Bab 1600
Setelah bicara, air mata Biti menetes. Ja terisak-isak dengan sedih, “Tapi aku tak bisa keluar, teman-
teman (binatang) di sini sedikit sekali, entah apakah mereka akan berhasil menemukan Mami.”
Ketika memikirkan ini, Tini melihat ke arah Roxy di taman, “Roxy, dapatkah kamu membantuku
sampaikan. pada teman-temanmu? Minta mereka bantu mencari Mamiku.”
Roxy tampaknya paham, ia lekas menganggukkan kepala, lalu berkicau ke arah langit….
Sesaat kemudian, beberapa elang terbang di langit, mereka tampak mendengar panggilan Roxy. Mereka
terbang berputar-putar di langit, lalu terbang terpisah ke hutan untuk mencari…
Di halaman, kedua pengawal mengobrol lagi, “Aneh, banisan burung-burung kecil, sekarang burung
elang. Ada apa hari ini?”
“Tadi rasanya terdengar suara kicauan Roxy.”
“Mungkin sungguh akan hujan…”
Di waktu bersamaan di dalam hutan.
Tabib Dewa yang bersembunyi di sebuah rumah kayu kecil sedang memasak sup jamur. Ketika
mendengar pergerakan di luar, ia lekas berlari keluar dan melihat-lihat…
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtBurung-burung di dalam hutan seolah sedang mengadakan rapat, mereka berkicau tak berhenti. Di
langit, juga ada burung elang yang berputar-putar, mengirimkan sinyal dari waktu ke waktu.
Raut wajah Tabib Dewa berubah ketika mendengar suara ini, “Terjadi sesuatu dengan anakku!!!!”
ucapnya dengan emosional.
la lekas berlari kembali ke rumah kayu dan mencari kunci mobil dengan panik. Di saat bersamaan, tak
lupa menginjak kaki Daniel yang sedang terbaring di atas ranjang kayu sambil mengumpatnya.
“Dasar kayu mati, gara-gara kamu membuatku tak bisa mencari anakku!!! Sekarang terjadi sesuatu
dengan mereka.”
Jari Daniel bergerak sedikit, tetapi ia tak ada reaksi lainnya lagi.
“Aku beri tahu kamu, sekarang aku harus pergi mencari anakku. Kamu selamatkanlah dirimu sendiri.”
Tabib Dewa memelototinya dengan dingin, mengenakan mantel dan berlari keluar dengan kunci mobil di
tangannya.
Tetapi ketika hendak keluar dari pintu, ia agak merasa tak tega, jadi ia menoleh dan berpesan kepada
serigala tua lumpuh yang sedang berjongkok di sudut dinding. “Jaga dia baik-baik, aku segera kembali.”
Serigala itu menganggukkan kepala dan berjongkok di sisi Daniel.
Tabib Dewa meninggalkan rumah kayu, lalu menarik tanaman anggur. Ketika tanaman-tanaman anggur
itu disingkirkan, sebuah mobil van bobrok sedang terparkir di sana.
Tabib Dewa
egera masuk mobil dan tak lupa berpesan kepada burung elang di atap rumah, serta ular piton yang
berlilitan di pohon, “Jangan biarkan siapa pun mendekat!”
Burung elang menganggukkan kepala, ular piton juga menjulurkan lidah mengisyatkan ia paham.
Tabib Dewa menyetir mobil melaju pergi, membuat daun-daun di tanah terbang.
Mobil van bobrok itu terbang dengan cepat di dalam hutan lebat.
Mobil perlahan-lahan menjauh, serigala tua yang lumpuh menjulurkan lidah, ia menjilat-jilat wajah
Daniel. Kedua matanya bersinar hijau….
Sudah lama ia tak makan daging seperti ini.
Kapan tuannya itu akan benci padanya dan akhirnya akan menghadiahi dia untuk santapannya. Dengan
begitu, dirinya dapat makan kenyang.
Ketika sedang berpikir, air liur serigala tua menetes dan mendarat ke kening Daniel.
Di saat ini, jari-jari tangan Daniel bergerak lagi, lalu bulu matanya bergerak ringan….
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmBeberapa lama kemudian, bibirnya yang kering terbuka dan ia mengucapkan beberapa kata dengan
suara serak, “Kamu berani memakanku, ia tak akan memaafkanmu…”
Serigala tua tampaknya paham. la mundur beberapa langkah dengan ketakutan dan mengibaskan ekor,
menunjukkan ia patuh.
Kemudian dengan langkah tertatih-tatih, ia mengambil semangkuk air dan meletakkannya di samping
Daniel.
Danie membuka mata perlahan-lahan, lalu melihat rumah kayu yang tua dan hangat. Ia berusaha
meminum
air itu.
Di dalam air ada dua helai daun melayang, di bagian pinggir mangkuk ada bau air liur serigala.
Jika dulu, Daniel pasti akan sangat jijik, tetapi sekarang keinginan hidup yang kuat membuatnya tak
memikirkan banyak hal lagi….
la seperti binatang buas, meminum semangkuk air itu dengan lahap, lalu akhirnya tenaganya mulai
ada….
la membuka mata dan melihat atap rumah yang dipenuhi kabut tipis. Ia mulai mengatur pemikirannya…