Bab 2038 Wanita Sialan
“Ya, abaikan saja.” Brandon mengiyakannya, “Orang itu sama sekali tidak berusaha, dia bahkan tidak
meneleponmu sendiri untuk memohon padamu, kamu jangan sampai mengalah.”
“Aku tahu.” Dewi memasuki ruangan dan melemparkan tas perhiasan itu padanya, “Pergilah!”
“Menyebalkan, kamu tidak bisa lebih lembut ya.”
“Enyahlah!”
“al”
Brandon pergi, Dewi berbaring di sofa memainkan ponselnya, melihat nomor di daftar blokir, dia ragu apakah dia
harus mengeluarkan nomor Lorenzo dari sana atau tidak.....
Mengingat saran dari Mina, dia juga merasa bahwa dia harus memberinya sebuah pelajaran, kalau tidak, dia
kelak pasti akan terus terjerat dalam hubungan dengan Juliana.
Namun, kalau dia tidak mengeluarkan nomornya dari daftar blokir, bagaimana dia bisa menjelaskannya?
Lebih baik dia keluarkan dulu, dengarkan penjelasannya, juga dengarkan dia menangis. memohon dengan
rendah hati untuk mendapatkan pengampunannya.
Memikirkan sampai sana, Dewi pun mengeluarkan nomor telepon Lorenzo dan Jasper dari daftar nomor yang
diblokir.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
Kemudian, dia sengaja mematikan nada dering telepon, meletakkan ponselnya di samping, dan pergi mandi.
Bahkan kalau dia meneleponnya, dia juga tidak akan menjawab.
Dia akan membuat bajingan itu cemas, khawatir dan resah.
Ya, seperti itu!
Segera, Dewi selesai mandi dan keluar dari kamar mandi, matanya yang besar dan penuh energi menatapi
ponselnya, sekarang layarnya gelap, tidak tahu barusan ada panggilan masuk atau tidak.
Harusnya ada.
Untuk apa dia memedulikannya, biarkan saja dia terus panik.
Dewi duduk di depan meja rias dan mengoleskan obat pada dirinya sendiri.
Tapi, dia mengoleskan obatnya sambil melihat ponselnya, tidak ada pergerakan sama sekali.
Mungkin tadi dia telepon, tidak diangkat, jadi sekarang dia marah.
Sudahlah, beri dia sedikit pelajaran saja sudah cukup, sekarang sudah bisa beri dia kesempatan untuk
memohon.
Dewi bangkit berdiri untuk mengambil ponselnya, kemudian membuka layarnya, ternyata satu panggilan yang
tidak terjawab pun tidak ada.
Dia tercengang....
Pria itu, apa dia tidak tahu bahwa dia telah mengeluarkannya dari daftar blokir?
Mungkin dia kira, dia masih diblokir, jadi dia tidak menelepon.
Hati Dewi tiba-tiba menjadi bingung, dia mulai memikirkan, bagaimana caranya supaya dia tahu bahwa dia
sudah tidak diblokir?
Saat sedang berpikir, ponselnya tiba-tiba berdering, hati Dewi bergetar, dia melihat ke layar dengan gembira,
bukan Lorenzo, tapi Jasper!
Dia merasa sedikit kecewa, tetapi dia masih mengingatkan dirinya bahwa mungkin si Lorenzo sialan itu
menggunakan ponsel Jasper untuk mengujinya.
Memikirkan hal ini, dia menelan seteguk air liur, membenarkan postur tubuhnya, dan menjawab teleponnya,
berpura-pura bersikap dingin, “Halo!”
“Nona Dewi, terima kasih Tuhan, akhirnya teleponku tersambung.” Jasper sangat bersemangat, “Apa Nona baik-
baik saja? Di mana Nona sekarang?”
“Aku sangat baik.” Dewi berkata dengan dingin, “Kalau soal di mana aku, aku tidak perlu memberitahumu.”
“Itu....” Di ujung lain telepon, Jasper menatap Lorenzo dengan takut.
Wajah Lorenzo muram, matanya di penuh api, tetapi dia masih mencoba yang terbaik untuk menahan diri dan
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmmemberi isyarat
“Nona Dewi jangan marah, kejadian sebelumnya adalah kesalahpahaman, Tuan ...."”
“Kamu tidak perlu menjelaskannya padaku, aku tidak ingin mendengarnya.” Dewi menyela Jasper dan berkata
dengan dingin, “Apa ada hal lain? Kalau tidak, aku akan menutup telepon.”
“Nona Dewi jangan seperti ini, Tuan sangat mengkhawatirkanmu....
Sebelum Jasper selesai berbicara, Dewi sudah menutup teleponnya.
11
Bajingan, kalau ingin menjelaskan, apa dia tidak bisa menjelaskannya sendiri? Masa perlu anak buah yang
menjelaskannya untuknya? Tidak tulus!
“Wanita sialan, temperamennya buruk sekali!!!” Lorenzo sangat marah, “Dia sangat suka marah, kalau begitu
biarkan saja dia marah, tidak perlu meneleponnya lagi, suka-suka dia saja!”
Tuan, jangan marah ...."”
“Tadi kamu begitu rendah hati untuk apa?” Lorenzo memarahinya lagi, “Sampai bilang aku sangat
mengkhawatirkannya segala, seolah-olah aku sedang memohon padanya!!! Aku tidak melakukan kesalahan apa
pun.”
“Ya, ya, tapi....
“Bicara saja tidak bisa, apa gunanya aku mendidikmu?? Keluar!!!”