Bab 953
“Ibu, jangan habiskan uang untuk saya lagi,” Anita berkata pada Darwanti.
Darwanti tertegun. Mengapa anak perempuan saya terlihat begitu tertekan setelah tidak bertemu dengannya
beberapa bulan saja? Dia lebih matang daripada sebelumnya; bahkan senyumnya memperlihatkan kelelahan. Saya
begitu menyayanginya sejak dia kecil, jadi saya tahu karakternya lebih daripada siapapun. Dia agak marah dan
berselisih dengan saya tentang Darma ketika kembali dari luar negeri saat itu. Mengapa dia terlihat sebagai orang
yang sepenuhnya berbeda sekarang?
“Ayo, Anita! Kita lihat–lihat bersama.” Ani menarik Anita masuk ke dalam ruang dalam dengan tersenyum.
Mereka naik lift menuju ke kamar utama Anita di lantai empat, di mana sofa dipenuhi oleh hadiah, dan pakaian dan
tas tangan dengan merek terkenal. Ani mengambil kalung, sambil berkata, “Ini hadiah dari saya untukmu. Tidak
mahal, tapi kamu tak boleh menolaknya.
“Mengapa juga saya menolak? Saya senang kamu bisa datang mengunjungi saya,” Anita menjawab sambil melihat
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtpada Ani dengan tatapan bersalah.
Ani kemudian mengambil sebuah tas tangan dan memperlihatkannya padanya dengan gembira, sambil berkata,
“Lihat, Anita. Ini adalah barang terakhir yang dibeli ibumu untukmu. Harganya lebih dari 6 milyar!”
Namun, Anita memandanginya, dan bukan pada tas itu.
Ani cukup peka untuk merasakannya. Dia mengedipkan mata dan bertanya, “Anita, mengapa kamu terus
memandangi saya tanpa alasan?”
Anita menundukkan kepalanya dalam kepanikan untuk menutupi sorot mata bersalah di matanya. “Tidak ada apa–
apa. Kita berbincang lagi setelah saya mandi yaa.”
“Mandilah. Saya menunggumu di sini.” Ani tersenyum sambil mengangguk. Dia mendorong Anita, dan berkata,
“Cepat dan bersihkan dirimu. Bajumu koyak dan kotor.”
Anita masuk ke dalam kamar mandi, kemudian duduk di bak mandi sambil kebingungan. Kehidupannya sudah
kembali normal, tetapi hatinya terasa kosong, seakan tak ada lagi kebahagiaan untuknya. Dia tidak berani
mengenang kembali pengalaman manis itu. Semuanya adalah dosa; Saya bahkan tidak sanggup berpikir
tentangnya.
Dia kemudian mandi. Setelah mengeringkan rambut, dia membalut tubuhnya dengan handuk dan masuk ke kamar
pakaian, yang luasnya 100 meter persegi dan dipenuhi pakaian hasil perancang terkenal yang telah dibelikan
Darwanti untuknya. Dia membuka lemari dan mengambil satu set pakaian dari dalamnya. Sebuah -switer putih
sederhana, dipadukan dengan celana panjang kasual. Namun, ikat pingang berlian di pinggangnya telah
membuatnya terlihat anggun dan terhormat.
Melihat sepupunya, Ani tidak bisa lain kecuali memandanginya dengan penuh cemburu sambil bertopang dagu.
“Kamu terlihat cantik sekall, Anita. Saya seringkali merasa tertekan di depanmu!”
Anita memandangi wajah Ani, yang cantik, lembut, dan muda. Dia adalah perempuan muda yang manis yang pasti
disukai orang yang melihatnya. Raditya benar–benar jangan sampai membatalkan pertunangannya
dengannya.
“Anita, saya punya rahasia besar yang ingin saya ceritakan padamu. Mengapa kamu tidak mencoba menerkanya?”
Ani bertanya sambil tersenyum dan memiringkan kepalanya ke satu sisi.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm“Apakah tentang pertunanganmu?”
“Benar! Saya tidak bisa mengontakmu ketika bertunangan dulu. Setelah itu, saya mendengar bahwa kamu tengah
berada dalam masalah besar dan ditempatkan di tempat yang terlindungi, sehingga saya tidak memiliki
kesempatan untuk bercerita denganmu tentang hunangan saya. Sekarang saya bisa menceritakannya.” Ani terlihat
tak sabar ingin mengeluarkan seluruh pikirannya pada Anita. “Namanya Raditya Laksmana. Soal pekerjaannya,
saya belum tahu, tetapi dia benar–benar laki–laki yang tampan dan mengagumkan.” Matanya berbinar. Dia hanya
bertemu dengan Raditya pada malam pertunangan itu, tapi tak bisa melupakannya sejak saat itu.
Jantung Anita mengencang. Tiba–tiba dia mulai menimbang apakah perlu bercerita pada Ani bahwa Raditya dan
anggota timnya adalah mereka yang bertanggung–jawab dalam program perlindungan terhadapnya. Bila tetap
dirahasiakan, Anita tidak akan sanggup menjelaskan bila Ani tahu tentang hal ini suatu hari kelak. “Raditya
Laksmana, hal? Saya pernah bertemu dengannya sebelum ini. Dialah yang ditugaskan untuk melindungi saya
dalam misi ini,” ujarnya sambil berusaha terdengar santai.
Mata Ani membelalak. Dia menatap Anita tak percaya, lalu berkata, “Benarkah? Anita, jadi Raditya yang melindungi
kamu kali ini? Berapa sering kamu bertemu dengannya? Apa pendapatmu tentang dia? Ayo, ceritakan pada saya!
Saya penasaran ingin sekali mengetahui segalanya tentang dia.” Sambil menggosok- gosokkan kedua tangannya,
dia tak sabar untuk mendengar cerita Anita.