Ruang Untukmu
Bab 1187 Kisah Baru
“Jangan menangis, Ibu. Saya tidak menangis, dan sayalah yang melahirkan.”
“Pasti kamu merasakan sakitnya.” Darwanti adalah pengusaha yang sukses, dan sangat mencintai putrinya. Dia
akan melakukan apapun agar putrinya tidak merasa sakit.
Senyum merekah pada bibir Anita. Kembali ke ruang operasi, dia bersumpah dia tidak ingin mengandung lagi;
tetapi saat melihat bayinya hadir di dunia ini dengan aman dan lancar, menangis tanpa perduli pada dunia, Anita
lupa akan sakit yang dirasakan sesaat tadi. Yang dirasakan adalah kepuasan dan kebahagiaan.
Rasanya seperti baru saja selesai melakukan hal paling penting dalam hidupnya.
Dia cukup beristirahat selama satu bulan masa persalinan. Seluruh keluarga rela bergantian merawat bayi, jadi dia
menjalani masa–masa menakjubkan itu dengan bahagia. Anita kembali terlihat sehat dan berkilauan.
Di sebuah kedai kopi di sebuah mal, seorang perempuan dengan berkas riwayat hidup di tangannya tengah duduk
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtdi suatu meja. Dia menutup matanya dalam kekecewaan dan marah. Dia baru saja ditolak oleh sebuah perusahaan.
Dia sudah mencari pekerjaan selama dua bulan, tapi masih belum beruntung. Perempuan ini adalah Valencia. Sejak
dikeluarkan dari Departemen Penerjemahan, dia sudah menunggu- nunggu kabar kegagalan Rendra untuk dipilih
kembali. Kenyataan tidak sejalan dengan harapannya, tentu saja. Kini Rendra dan Raisa ada dalam dunia yang
berbeda sama sekali dengan dunianya.
Dia sudah menggunakan semua koneksi yang dimilikinya untuk bisa masuk kembali ke Departemen Penerjemahan
dan menghabiskan seluruh waktunya di pekerjaan. Akhirnya dia berhasil menduduki posisi kepala departemen.
Namun, kini ayahnya sudah diturunkan dan dia juga diberhentikan. Sejak saat itu, dia hanya bisa melamar
pekerjaan di perusahaan swasta. Jatuh terjerembab dari posisi nyaman memang amat sangat menyakitkannya.
Dia mencemooh sebagian besar tawaran pekerjaan, tetapi tidak bisa memperlihatkan pada perekrut pengalaman
masa lalunya, maka yang dia dapatkan adalah tawaran untuk posisi biasa. Itu bukan pekerjaan yang dia cari.
Akhirnya dia terpuruk, dan menyesali apa yang telah dilakukannya. Mengapa saya mempertaruhkan masa depan
pada seorang laki–laki yang tidak mungkin bisa saya miliki pada akhirnya?
Penyesalah yang terlambat datang. Dia sudah memainkan seluruh kartunya, dan hasilnya adalah
keruwetan.
Setelah dikeluarkan dari kalangan atas, tidak ada seorangpun yang menyampaikan kabar padanya tentang Rendra
dan Raisa, bahkan saat dia sengaja bertanya. Yang dia tahu adalah bahwa mereka telah menikah.
Dia sangat mencintai perempuannya. Mereka benar–benar berbahagia. Dia tidak mengencani perempuan
1/2
manapun sampai mencapai usia tiga puluh tiga tahun. Seluruh hidupnya hanya untuk perempuan ini. Cintanya
pada Raisa semakin dalam.
Betapapun ingin menolaknya, puncak kehidupannya telah berlalu, dan tidak akan pernah kembali. Penyokong
terkuatnya telah runtuh.
Matahari musim kemarau bersinar terang di sebuah hotel di tengah kota. Sinarnya memancarkan berkas
keemasan pada seluruh kota.
Seorang perempuan berbaju merah berdiri di depan kamar kelas presiden 8808 dengan kartu akses di tangannya.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmPerempuan itu menarik napas dalam–dalam dan menutup matanya dalam usaha untuk menahan marahnya.
Akhirnya dia membuka pintu itu.
Mesin pembaca kartu mengeluarkan suara bip, dan dia mendorong daun pintu terbuka. Sebelum orang di dalam
kamar bereaksi, dia menarik ponselnya dan merekam kamar yang berantakan, termasuk pasangan yang tengah
berada di tempat tidur, yang tengah berpelukan.
Perempuan di ranjang menjerit. Lelakinya membuka mata dan menarik perempuan itu ke dalam pelukannya. Dia
melotot pada perempuan yang memvideokan keadaan kamar. “Apa yang kamu lakukan, Qiara? Berhenti
merekam!”
“Tunangan dan adik perempuan saya mengkhianati saya. Katakan, mengapa saya tidak perlu mengambil bukti
pengkhianatan kalian ini, sampah? Ini bukan satu–satunya hal yang akan saya lakukan. Saya akan mengunggahnya
secara daring.”
“Kamu gila, Qiara? Lathan dan saya memang sudah ditakdirkan bersama! Kamu hanyalah pihak ketiga di sini!”
Perempuan dalam pelukan laki–laki itu mengangkat kepalanya. Lampu menyorot dirinya, dan yang mengejutkan,
dia terlihat seperti perempuan dalam baju merah.
“Bianca benar, Qiara. Dialah yang saya cintai, bukan kamu.”
Qiara menatap si laki–laki. Mereka bertunangan setahun lalu, tetapi kini dia tengah memeluk saudara kembarnya,
melindungi dia bagaikan harta karun terbesarnya.