Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Seorang Bos Besar
Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Sang Bos Besar Bab 251
Bab 251
Tracy mencari di navigasi ponsel, jarak dari rumah ke makam lebih dari 70 kilometer.
“Apa kamu akan mengunjungi tuan? Hari ini bukan peringatan kematian tuan.” Wajah Bibi Juni mulai
serius, “Apa terjadi sesuatu?”
“Tidak ada apa–apa, aku hanya merindukan ayah dan ingin menemuinya.” Tracy agak sedih “Akhir–
akhir ini banyak hal terjadi dan aku agak bingung. Pergi menemuinya mungkin bisa menemukan arah.”
“Baiklah.” Bibi Juni mengangguk dengan mata merah, “Titip salam untuk tuan.”
Tracy memleli bunga lili favorit ayahnya, lalu naik taksi ke Makam Akiyama.
Malam pun tiba, gerimis, dan makam sunyi senyap.
Tracy datang ke makam ayahnya dan ketika melihat foto ayahnya di batu nisan, dia tidak bisa
menalian perasaan sedih...
Dalam ingatannya, ayahnya selalu baik–baik saja, santai, dan sclalu tersenyum.
Sepanjang hidupnya, dia bersikap baik kepada orang lain dan memperlakukan orang lain dengan
lembut. Dia telah berkecimpung dalam bisnis sclama bertahun–tahun dan tidak pernah memiliki
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtmasalah. Dalam bidang bisnis, dia lebih suka orang lain berutang padanya daripada dirinya berutang
siapa pun.
Semua orang yang mengenalnya mengatakan dia adalah pria hebat!
Tapi, orang baik seperti ini dibunuh secara misterius..
Sekarang berbaring di sini sendirian, diterpa angin dan hujan.
Ketika memikirkan hal ini, Tracy merasa sangat menderita...
Dia meletakkan bunga lili di depan makam ayahnya, membungkuk tiga kali, lalu ke ruang penyimpanan
rclik makam
Dia menemukan brankas ayahnya, lalu membukanya dengan kata sandi ulang tahun ibunya. Ternyata
di dalamnya ada kotak mahoni ayahnya!
Ketika melihat kotak kayu mahoni ini, Tracy agak anlusias, teringat banyak hal tentang ayahnya, dan
kenangan indah itu terbesit di benaknya dan menyentuh hatinya...
Dia mengambil napas dalam–dalam, mengeluarkan kotak mahoni dari lemari dan membuka kuncinya.
Kotak itu berisi surat, album foto, dan map perak.
Tracy dengan hati–hati membuka amplop itu dari melihat tulisan tangan yang lamiliar.
Melihat tulisan seperti melihat orangnya. Seumur hidup dia selalu jujur dan rendah hati. Tulisan
tangannya rapi dan teratur seperti dirinya.
Sementara itu, jejak urgensi juga bisa terlihat.
Tracy bisa merasakan urgensi yang membuat ayahnya menulis surat ini, mungkin karena dia
menyadari bahwa krisis akan datang dan tidak ada waktu lagi, jadi dia menulis surat terakhir sebelum
kematiannya
Kata demi kata, penuh dengan perasaan yang mendalam dan juga kekhawatiran dan keengganan
yang tak terbatas...
Tracy membaca surat itu kata demi kata dengan berlinang air mata –
“Tracy, ketika kamu melihat surat ini, ayah mungkin sudah tiada, jangan berduka, jangan sedih, ayah
akan melindungimų di surga. Ayah berharap Tracyku aman dan bahagia scumur hidup!
Mengingat kenibali separuh hidup ayah, ayah telah melewati masa pasang surut dan kejayaan.
Sekarang ayah jatuh ke titik ini, tapi ayah tidak menyimpan dendam terhadap siapa pun, ayah hanya
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmmenyalahkan diri sendiri karena tidak kompeten. Ayah menghabiskan separuh hidup membangun
dunia ini, tapi ayah masih tidak bisa melawan keluarga itu...
Satu–satunya penyesalan ayah adalah tidak dapat menemukan ibumu dan ayah tidak bisa meminta
maaf padanya sccara langsung. Demi melindungimu dan keluarga kita, ayah memilih cara pengecut
yaitu pergi meninggalkannya.
Jika kelak kamu berkesempatan melihatnya, iolong bantu ayah mengatakan padanya bahwa ayah
mencintainya seumur hidup. Jika ada reinkarnasi, ayah tetap ingin bersamanya dan mohon padanya
berikan ayah kesempatan lagi!
Sayangnya... Sekarang ayah bahkan tidak taliu apakah dia masih hidup atau sudah mati, mungkin dia
sudah lama pergi ke surga, menunggu di dunia lain...
Ai, jangan bahas ini lagi, ayah membuatmu tertawa lagi, kan?
Sejak kecil hingga dewasa, setiap kali minum alkohol, ayah pasti akan menceritakan tentang
bumu di hadapanmu, hingga (clinganu penuh kapalan. Kelak ayah tidak akan pernah berkesempatan
untuk menceritakannya lagi.
Aku paling khawatir tentang kamu. Selama sembilan belas tahun ini, ayah sekuat tenaga mencoba
memberikan kasih sayang yang terbaik untukmu, tapi ayah lupa mengajarimu kemampuan untuk
melindungi diri sendiri.”