Bab 2161 Sangat Kesal
Dewi mengganti baju tidur, masuk ke dalam selimut, mematikan lampu, dan langsung tidur.
Sudahlah kalau Lorenzo tidak mau memedulikannya. Dia juga tidak mau peduli.
Terserah saja.
Mereka berdua tidur saling memunggungi, marah karena alasan masing-masing.
Jelas-jelas tidur di satu ranjang, tapi seolah-olah berjarak sangat jauh.
Dewi masih marah, tapi dia marah hingga tertidur.
Sedangkan Lorenzo malah tidak bisa tidur. Dirinya yang baru saja “tenang”, saat ini sungguh ingin mendekati
Dewi. Sekarang mereka berdua tidur di ranjang yang sama, bagaimana mungkin dia bisa tahan?
Dua jam kemudian.
Lorenzo bergeser ke belakang dengan hati-hati, ingin mendekati Dewi.
Hal yang aneh adalah dia sudah bergeser begitu banyak, kenapa masih tidak bisa menyentuh wanita bodoh itu?
Dia bergeser lagi, masih juga tidak menyentuh Dewi.
Dia pun tak bisa menahan diri untuk berbalik badan. Bagus, wanita ini malah tidur di pinggiran. ranjang, hampir
saja jatuh ke bawah.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
Lorenzo merasa tidak tega, maka dia mengulurkan tangan dan sengaja berkata dengan dingin,
“Kemari!”
Tidak ada reaksi.
Dia menekan pundak Dewi dengan jarinya, tetap tidak ada reaksi.
Dia mendekat untuk melihat, tidak disangka wanita ini malah tidur!!!!
Emosinya langsung naik dan berkobar hebat.
Sungguh kurang ajar, dirinya sangat marah hingga tidak bisa tidur semalaman, dia malah tidur begitu nyenyak.
Wanita ini benar-benar tidak punya hati nurani.
Saat ini, Lorenzo tidak berusaha menenangkan Dewi lagi. Dia langsung mengulurkan tangan dan memeluk
wanita itu, lalu menciumnya.
“Ugh...
Dengan cepat, Dewi terbangun karena ciuman itu. Dia menyipitkan matanya, lalu mulai
meronta.
Namun, Lorenzo memeluk Dewi dengan sangat erat, sebelah kakinya bahkan menindihnya, sama sekali tidak
membiarkannya bergerak.
Dewi hanya bisa menerima “serangan” brutal Lorenzo.
Ciumannya membawa semacam hukuman, seperti binatang buas yang menyantap buruannya. Sangat kasar dan
liar, membuat Dewi hampir kehabisan napas.
Tidak lama kemudian, Lorenzo baru melepaskan Dewi, lalu memasang ekspresi senang karena melihat wanita itu
panik dan kehabisan napas.
“Lorenzo, kamu...."”
Akhirnya Dewi tersadar. Baru saja mau memarahi Lorenzo, pria itu sudah berbalik badan dan menindihnya, lalu
mulai melakukan itu terhadap tubuhnya.
Dewi meronta-ronta, tetapi tidak bisa melepaskan diri. Dia juga memukul punggung Lorenzo dan mendorong
dada pria itu, tapi tetap tidak berhasil.
Napas panas dan ciuman Lorenzo yang liar pun membuat Dewi perlahan-lahan terlena.
Suhu di kamar itu meninggi, tubuh mereka berdua “saling terjalin” seperti binatang buas.
Suara yang tak bisa dikontrol perlahan-lahan memenuhi setiap sudut di kamar itu.
Lorenzo tidak bersikap seperti malam sebelumnya yang lembut dan penuh kasih sayang. Malam ini dia berubah
menjadi sangat buas, dengan lancang mengklaim tubuh Dewi.
Hingga saat Dewi sudah tidak tahan lagi dan memohon padanya sambil menangis, barulah Lorenzo
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmmelepaskannya.
Lorenzo memeluk Dewi dengan erat dari belakang, juga tidur dengan mencium pundaknya.
Dengan cepat, Dewi juga tertidur karena kelelahan.
Hanya saja, Dewi bermimpi buruk. Dia bermimpi Willy dan orang-orang di dalam kastel meninggal, lalu menjadi
hantu gentayangan dan datang padanya untuk meminta nyawanya.
Dia sangat ketakutan hingga gemetar, ia pun langsung terbangun. Tubuhnya mengeluarkan banyak keringat
dingin, juga gemetar tanpa henti.
“Ada apa?” Lorenzo terbangun. Merasa ada yang aneh dengan Dewi, dia buru-buru bertanya, “Mimpi buruk?”
Dewi tidak bicara, masih memikirkan kejadian menakutkan tadi.
2/2
Lorenzo membalikkan pundak Dewi, menyuruhnya untuk berbalik. Lalu, dia menempelkan dahinya ke dahi Dewi,
sambil menenangkan dengan lembut, “Jangan takut, ada aku!”
Dewi langsung merasakan kehangatan dan kekuatan. Namun, teringat masalah itu, dia pun berkata, “Anggap
saja demi aku, kamu bantu dia, ya?”
Begitu perkataan ini diucapkan, langsung merusak suasana yang indah ini.
Bagaikan disiram oleh sebaskom air dingin, hati Lorenzo pun mendingin.
Dia bangun dari ranjang, berpakaian, dan berkata dengan dingin sambil memunggungi Dewi, “Aku benar-benar
sangat kesal, karena kamu memikirkan pria lain saat berada dalam pelukanku.”