Bab 852
“Berarti Nona Maldino tidak pernah membuka lipstik itu!” Jodi menghela napas.
Teddy berbalik sambil memutar matanya. “Bodohkah kamu? Dia tidak akan membuang lipstik itu kalau sudah
membukanya.”
“Bagus kalau tidak dibukanya, atau si pencuri akan tahu keberadaan lipstik seketika itu juga. Dia mungkin akan
melacaknya sebelum kita dan menempatkan Norra Maldino dan keluarganya dalam bahaya,” ucap laki- laki
bercodet di kening. Namanya Wilmar Junadi.
Teddy menghela napas. “Tuhan telah menyelamatkannya lagi. Saya rasa perempuan cantik selalu beruntung.”
Mata Teddy berbinar–binar. “Hei, maksudmu dia masih lajang? Berarti saya punya kesempatan untuk
mendekatinya!”
Seseorang memukul bagian belakang kepalanya, dan berkata, “Lakukan saja pekerjaanmIL.”
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtTeddy merasa jengkel, tetapi hanya diam, karena orang yang memukul kepalanya adalah pemimpin mereka. Dia
menggembungkan pipinya sambil mengetik di papan ketik, dan bergumam, “Apakah Pak Raditya sedang berusaha
mendekatinya juga? Tidak bisakah kami mendapat kesempatan?”
“Kamu itu bahkan tidak mendekati kelasnya, Teddy. Selain Pak Raditya, kita masih punya Sandro, dia seorang yang
seksi juga.” Goda Jodi.
Raditya tidak menghentikan karena sudah terbiasa dengan gurauan mereka. Dia kemudian memberi perintah,
“Saya ingin melihat berkas para kriminal ini di meja saya dalam waktu setengah jam lagi.” Lalu dia pergi.
Teddy memerhatikan kepergiannya. Begitu Raditya benar–benar sudah pergi, dia pun segera mengeluarkan
ganjalan dalam pikirannya. “Ada yang aneh dengan Pak Raditya.”
“Apakah kalian mencium aroma parfum perempuan pada dirinya?” Jodi memiliki hidung yang sensitif, dan bisa
mencium begitu banyak aroma yang kebanyakan orang tidak bisa membauinya.
“Hei, mungkin saja Nona Maldino memeluknya setelah Pak Raditya menghiburnya. Ah, saya ingin sekali berada di
posisinya. Perempuan membutuhkan kehadiran laki–laki yang dapat diandalkan saat sedang bersedih. Pak Raditya
sangat beruntung.” Teddy terus berbicara sambil mengetik. Laki–laki itu memang banyak bicara, tetapi juga
seorang jenius dalam bidang teknologi, dan sangat dapat diandalkan.
“Saya ingin melakukan sesuatu yang baik sekali saja.” Jodi bekerja di komputer yang lain, dan tersenyum
menyeringai.
“Apa itu?”
“Saya menyaksikan rekaman video itu lagi, dan melihat laki–laki itu memberikan uang kepada si perempuan.
Bukankah itu terhitung sebagai prostitusi?”
“Benar!” ucap Teddy.
“Sudah dilaporkan. Polisi sedang ke sana.”
“Ya! Tangkap dia demi Nona Maldino! Bagus.” Teddy mengangkat kedua ibu jarinya.
Raditya kembali ke kamarnya, yang berada di sebelah kamar Anita. Dia terkejut melihat pintu kamarnya terbuka.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmDia mengernyit dan masuk ke dalam, tetapi Anita tidak terlihat di sana.
Dia mengeluarkan ponselnya untuk menelepon. “Di mana dia?”
“Di lapangan basket, Pak Raditya. Dia sedang menangis. Dia membutuhkanmu!” ucap Sandro dengan riang.
Raditya kemudian menutup teleponnya. Dia tidak berniat menghampirinya. Dia kemudian berniat untuk menutup
pintu kamar Anita, tetapi urung dan pergi ke lapangan basket. Lampu bersinar di atas perempuan ramping yang
sedang duduk di bangku. Rambutnya terurai sampai pundaknya, terlihat seperti gadis yang sedang dalam
kesulitan.
Anita mendengar suara langkah kaki, dan segera menyeka air matanya karena tidak mau orang lain melihatnya
sedang menangis. Ketika mengetahui siapa yang menghampiri, dia memalingkan mukanya. “Kamu tidak perlu
menghibur saya,” ucapnya.
“Tidak. Saya hanya ingin menyampaikan bahwa potensi bahaya yang mengintaimu semakin meningkat. Saya harus
bertemu dengan orang tuamu besok untuk menceritakan apa yang terjadi. Saya juga akan menempatkan
beberapa anggota tim untuk melindungi mereka.” Raditya berdiri sekitar satu meter dari Anita sambil
menyilangkan lengannya. Dia terlihat seperti gunung dan dapat diandalkan.
Anita menoleh, matanya merah. “Tolong jangan biarkan terjadi sesuatu pada ayah dan ibu saya. Saya akan
bekerjasama denganmu. Saya tidak akan lari ataupun membuat onar.”