Bab 834
Meskipun lipstiknya sudah dibuang jauh, dia masih merasa hancur. Dia pun berjongkok sambil menutupi wajahnya,
membiarkan air mata jatuh dari kedua matanya. Kala itu, dia sedang menunggu sang penyelamat.
Siapa yang bisa menyelamatkannya? Siapa yang bisa menyelamatkan hatinya yang hancur?
Tiba–tiba, suara gemuruh petir menyambar dari langit, diikuti dengan sambaran kilat yang menyinari wajah
cantiknya yang pucat pasi.
Badai akan segera tiba. Tak lama kemudian, hujan mulai jatuh dari langit Andara.
Di sudut taman, lipstik yang baru saja Anita buang tergeletak di atas tanah yang lembut. Tampak ada lubang
dangkal terbentuk karena hujan, dan lipstik itu tergelincir masuk ke dalamnya dan tertutup oleh lapisan tanah lain.
Saat ini, Anita tidak mengetahui rahasia apa yang tersembunyi di balik lipstik yang dia buang dalam keadaan
marah dan bahwa ada dua kelompok orang menghampirinya. Yang satu ingin membunuhnya, dan yang lain mau
menyelamatkannya. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi setelah itu.
Keesokan paginya, seorang laki–laki jangkung sudah berdiri di luar pintu Kediaman Keluarga Maldino membawa tas
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtdi tangan. Dia menekan bel pintu, kemudian seorang pelayan menghampiri dan bertanya, “Apakah Anda pengawal
baru?”
“Benar.”
“Siapa namamu?”
“Gading Ludito,” laki–laki itu mengucapkan namanya dengan santai.
“Silakan masuk.” Pelayan membiarkannya masuk karena sudah mendapat pesan kemarin mengenai pengawal
baru yang akan datang hari ini.
Di dalam ruang besar, Darwanti sudah bersiap untuk keluar ketika melihat pengawal baru itu masuk ke dalam
rumah. Dia tertegun sesaat lamanya.
Wajah dan aura pengawal ini jauh lebih baik dari yang dia perkirakan. Dia benar–benar terpukau dibuatnya.
“Halo, Nyonya Maldino. Saya Gading Ludito. Saya dikirim Tuan Maldino untuk melindungi Nona Maldino,” laki–laki
muda itu menyapanya dengan sopan.
“Halo, Pak Ludito. Saya sudah mendengar dari suami saya. Yah, putri saya sedang tidak bersemangat akhir- akhir
ini. Tolong kamu awasi dia dan jangan biarkan dia bertindak aneh–aneh.” Darwanti memperhatikan pengawal itu
dari atas sampai bawah dan sebenarnya merasa mungkin suatu pilihan yang bagus juga untuk menjadikannya
menantu.
“Tentu. Saya akan berusaha sekuat tenaga untuk melindungi putri Nyonya dan tidak akan membiarkannya berada
dalam bahaya.” Suaranya yang rendah dan tenang memberi rasa aman pada Darwanti.
“Kalau begitu saya bisa tenang.” Darwanti merasa selera suaminya dalam hal mencari pengawal benar–benar
bagus, karena dia mengirim seseorang yang bertubuh tinggi dan tampan untuk melindungi anak perempuan
mereka. Yang lebih penting lagi, dia bisa melihat kalau laki–laki ini penuh kebaikan. Jarang sekali dia
menangkap perasaan yang kuat dan baik dari seseorang.
“Kamu sudah sarapan?”
“Sudah. Terima kasih.”
“Putri saya ada di lantai atas. Sekarang saya mau keluar jadi tidak punya cukup waktu untuk memperkenalkanmu
dengannya. Saya akan meminta pelayan untuk membawamu ke lantai atas.” Saat berbicara, ponselnya berdering.
Segera dia mengangkatnya dan berkata, “Saya akan segera ke sana. Tolong tunggu sebentar.”
Setelah Darwanti pergi, pelayan berkata kepada laki–laki muda di dalam ruang besar itu, “Tuan Ludito, silakan
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmduduk dulu. Nona Maldino masih belum bangun.”
Akan tetapi, laki–laki itu tidak duduk. Dia menaruh kopernya dan pergi ke halaman untuk memeriksa keseluruhan
denah Kediaman Keluarga Maldino. Tepat ketika itu, terdengar suara dari alat komunikasi yang terpasang di
telinganya.
“Raditya, kami berhasil meretas sistem keamanan Kediaman Keluarga Maldino. Semuanya di bawah kendali.”
Pengawal ini bukanlah orang lain; dia adalah Raditya yang masuk ke Kediaman Keluarga Maldino menggunakan
identitas lain. Kediaman Keluarga Maldino sedang dalam situasi yang berbahaya saat ini. Terutama Nona Maldino,
yang bisa diculik kapan saja oleh para pencuri.
Di kamar utama lantai tiga, Anita membuka matanya, tetapi keduanya sangat merah dan bengkak sampai
membuatnya tidak nyaman. Kemudian dia turun dari ranjang dan berjalan ke kamar mandi untuk membasuh
muka. Dia telah berpikir sepanjang malam dan memutuskan untuk berdiskusi dengan ibunya tentang mendapatkan
kembali Darma.
Karena ayahnya sedang bertugas luar dan hanya ada ibu beserta para pelayan di rumah, Anita tidak mengganti
pakaian atau berdandan. Dia hanya mengenakan gaun tidur sutra dan turun ke lantai bawah. Dengan rambut
panjangnya yang acak–acakan, Anita tampak sedikit seksi dan sangat cantik pagi hari itu.
Dia memancarkan aura darah biru dengan sedikit sikap dingin.