We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Ruang Untukmu

Bab 1061
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 1061

Dalam beberapa hari terakhir, segala hal berantakan, mulai dari hubungannya dengan berbagai perasaannya,

seakan tidak ada satupun yang dapat dikendalikannya. Dia bahkan mengenal Rendra dari perspektif baru. Dia syok

mengetahui bahwa Rendra menyimpan perasaan khusus terhadapnya yang tidak pernah dia katakan.

Sementara itu, Valencia tersenyum getir. Apakah artinya terkaannya benar? Apakah Rendra jatuh cinta pada Raisa

terlebih dahulu? Penemuan itu begitu menyentaknya. Seberapa lembut Rendra akan memperlakukan perempuan

yang dia sukai dan terima?

Pada saat itu, ponsel Raisa berdering. Ketika meliriknya, jantung Raisa berhenti. Panggilan itu dari Rendra. Di saat

yang sama, dia melirik jam. Sudah pukul 8:40.

Raisa berkata pada Valencia, “Nona Permadi, saya akan menjawab panggilan telepon ini.”

Sambil mengira siapa yang menelepon, Valencia mengangguk. Raisa mengambil ponselnya dan keluar ruang untuk

menjawab panggilan.

Dia berjalan keluar dari restoran menuju ke area parkir di kebun dekat pintu dan menarik napas panjang untuk

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

mengendurkan diri sebelum menjawab panggilan. “Halo?”

“Belum selesai makan juga?” Suara Rendra yang rendah dan magnetis terdengar dari ponsel.

“Sudah, dan saya akan mengantar pulang Nona Permadi karena dia dalam keadaan mabuk. Lalu, saya akan ke

rumah teman, Ranti, jadi tak perlu menunggu saya!” Raisa tersenyum.

“Mengapa sampai perlu pergi ke rumah temanmu?” Rendra langsung bertanya.

“Saya sudah berjanji dengannya bahwa akan bermalam di rumahnya malam ini. Dia kesepian, selalu sendiri di

rumah, jadi meminta saya untuk meluangkan waktu bersamanya.” Raisa menganjukan alasan sekenanya.

Namun, Rendra terlihat tidak percaya akan alasan itu dan berkata dengan suara pelan. “Apakah kamu tengah

menjauh dari saya setelah mendengar apa yang dikatakan Valencia padamu?”

Raisa merasa malu. Bagaimana dia bisa tahu?

“Tentu saja tidak! Saya sudah berjanji dengan teman untuk menghabiskan waktu bersamanya. Jangan terlalu

dipikirkan.” Raisa lanjut mencoba mengemukakan alasan lain.

“Raisa, apapun yang dikatakan orang lain, kamu tida perlu resah atau takut ketika bersamaku. Mengerti?” Suara

Rendra begitu dalam, kuat, dan penuh rasa aman.

Dada Raisa tiba–tiba mengencang. Walaupun jelas tidak menyatakan apapun, tetap terasa seperti Rendra sedang

mengisyaratkan sesuatu dengan agresif. Mereka belum bersama! Bukankah dia harus meminta pendapatnya?

“Pak Rendra, saya… saya benar–benar menghormati kamu sebagai orang yang lebih tua. Sejak kecil, kamu sudah

menjadi model peran yang saya kagumi. Orang tua saya berharap bahwa saya akan belajar darimu dan menjadi

orang yang berprestasi, dan saya benar–benar mencoba melakukan hal yang sama…. Saya-”

“Cukup. Saya tidak ingin mendengar hal itu.” Suaranya rendah dan lembut, tapi juga kuat dan

mendesak.

Raisa mengeluarkan pernyataan dengan panik, tetapi bagi Rendra, kata–kata itu tidak berarti, jadi dia tidak ragu

untuk memotongnya

Sementara itu, Raisa terdiam. Dia merasa sekan ada jaringan yang melilit tubuhnya dengan ketat,

menyebabkannya susah bernapas.

Tanpa sadar dia melenguh, napasnya memacu saat berkata, “Maka, apa yang kamu ingin saya

lakukan?”

Pembicara di ujung telepon tiba–tiba membisu selama beberapa detik.sebelum suara Rendra yang dalam dan berat

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

perlahan terdengar kembali. “Baiklah, kamu boleh bermalam di rumah temanmu kali ini. Kita bicara lagi besok.”

Raisa menggigit bibirnya, merasa lemas. Tampaknya Rendra akan selalu memberinya ruang untuk relaks pada saat

yang paling tepat. Nyatanya, Raisa memang benar–benar ingin menyatakan segalanya pada Rendra dan berbicara

dengannya tentang apa yang terjadi pada dua hari lalu. Sialan! Bagaimana bisa dia tidak memberi saya

kesempatan?

Raisa tidak memerhatikan bahwa ada mobil hitam terparkir di sebelah mobilnya, dan sepasang mata yang sulit

diduga telah memerhatikannya dari dalam mobil, menyaksikan kekecewaannya dan cara dia menepuk kepala dan

mendesah.

“Pak, bukankah bapak ingin menenangkan Nona Sayaka?” Di bangku pengemudi, Emir bertanya penuh rasa ingin

tahu.

“Tidak.” Rendra mengendurkan dasinya. Bila keluar dari mobil sekarang, dia hanya akan menakutkan Raisa, karena

dia saat ini berlaku seperti anak burung yang penuh ketakutan dan hanya berpikir untuk terbang menjauh darinya.

Dia bisa menerka bahwa Valencia sudah menyampaikan padanya, tetapi Raisa terlalu muda dan dihantui banyak

kekhawatiran dan keraguan. Di samping itu, perasaan di antara mereka belum cukup kuat untuk mendorong

keberaniannya melekat padanya seperti ngengat terhadap api