu
padanya.
Orang pada umumnya akan peka terhadap kondisi tubuhnya sendiri, meskipun ia kuat dan berani, juga
akan menghadapinya dengan optimis, tetapi ia selalu punya suatu firasat, merasa bahwa dirinya suatu
hari akan tertidur, lalu tidak akan terbangun lagi...
Ia tidak ingin saat hal tersebut terjadi, Grup Wallance menjadi berantakan.
Jadi, la harus mempersiapkannya dengan baik!
Setelah semua selesai diserah terima, Daniel mulai menjalani perawatan.
Lily membereskan gedung medis sebelumnya, memindahkan peralatan medis khusus, kemudian
mengatur tim medis yang didatangi langsung dari Negara Emron ke Vila Sisi Selatan, bibi Riana
memindahkan sebagian besar pelayan muda ke tempat Sanjaya, lalu menukarkannya dengan
beberapa pelayan lama yang setia.
Selain agar bisa merawat Daniel dengan lebih nyaman, juga untuk mencegah informasi tersebar
keluar.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtSanjaya membawa Carles kembali ke Vila Taman Oriental milik Tuan Besar, lalu mengatur Carles
kembali ke rutinitas sekolah seperti biasanya.
Pada saat yang bersamaan, mengatur Hartono dan dua perawat wanita muda untuk bertugas
mengantar jemput dan menjaganya.
Malam saat hendak pergi, Carles bertanya dengan emosional pada Daniel: “Papi, kenapa Papi
menyuruhku ikut kakek Sanjaya tinggal di Vila Taman Oriental? Papi tidak menginginkanku lagi?”
“Bodoh, kamu adalah putra Papi, mana mungkin Papi tidak menginginkanmu lagi?”
Daniel mengelus kepala kecilnya, berkata sambil tersenyum, “Papi sedang sakit, harus menjalani
perawatan dulu, sementara tidak bisa menjagamu, makanya Papi minta kamu tinggal dengan kakek
Sanjaya dulu.”
“Papi kenapa? Sakit apa?” Carles bertanya dengan cemas. “Ini agak sulit dijelaskan...“.
Daniel berpikir keras, lalu berkata, “Penyakit Papi ini sedikit merepotkan, butuh dirawat untuk
sementara waktu. Jika tidak meninggal, Papi seharusnya akan sembuh, nanti saat itu tiba, kita bisa
bersama–sama pergi ke Negara Emron menjemput Mami, Carlos, dan Carla.”
“Apa???”
Carles rnelebarkan matanya dengan takjub, “Papi tadi maksudmu, Papi, Papi kemungkinan akan
meninggal???”
“Ya.”
Daniel menganggukkan kepala, “Ada kemungkinan!”.
“Tidak, aku tidak mau Papi meninggal.”
Carles memeluk lehernya Daniel, lalu menangis meraung–raung...
Tiba–tiba, seluruh ruangan dipenuhi dengan suara tangisannya yang kuat, membuat semua orang
merasa sedih.
Thomas dan Ryan juga merasa sedih hingga menundukkan kepalanya.
Bibi Riana menyeka air matanya di sudut ruangan.
Sanjaya yang berdiri di sebelahnya ingin membujuknya, namun suaranya ditenggelamkan oleh suara
tangisan Carles.
Daniel tidak menghentikan Carles, membiarkannya menangis, menunggu dia menangis hingga lelah,
suaranya sudah serak, ia baru pelan–pelan mendorongnya, menghapus air matanya: “Sudah selesai
menangisnya? Jika sudah selesai, bisa bersikap seperti seorang pria sejati dan berbicara dengan
Papi?”
Mata Carles masih berlinang air mata, ia menarik napas dan menganggukkan kepala.
“Hapus air matamu, lalu duduk.”
Daniel memberinya beberapa helai tisu.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmCarles mengambil tisu itu, menghapus air matanya, membuang ingus di hidungnya, lalu dengan mata
yang merah menatapnya: “Papi...”.
Baru membuka mulut, suaranya kembali tercekat.
“Setiap orang akan pergi, hanya masalah waktu, lebih cepat atau lebih lambat...”
Daniel dengan lembut menatapnya, “Kita harus berani menghadapi kematian, jangan menganggapnya
seperti musuh besar!”
“Aku tidak mau Papi pergi.” Carles mengerutkan bibirnya, menatapnya dengan mata berlinang
“Papi juga tidak ingin pergi.”
Daniel tertawa, “Papi masih mau pergi menjemput Mami, Carlos dan Carla, Papi masih ingin melihat
kalian tumbuh dewasa, masih ingin melihat gadis seperti apa yang kelak akan dinikahi putra keduaku
ini di masa depan.”
“Pfft” Carles tiba–tiba tertawa, gelembung ingusnya pun keluar, ia dengan malu menutupi hidungnya
dengan tisu, takut terlihat oleh orang lain.
“Sekarang sudah tidak menangis lagi?”
Daniel mencubit wajah kecilnya, “Papi belum tentu pergi, hanya ada kemungkinan saja. Jangan sedih
dan khawatir terhadap hal yang mungkin saja tidak terjadi. Yang harus kita lakukan adalah
menghadapi hal–hal di depan kita dengan berani, oleh karena itu, yang harus Papi lakukan sekarang
adalah menjalani perawatan. Lalu tugasmu adalah sekolah yang benar, juga bantu Papi merahasiakan
hal ini dari Mami, Carlos, dan Carla, mereka tidak boleh tahu.”
Next Chapter Coming Soon...