Bab 2103 Sungguh Hebat
8
10 mutiara
“Seharusnya sudah tahu.” Willy berkata dengan suara rendah, “Semalam Lorenzo minta putus dengannya, lalu
pagi ini mengumumkan pertunangannya dengan Juliana. Hal ini benar-benar sangat cepat.”
“Tidak mungkin!” Robin sangat bingung. “Aku lihat perasaan Tuan Lorenzo pada Nona Dewi sangat dalam.
Sebelumnya, dia melakukan begitu banyak hal demi Nona Dewi. Kenapa tiba-tiba mau putus?”
“Lagi pula, kalau dia menyukai Juliana, sejak awal pasti sudah bersama. Kenapa baru sekarang? Dengan
karakternya, seharusnya bukan karena ditekan oleh pihak tertentu. Sebenarnya, kenapa?”
“Takutnya dia berbuat seperti ini karena sengaja mau menekanku.” Willy mengerutkan keningnya, “Dia tahu
bahwa aku meminjam reputasinya untuk mencapai target. jadi ... dia pun menggunakan cara ini! Cara ini
sungguh hebat!”
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
“Seharusnya bukan seperti itu....” Robin masih merasa ini tidak masuk akal, “Kalau Tuan Lorenzo. menyadari
sesuatu, dia pasti akan menggunakan cara lain untuk menekan kita. Tidak perlu sampai mengorbankan
hubungannya dengan Nona Dewi, bahkan juga menikahi Juliana. Dia bukan orang yang berpikir menggunakan
perasaan.”
“Aku juga tidak tahu jelas apa tujuannya. Tapi, pastinya dia mau menekanku....” Willy masih mengernyit, “Aku
sudah meremehkan kemampuan Lorenzo. Aku mengira gerakanku sudah cukup cepat, bisa menyelesaikan
masalah sebelum dia sadar. Setelah masalah selesai, barulah aku minta maaf dan minta pengampunan.”
“Tapi, aku sungguh tidak menyangka bahwa gerakan Lorenzo lebih cepat dariku. Itu berarti saat Dewi datang ke
Denmark, dia sudah mulai menyelidikiku, lalu membuat rencana yang sesuai. Sekarang dia baru meluncurkan
serangan, membuatku kelabakan.”
“Tuan Lorenzo juga sangat kejam.” Robin berkata sambil mengerutkan kening. “Kita hanya meminjam
reputasinya, juga tidak melakukan apa-apa. Tapi, dia malah menyerang balik seperti ini, benar-benar mau
memusnahkan kita!!!”
“Kalau tidak kejam, itu bukan Lorenzo.” Willy menghela napas, “Ditambah lagi, akulah yang menyinggungnya
dulu. Dia menyerang balik, aku juga tidak bisa mengatakan apa-apa.”
“Sekarang harus bagaimana?” Robin menatapnya dengan gugup, “Kita sudah berjuang begitu keras,
kemenangan sudah ada di depan mata. Tidak boleh menyerah di tengah jalan, ‘kan?”
“Aku akan memikirkan cara.” Raut wajah Willy menjadi serius, “Mengenai perkataanku padamu tadi pagi, apa
kamu ingat?”
“Ingat.” Robin mengangguk berulang kali, “Anda tenang saja, aku tahu harus bicara apa. Tapi,
Nona Dewi....”
Robin masih belum selesai bicara, tiba-tiba terdengar ketukan pintu dari luar, “Pangeran, Pangeran, Pak Franky
datang.”
Mendengar hal ini, Robin langsung tertegun. Dia menatap Willy dengan terkejut, “Kenapa Pak Franky datang di
jam ini?”
“Yang Mulia pasti sudah melihat berita, maka menyuruhnya datang.” Ekspresi Willy semakin masam, “Cara
Lorenzo ini benar-benar hebat. Awalnya sudah mau menang, tapi tiba-tiba dia melancarkan serangan ini,
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmmembuat kita gagal.”
“Benar.” Robin menjadi panik, “Berdasarkan rencana awal, besok Yang Mulia akan datang ke kastel kita.
Sebenarnya, memeriksa sebentar masalah di sumber air, lalu sudah bisa menangkap orang. Segalanya berjalan
sesuai rencana, hanya tersisa satu hari lagi, tapi tiba-tiba arahnya berubah. Menurut Anda, mungkinkah
sekarang Yang Mulia berubah pikiran dan tidak berencana menyelidiki masalah itu??”
“Bukan hanya tidak akan menyelidiki masalah racun itu, mungkin juga mencurigai tujuanku.” Willy sedikit
menyipitkan matanya, “Curiga bahwa aku sengaja mencari orang untuk memfitnah orang-orang itu, merekayasa
hubungan Dewi dan Lorenzo, juga meminjam nama Lorenzo untuk mencapai target.”
“Tidak mungkin....” Robin sepenuhnya tertegun, “Kalau begitu, bukankah rencana kita ...."”
“Apa maksudnya rencana?” Willy memotong perkataannya, “Sekarang tidak menuduhku dengan tuduhan
menipu dan melakukan kudeta saja, itu sudah bagus!!!”
“Kalau begitu, harus bagaimana?” Pikiran Robin luar biasa kacau.
“Sekarang hanya bisa bertaruh.” Willy mengerutkan keningnya, “Bertaruh seberapa kuat perasaan Lorenzo pada
Dewi!”