Samara ditarik paksa kedalam mobil, dia terkejut dan bersiap untuk melawan tapi
pergerakan lawan jauh lebih cepat daripadanya. Lengannya di tahan oleh pria itu, dia
bahkan bisa merasakan nafas hangat pria itu didekat telinganya, bahkan bibir tipisnya
menyentuh daun telinganya dengan lembut. “Lepaskan saya, kamu ini pria bukan sih?
Beraninya menyerang secara mendadak seperti ini.” Semakin Samara mencoba
melepaskan diri, semakin erat pria itu memeluknya, dia bisa merasakan punggungnya
dan dada pria itu semakin sesak. Suara pria itu terdengar menarik, dan suara tawa nya
melewati telinganya. “Saya pria atau bukan? Kamu periksa saja sendiri, bagaimana?”
“Kalau begitu lepaskan saya.” Bola mata Samara berputar beberapa kali : “Kamu
menggenggamku dengan erat, bagaimana saya bisa memeriksanya?” Pria itu tidak
berkomitmen namun pada akhirnya dia melepaskan lengan Samara. Detik selanjutnya,
Samara membalikkan badan dan mengarahkan tinjunya kepada pria itu namun ditangkis
dengan mudah. Tangan besarnya meraih tinjunya dan menariknya ke arahnya, dan jarak
antara keduanya tiba-tiba menyempit lagi. “Kamu ini benar-benar kucing liar kecil dengan
cakar yang tajam ya.” Samara menatap pria di depannya, matanya penuh keterkejutan.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtFitur wajahnya yang sempurna tanpa celah, sepasang mata tajamnya yang dingin dan
menatap dalam sedalam sumur berusia ribuan tahun, dan tidak terlihat dasarnya. Tahi
lalat di bawah kelopak mata kanan menambahkan sedikit aura genit ke seluruh wajahnya.
Sudut bibirnya terangkat, dan tatapan dinginnya tersirat kebenaran dan kejahatan, begitu
misterius. Samara sudah hidup selama dua puluh lima tahun dan sudah banyak menemui
pria yang berkulit mulus, tapi pria di hadapannya ini benar-benar sangat sempurna. Asta
melihat Samara yang tercengang, dan matanya berbinar. “Saya sangat ingin mengundang
Nona Samara untuk makan dan sudah ditolak berkali-kali oleh Anda, jadi saya tidak punya
cara lain selain menggunakan cara ini untuk menemuimu.” Asta melepaskan
cengkramannya pada tangan Samara, dan berkata : “Nama saya Asta.” Setelah
mendengar nama itu, Samara segera tersadar kembali. “Jadi, kamu adalah Asta?” Samara
menyandarkan punggungnya pada pintu mobil dan matanya menatap Asta dengan penuh
pertahanan : “Saya tidak kenal kamu, jangan beritahu saya kalau kamu menculikku
seperti ini hanya untuk mengajakku untuk makan?” Asta sudah bertemu dengan berbagai
jenis wanita, yang berkelas, yang manja, yang lembut, yang lemah, tapi mereka semua
sama-sama memiliki keinginan untuk mengikat hubungan dengannya, tapi wanita yang
ada dihadapannya ini malah menatapnya dengan penuh kewaspadaan. Wanita ini tidak
terlalu cantik, tapi pemikirannya sadar dan membuatnya merasa kalau dia sangat
menarik. Asta ingin melihat wanita ini lebih jelas, jadi dia mencondongkan tubuhnya dan
semakin mendekat padanya. Samara terus bergerak mundur dan menempelkan dirinya
pada pintu mobil sampai tidak ada jarak lagi untuknya, namun tangannya yang ada
dibalik tubuhnya diam-diam meraih sebuah jarum perak, dan saat dia mendekatkan diri
lagi, jarum itu langsung dititikkan pada keningnya. Tapi saat Samara hendak bertindak,
Asta tidak lagi mendekat, dia mengulurkan tangannya menuju punggungnya dan
mengeluarkan jarum perak yang disembunyikan Samara. “Kamu—-” Samara tidak
menyangka kalau kemampuan observasi Asta begitu mengejutkan, dan membuatnya
tercengang. “Nona Samara, kamu berpikir terlalu jauh.” Asta mengambil jarum perak
yang ada ditangan Samara dan melihat lebih dekat : “Saya adalah ayahnya Olivia, saya
mengajakmu untuk makan hanya untuk berterimakasih kepadamu karena sudah
membantu menjaga putriku saat di bandara.” Olivia? Saat mendengar namanya, Samara
samar-samar memiliki ingatan tentang gadis kecil yang mengidap afasia yang dia temui
dibandara. “Tidak perlu berterimakasih, Olivia sangat lucu, kalau berganti menjadi orang
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmlain pun pasti akan melakukan hal yang sama.” Samara mengingat sosok imut dan lucu
itu, ekspresinya seketika melunak dan senyuman mulai terlihat merekah diwajahnya :
“Apakah si imut itu baik-baik saja belakangan ini? Dia sangat imut sampai membuat orang
yang melihatnya akan langsung menyayanginya….” Asta menilai wajah Samara, fitur
wajahnya memang terlihat biasa saja, tetapi sepasang matanya itu membuat dia merasa
tertarik. Samara yang dibayangkannya memang sesuai dengan yang ditemuinya, dia
begitu menyukai Olivia, dan perkataannya juga tidak dibuat-buat atau menyiratkan
keinginan lain, itu benar-benar ucapan yang tulus dari hatinya. Rasa sukanya itu bahkan
membuat Asta secara tidak sadar memiliki pemikiran. Samara sepertinya lebih menyukai
Olivia daripada Samantha, ibu kandungnya. Pada saat ini, mobil tiba-tiba berbelok kearah
kanan dengan tajam dan membuat Samara terhempas kearah Asta. Tapi… Yang lebih
parah adalah, wajah kecil Samara mendarat pada tubuh bagian bawahnya Asta. Wilson
yang mengemudi dibarisan depan menggunakan sistem komunikasi didalam mobil untuk
menyampaikan : “Maaf, Tuan, ada truk yang tiba-tiba berganti jalur didepan dan saya
tidak sempat mengerem mobilnya.” Setelah adegan itu, Hummer itu kembali melaju di
jalanan. Keheningan mengisi barisan belakang mobil, Samara dan Asta mempertahankan
postur yang sangat ambigu.