Bab 1073
Tracy melihat langit gelap di luar. Hatinya gelisah seolah dikutuk, setiap kali terjadi sesuatu selalu saat
hari hujan...
Entah apa yang akan terjadi hari ini.
“Nona Tracy, Anda jangan cemas.” Paula tak sependapat, “Jonson sudah ditangkap, Victoria sudah mati,
Devina juga sudah mati, sedangkan Linda tidak akan memiliki masa depan.”
“Benar juga.” Tracy menganggukkan kepala. Keluarga Hilton sudah bubar, sekarang tinggal Linda
seorang, memangnya dia masih bisa menjadi orang yang luar biasa?”
Namun, ia masih tak terlalu tenang, ia lalu menelepon Windy, “Windy, nanti saat kalian keluar harus
berhati–hati, aku mengutus orang menjemput kalian, kalian baru pergi. Jangan keluar sendiri,
mengerti?”
“Iya, tenang saja.” Windy juga bertanya, “Apakah terjadi sesuatu?”
“Tidak apa–apa....” Tracy tidak ingin menakutinya, “Kamu temani Carla dulu, malam nanti aku telepon.”
“Baik.”
Setelah menutup telepon, Tracy memandang keluar jendela. Mobil sudah memasuki jalur hijau taman
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtvila bernuansa oriental, ia segera tiba di rumah Wallance.
IV
I
Sekarang Linda hanya seorang diri, ia tak punya masa depan. Meskipun melarikan diri, ia pasti
melarikan diri ke bandara, ‘kan?
Bagaimanapun itu, perahu yang hancur masih dapat digunakan. Walaupun Grup Hilton telah hancur,
namun Linda tetap bisa mendapatkan uang. Mungkin ia sudah mencari agen perorangan untuk
membantunya membeli paspor dan tiket pesawat, lalu hendak meninggalkan Kota Bunaken.
Tetapi ia hanya seorang diri, bagaimana caranya ia melarikan diri?
Tracy benar–benar tidak paham...
“Nona Tracy, kita sudah tiba!” Paula mengingatkan.
Tracy baru sadar mobil sudah berhenti, dua pengawal membuka pintu mobil dari luar Tracy mengenakan
kacamata hitam dan turun dari mobil. Ia membawa delapan orang pengawal berjalan masuk ke dalam
dengan arogan.
Para reporter yang mengelilingi di luar, tak berhenti memotretya Hampir saja merusak tali pembatas
jalan, pengawal Wallance lekas maju mengendalikan situasi
Thomas buru–buru mendekat dan menyapa sambil mengemyitkan kening. “Nona Tracy, kenapa Anda
kemari?”
“Datang memberi penghormatan pada Tuan besar.”
Tracy membuat gestur tangan, orang yang diutus Lorenzo lekas memberikan karangan bunga dan
amplop putih.
Sebaris tulisan berduka cita tertera di karangan bunga yang disiapkan oleh Lorenzo dan Tracy.
Para reporter itu menyadari fenomena baru, mereka lekas memotret. Takut akan ketinggalan berita
besar ini.
Thomas membisikkan sesuatu kepada pengawal di sisinya, lalu menghalangi Tracy, “Maaf, Nona Tracy.
Saya harus tanya pada Tuan Daniel dulu, baru bisa membiarkan Anda masuk.”
“Kamu berencana membiarkan para reporter mengumpulkan banyak bahan berita:” Tracy
menyunggingkan senyuman, “Aku tidak masalah.”
Tepat saat ini, para reporter itu mendekatinya dan berebutan memotret sambil bertanya.
“Nona Tracy, Anda kemari untuk melayat Tuan Besar Wallance?”
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm“Nona Tracy, dengar–dengar kematian Tuan besar ada hubungannya dengan Anda. Apakah benar?”
“Nona Tracy, dengar–dengar anak Presdir Daniel dilahirkan oleh Anda, apakah benar?”
“Nona Tracy....
Ketika melihat situasi ini, Thomas lekas memerintah pengawal untuk mengusir para reporter itu.
Sedangkan beberapa tamu terhormat di dalam juga ke luar untuk melihat keramaian. Mereka menyadari
Tracy membawa banyak pengawal. Mereka semua sangat gelisah, lalu lekas masuk mencari Daniel.
Langit sudah mulai turun hujan, Tracy berdiri kehujanan di taman, lama kelamaan kesabarannya habis.
Ketika ia hendak mengamuk, Hartono buru–buru keluar memberitahu Thomas, “Kak Thomas, Tuan
Daniel mempersilakan Nona Tracy masuk.”
“Kamu sudah menjelaskan padanya? Nona Tracy membawa banyak orang.” Thomas mengingatkan
sambil berbisik, “Semua orang ini dibiarkan masuk?”
“Tuan Daniel sudah melihatnya.” Hartono balas menjawab, “la bilang, keluarga Moore adalah tamu
terhormat, tidak boleh diabaikan.”
Thomas tak bisa berkata apa–apa, terpaksa membiarkan Tracy masuk, “Nona Tracy, silakan!”
Tracy berjalan masuk ke dalam, beserta para pengawalnya,
Paula mengikuti dari belakang, memelotou Hartono sekilas dengan dingin,
Hartono agak sedil, ia menundukkan kepala sambil memimpin jalan menibawa mereka masuk.