Bab 453
“Besok malam Natal. Apa kamu mau merayakannya di kediaman Prapanca?” tanya Tasya.
Elan membalasnya dengan lirih, “Saya selalu merayakannya bersama Nenek saya.”
Tasya harus ke rumah Ayahnya besok. Meskipun tidak ada tempat untuknya di rumah itu, dia masila menganggap
tempat itu sebagai ‘rumah‘ selama Ayahnya masih tinggal disana.
“Apa boleh kalau saya mengundangmu dan Jodi ke rumah Nenek untuk merayakan Natal?” tanya Elan dengan
suara lirih setelah dia terdiam sejenak.
Tasya termenung sejenak dan memutuskan kalau dia tidak akan pulang ke rumah untuk merayakan Natal di
rumah, karena dia akan pulang di malam Natalnya.
“Tentu!” balas Tasya sambil menganggukkan kepalanya.
Pelukan di pinggangnya semakin erat, membuat tubuh Tasya semakin dekat dengan dada Elan. Dia pun perlahan
mencoba untuk mencium bibir Tasya, tapi Tasya dengan sigap menghentikannya sebelum terlambat.
“Tidak ada ciuman,” ujar Tasya. “Jangan merusak riasan saya ini.” Malam ini, Tasya akan bertemu dengan saingan
beratnya. Jadi dia harus memastikan kalau riasan wajahnya bisa membuatnya beruntung.
Laki–laki itu hanya bisa mencium pundak Tasya sambil cemberut. “Kalau saya menciummu disini, tidak apa–apa,
kan?” ujar Elan.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtSeketika, Tasya merasa seakan ada aliran listrik menyengat tubuhnya saat Elan menghukumnya dengan ciuman
itu. Saat itu, ponsel Elan berdering. Elan menatap ponselnya, lalu berjalan menuju sofa dan duduk sambil menjawab
teleponnya.
“Halo?”
“Semua sudah disiapkan sesuai perintah Anda, Pak Elan,” suara Roy terdengar di ujung telepon.
Elan menghela napas lega dan matanya berbinar penuli dengan rasa puas,
Tanpa mereka sadari, waktu berlalu dan sudah pukul 6,30 malam. Semua tamu mulai berdatangan. Saat itu,
seorang perempuan yang mengenakan gaun yang begitu sensual berjalan masuk. Dia adalah Alanna. Din berusaha
mati–matian untuk tampil cantik demi inenarik perhatian Elan.
Felly, yang melihatnya datang, mendekatinya. “Alanna, kenapa kamu disini?”
“Kenapa saya tidak boleh datang. Felly? Saya juga karyawan Jewclia.” Jawab Alanna dengan nada mencibir karena
dia tahu kalau Felly berteman baik dengan Tasya.
Felly tampaknya tidak terpengaruh dengan sikap Felly yang tidak sopan dan menjawab dengan tenang, “Sepertinya
namamu tidak ada di daftar tamu.”
“Hubungan saya dengan Pak Elan membuat saya bisa jadi tamu acara ini kalau saya mau.” Setelah berkata seperti
itu, Alanna berbalik pada seorang manajer yang berdiri di tepi ruangan. “Cepat carikan saya tempat duduk!”
Felly kehabisan kata–kata saat mendengar jawaban Alanna. Meskipun Alanna adalah karyawan di Jewelia, dia sama
sekali tidak bertanggung jawab pada pekerjaannya. Dia tidak pernah memberikan konsep desain yang berguna
sejak dia diterima di perusahaan.
Di saat yang bersamaan, Maria menyambut Helen yang ada di aula bawah. Saat dia melihat Helen datang, dia
melompat kegirangan. “Akhirnya kamu datang, Helen!”
LLL
Gaun yang Helen sewa dari butik ternyata tidak seburuk itu. Setidaknya, gaun itu sepadan dengan harga yang dia
bayarkan.
“Helen, kamu terlihat cantik!” ujar Maria. Dia menyadari kalau perempuan itu sudah melakukan operasi plastik.
“Apa acaranya sudah dimulai? Apa kamu sudah menyiapkan tempat duduk untuk saya?” tanya Helen pada Maria,
“Sudah.” ujar Maria. Dia masih ingin jadi penjilat di depan Helen. Dia berharap suatu hari nanti Helen akan
memesan desain padanya agar dia mendapat bonus yang besar!
Helen berjalan masuk ke aula pesta dan duduk di tempat yang tidak terlalu mencolok di antara para tamu. Satu–
satunya alasan dia datang malam ini adalah untuk menarik perhatian Elan dan membuatnya bersimpati pada
dirinya.
Saat acara akan dimulai, para tamu sudah berkumpul di dekat meja prasmanan.
Tasya dan Elan sedang makan malam di kamar VIP mereka ketika Felly mengirim pesan pada Tasya kalau acara
akan dimulai. Felly juga bertanya kapan Tasya akan turun ke aula pesta.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmKarena tidak mau ketinggalan penampilan penyanyi lavoritnya, Tasya meminta Elan untuk bergegas, “Ayo turun
sekarang!”
Elan hanya menganggukkan kepala dan menemani Tasya menuju aula pesta.
Meskipun lampu ruangan cukup redup, Elan tetap bisa membuat semua orang kagum dengan kehadirannya saat
dia dan Tilsya masuk ke ruangan. Dengan
tubuhnya yang tegap dan kakinya yang jenjang, aura sosok raja yang angkuh terpancar dari dirinya.
“Pak Elan ada di sini.”
“Oh, ya Tuhan! Dia benar–benar Pak Elan! Saya kira beliau tidak akan datang!”
“Saya tidak percaya kalau saya akhirnya bisa melihat Pak Elan secara langsung. Di benar–benar tampan!”
“Hei, siapa perempuan yang ada di sampingnya itu?!”
Para tamu perempuan yang berdiri di dekat panggung saling berbisik, membuat musik yang sedang ditampilkan
nyaris tidak terdengar.
Napas Helen tercekat saat dia melihat kedua orang itu. Laki–laki yang selalu dia pikirkan akhir–akhir ini ada di
depan matanya. Dan laki–laki itu datang bersama perempuan yang paling dia benci.
Sementara Alanna, yang ada di antara para tamu, menatapnya dengan mata bert Elan akhirnya datang juga.
Previous Chapter
Next Chapter