Bab 1300 Kemarahan Reva
Gadis cilik itu tampak agak terkejut tetapi dia tetap memejamkan matanya dengan patuh.
Pada saat ini, salah seorang pria sudah meraung dan bergegas ke arahnya sambil mengarahkan parangnya untuk
menebas kepala Reva.
Reva juga tidak menghindarinya. Dia melangkah maju dan meraih pergelangan tangannya. Begitu tangannya
terulur lalu dia memelintirnya dengan kencang.
Semua orang hanya mendengar suara klik dan pergelangan tangan pria itu pun patah dengan terpelintir.
Reva mengambil parang dari tangannya dan langsung menebaskannya ke bahu pria itu.
Selanjutnya semua orang menyaksikan situasi yang tidak akan pernah mereka lupakan selamanya!
Parang milik Reva itu memotong seluruh lengan pria tersebut hingga ke bahunya.
Darah langsung menyembur keluar dari bahu si pria itu dan dia jatuh ke lantai dengan berteriak, berguling dan
menangis. Dalam sekejap mata saja dia sudah menjadi manusia yang dipenuhi dengan darah.
Semua orang langsung tercengang.
Mereka belum pernah melihat ada orang yang begitu kejam!
Meskipun biasanya mereka menebas seseorang dengan pisau pun paling – paling hanya akan menimbulkan luka
saja. Bagaimana mungkin mereka bisa memotong lengannya begitu saja dengan santai?
Namun Reva sama sekali tidak berhenti di sana. Dengan parang di tangannya, dia berjalan ke tempat orang–orang
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtlainnya itu selangkah demi selangkah.
Orang–orang ini menjadi agak panik lalu si pria bertahi lalat itu pun secara tak sadar melangkah mundur tetapi dia
masih merasa tidak puas lalu dia berseru, “Gaess, ayo kita maju bersama untuk menghabisinya!”
“Dia hanya sendirian saja. Untuk apa takut kepadanya!”
Pada saat itu barulah semua orang- orang itu tersadar kembali lalu sambil meraung keras, mereka langsung
menyerbu maju.
Reva juga meraung dan bergegas.
Orang pertama yang menerima sabetannya adalah seorang pria yang hendak menebas Reva dengan pisaunya
yang tajam.
***
Reva juga mengayunkan pisaunya untuk menebas.
Kedua pisau itu saling bertabrakan dan semua orang hanya mendengar suara dentang yang keras kemudian pisau
panjang di tangan pria itu langsung terbelah begitu saja.
Sedangkan parang milik Reva masih terus menebas dan mengenai pergelangan tangan pria itu.
Sekali lagi, dia memotong lengannya hingga tuntas!
Pria tersebut menutupi pergelangan tangannya yang berdarah sambil menangis dan bergulingan di lantai.
Reva berjalan maju untuk menginjak wajahnya.
Hidung pria itu langsung hancur dan dalam sekejap mata saja mulutnya dipenuhi dengan giginya yang rontok
sebagian. Namun Reva masih saja tidak mengangkat kakinya sehingga gigi yang rontok itu pun dengan terpaksa
dia telan sendiri.
Kali ini, pria itu sama sekali tidak mampu mengeluarkan suara tangisannya lagi.
Di saat yang sama, orang–orang lainnya juga ikut mengepung dan satu demi satu dari mereka mulai
menyerangnya.
Dengan parang di tangan, Reva langsung menghajar dan menebas orang–orang ini dengan cepat seperti harimau
yang sedang lapar.
Meskipun orang–orang ini semuanya sangat nekat namun bagaimanapun juga mereka hanyalah orang orang biasa
saja.
Sedangkan kekuatan dan tenaga Reva sudah meningkat dengan pesat setelah melalui beberapa kali pertempuran
ini.
Jadi saat berurusan dengan orang–orang seperti ini akan tampak seperti harimau yang sedang melawan
segerombolan domba.
Tidak butuh waktu lama bagi Reva untuk menghajar orang–orang ini hingga terluka parah lalu satu demi satu dari
mereka dijatuhkan dan tidak bisa bangun lagi.
Dari antara mereka semua yang lukanya paling ringan adalah pria yang pergelangan tangannya di potong itu.
Sedangkan yang lainnya kalau bukan lengannya yang patah yah kakinya yang patah.
Dan bahkan ada beberapa orang lainnya yang langsung kehilangan nyawa mereka!
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmKali ini Reva sama sekali tidak menunjukkan rasa kasihan ataupun simpatinya.
Karena dia benar benar sudah marah!
–
Menurutnya, para pedagang manusia ini adalah orang–orang yang kejam dan keji seperti iblis
sehingga mereka sudah sepantasnya disiksa dan dihajar!
Pria dengan tahi lalat di wajah itu dipotong salah satu kakinya dan dia terjatuh dalam genangan darah, kemudian
dengan susah payah dia merangkak ke kejauhan dan mencoba untuk kabur.
Namun apa yang dia lakukan itu sama sekali tidak ada artinya.
Reva mengikutinya selangkah demi selangkah dan akhirnya dia menginjak kakinya yang terluka.
Pria dengan tahi lalat itu langsung menjerit dengan lengkingan tinggi. Rasa sakit yang parah itu membuat seluruh
wajahnya menahan rasa siksaan yang amat sangat.
Reva membungkukkan badannya dengan perlahan lalu berjongkok di depannya dan menatapnya dengan ekspresi
tenang.
Pria dengan tahi lalat di wajah itu langsung gemetaran karena merasa ketakutan. Lalu dengan suara bergetar dia
memohon, “Bro, bro… aku.. aku tahu aku sudah salah, tolong kau ampuni aku…”
Ekspresi wajah Reva tampak dingin: “Kau masih ingin hidup?”
Pria dengan tahi lalat di wajah itu mengangguk – anggukkan kepalanya, “Mau, mau…”
Reva: “Oke, kalau begitu jawab pertanyaanku!”
“Ada seorang pria yang bernama Gorban. Apa kau kenal dengannya?”
Pria dengan tahi lalat di wajah itu tertegun sejenak, “Un… untuk apa kau mencari Gorban?”