Ruang Untukmu
Bab 863
Meskipun baru tinggal di tempat itu selama satu hari, tetapi Anita sudah merasa betapa murni dan tulus orang-
orang di sana, tidak seperti mereka yang memiliki tujuan terselubung yang biasa mengerubunginya. Oleh sebab itu,
dia mulai jatuh cinta dengan lingkungan yang damai itu.
Sambil makan malam, Anita meneruskan membaca buku tetapi tak lama kemudian merasa mengantuk. Kemudian,
dia menutupi wajahnya dengan buku dan tanpa sadar tertidur beberapa saat setelahnya.
Tepat pukul 9.30 malam, Raditya masuk ke dalam kamarnya, mengira kalau Anita sudah kembali ke kamarnya
sendiri, tetapi justru melihatnya sedang tertidur di sofanya. Dia merasa kesal, menganggap perempuan ini sungguh
merepotkan. Tak lama kemudian, Raditya mendekatinya dan mengangkat buku yang menutupi wajahnya, sehingga
memperlihatkan kecantikannya di bawah sinar lampu. Dengan rambut panjang yang terurai di belakang kepalanya,
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtwajah cantiknya dilengkapi kulitnya yang mulus, telah menonjolkan keanggunannya.
Raditya menyipitkan matanya, sadar kalau ini pertama kalinya dia melihat dan mengagumi kecantikan wajah
seorang perempuan dari dekat; seolah-olah wajah Anita adalah potret yang dipajang untuk kesenangan pribadinya.
Sementara itu, pipi merah dan bulu mata tebalnya, juga hidung mancung dan bibir merahnya yang penuh, adalah
beberapa fitur yang terlihat menonjol di wajah Anita.
Saat Raditya terus menatapi wajah cantik itu, entah mengapa tenggorokannya mulai tercekat, tubuhnya
menegang, terutama ketika memerhatikan bibir merahnya. Merasa ada gairah yang bergejolak di dalam dirinya,
Raditya kemudian berdiri dan keluar dari ruang itu, seolah Anita seperti penyakit yang menjangkiti hatinya.
Di sisi lain, Anita masih tertidur sampai suara keras pintu yang terbanting membangunkannya. Dia membuka
matanya dan duduk tegak dengan kesal, sebelum terheran-heran mengapa dia tidur kamar Raditya. Setelah itu,
dia melihat jam dan manyadari sudah hampir pukul 10 malam, merasa kebingungan karena Raditya tidak kunjung
kembali ke kamar pada jam ini.
Setelah itu, Anita bangkit dari sofa, merasa pergelangan kakinya lebih baik karena rasa sakitnya sudah berkurang,
yang membuatnya lega. Maka, dia keluar dari kamar Raditya dengan berjalan kembali ke kamarnya.
Sementara itu, Raditya banjir keringat di seluruh tubuhnya, karena asik bermain bola basket sendiri di lapangan,
berusaha keras dalam setiap tembakannya tanpa ada jeda. Saat berhasil memasukkan bola dari garis tiga poin
dalam beberapa tembakan berturut-turut, anak buahnya kebetulan menghampirinya.
“Mengapa kamu masih ada di sini, Radit?” tanya Sandro.
“Saya tidak bisa tidur.” Raditya membidik lalu melemparkan bola ke dalam keranjang dengan akurat, terlihat
seperti pemain basket profesional.
“Ayo kita main bersama.” Sandro mengajak mereka bertanding basket.
Di malam yang sama, Anita sudah tertidur lelap, karena akhirnya pikirannya tenang, berkat orang-orang baik dan
Иngkungan nyaman di sana. Namun, dengan cepat dia bisa merasakan ada yang aneh dalam tiga hari kemudian
saat menyadari ketidakhadiran Raditya di kantin, lapangan, bahkan di kamarnya.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmKarena kamarnya tidak dikunci, Anita bisa keluar masuk sesuka hati tetapi tetap tidak ada tanda-tanda
kehadirannya. Saat berpapasan dengan Teddy, dia bertanya, “Teddy, di mana Raditya ya?”
“Dia keluar untuk beberapa hari ke depan.”
“Kapan dia akan kembali?”
“Dia tidak mengatakan apa-apa.”
Mendengarnya, Anita merasa kesal karena Raditya tidak memberitahu dirinya sebelum pergi. Tanpa kehadirannya,
dia merasa seakan ada yang hilang dalam hidupnya, merasa kurang gembira dan lebih banyak bosan. Oleh sebab
itu, dia membawa buku ke kantin setiap hari dan menghabiskan sebagian harinya di sana. Tak terasa, seminggu
sudah berlalu tanpa disadari Anita yang mulai terbiasa dengan ketidakhadiran Raditya. Meskipun begitu, Anita
masih bertanya-tanya kapan dia akan kembali.
Suatu senja, Anita berjalan-jalan di sekitar markas ketika pergelangan kakinya sudah terasa jauh lebih baik. Saat
duduk di taman dan membaca buku, tiba-tiba dia mendengar suara helikopter dan menengadahkan kepalanya ke
atas mencari tahu. Tak lama, dia melihat helikopter itu terbang di atas kepalanya menuju lapangan, yang
membuatnya berpikir apakah laki-laki itu yang datang kembali. Merasa senang dan bersemangat, dia membawa
bukunya erat-erat dan bergegas menuju lapangan.