Ruang Untukmu
Bab 358
“Apa kamu pikir aku bisa meninggalkanmu sendirian seperti ini?” Elan memeluk Tasya erat–erat. menolak untuk
melepaskannya.
Tepi baja pada sikapnya iclah kembali, dan keuka dia berbicara, itu dengan nada yang jelas dan tak tcrgovahkan.
“Aku sudah bertahan selama lima tahun; aku cukup yakin aku akan baik–baik saja sendirian untuk satu malam.”
Elan mengerucutkan bibimya dan bertanya dengan ragu, “Apa Jodi benar–benar anak dari penjahat itu?”
Tasya benci menghadapi kebenaran tentang kelahiran Jodi setiap kali itu dibahas, namun kenyataan itu kejam, dan
tidak ada yang bisa dia lakukan untuk menyangkal identitas ayah Jodi. “Ya,” dia akhirnya berkata dengan gigi
terkatup.
Dada Elan terasa sesak. Dia mengerti bahwa ini adalah topik yang menyakitkan bagi Tasya, maka dia
membiarkannya.
Pada akhirnya, dia bangkit dan pergi setelah Tasya mendesaknya. Ketika pintu tertutup di belakangnya, sinar dingin
melintas di matanya saat dia bersumpah untuk mengungkap identitas pria sialan itu bahkan jika Tasya menolak
untuk membicarakan tentangnya. Dia perlu mengetahui monster macam apa yang tega menyakitinya seburuk itu.
Kini, Elan menunggu di pintu, namun ketika dia menyadari bahwa Tasya tidak akan membukanya dan
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtmengundangnya kembali ke dalam rumah, dia pergi.
Satu–satunya cara dia bisa mendapatkan pemecahan atas kasus ini adalah dengan mencari tahu di kelam malam
mana insiden itu terjadi. Hanya karena Tasya tetap bungkam tentang hal itu, dia yakin orang lain mungkin tahu
tentang apa yang telah terjadi pada malam Tasya dilecehkan.
Saat Elan duduk di jok belakang mobil, dia mulai mempertimbangkan pilihannya. Helen tahu tentang detail malam
itu, namun Elan tidak ingin hal itu kepadanya. Dia memilah–milah nama nama dalam benaknya, mencoba memilih
orang yang paling mungkin untuk memberinya informasi berguna mengenai itu.
Dia akhirnya memilih satu orang, dan itu adalah Elsa, saudara tiri Tasya. Mengingat bagaimana dia membahas
kelahiran Jodi terakhir kali dia mengamuk, kemungkinan besar dia tahu tentang insiden itu. Dia yakin bahwa Elsa
bisa memberinya beberapa petunjuk mengenai hal ini.
Selagi dia bersandar di kursinya, Elan mengeluarkan ponselnya dan menelepon Roy. “Aku ingin kamu mengatur
sebuah pertemuan untukku dengan seseorang
“Siapa itu, Pak Elan?” tanya Roy sopan.
“Elsa.”
Dalam keheningan kamar tidur, Tasya memegang segelas air selagi dia duduk di ruang duduk dengan lesu. Dia
merasa bersalah karena telah membayangkan Elan sebagai pria yang telah melecehkannya lima tahun lalu saat
mereka bermesraan. Sebenarnya, dia pun terkejut karena
trauma yang dia pikir telah dia kubur jauh di dalam hatinya bisa dengan mudah muncul permukaan dengan satu
sentuhan, memicu rasa takutnya pada keintiman.
Dia uba–uba merasa bahwa ini udaklah adil bagi Elan. Jika mereka benar–benar berhasil sebagai pasangan dan
menikah, dia tidak mungkin menolak Elan selama sisa hidup mereka dan mengikatya ke selibat paksa.
keesokan paginya, Elsa masih berada di bawah selimut ketika dia tiba–tiba menerima panggilan telepon yang
membuatnya terduduk tegak di tempat tidur. “Apa? Apa Tuan muda Elan ingin menemuiku di siang hari?”
“Ya. Pak Elan memiliki sesuatu yang membutuhkan bantuan Anda. Apakah Anda bisa menemuinya?”
Elsa sangat terkejut hingga dia tidak kuasa merangkai kata, dan dia tergagap, “T–Tentu saja. Aku bisa
menemuinya.”
“Kalau begitu, apakah jam 11.30 pagi hari ini cocok untuk Anda?”
“Ya, tentu saja. Aku akan ke sana,” jawabnya sambil mengangguk mantap.
Ketika panggilan itu berakhir dan dia menerima alamat restoran tempat pertemuan itu akan diadakan, dia sangat
gembira sehingga dia bisa pingsan. Bahkan dalam mimpi terliarnya, tak sekalipun dia berpikir bahwa Elan akan
mengundangnya makan siang.
“Ya ampun, apa yang harus aku kenakan?” Dia melompat turun dari ranjang dan membuka pintu lemarinya,
mengubrak–abrik pakaiannya dengan penuh semangat. Dia hanya memiliki satu tujuan dalam pikirannya, yaitu
merayu Elan dan menjadikan pria itu sebagai suaminya.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmDia tidak peduli bahwa pria itu seharusnya adalah pacar Tasya, dia juga tidak terganggu oleh masa lalu Elan dengan
Helen. Dia masih bertekad kuat untuk memiliki Elan karena pria itu layak
untuk diperjuangkan.
Dia tidak memberi tahu Pingkan tentang pertemuan itu. Setelah memilih sebuah gaun ketat, dia mengenakan
blazer di luarnya, berpikir bahwa jika Tasya bisa memenangkan Elan saat mengenakan setelan bercelana, tentu
saja itu berarti Elan menyukai wanita karir profesional,
Kemudian, dia duduk di depan meja rias dan mulai merias wajahnya dengan cermat, tidak membiarkan ada cacat
sedikit pun. Dia bertekad untuk menunjukkan sisi terbaik dirinya kepada Elan.
Sementara itu, semua departemen di Jewelia bersiap–siap untuk pindah ke gedung perusahaan baru mereka.
Karena kantor–kantor di Perusahaan Prapanca dilengkapi oleh dekorasi–dekorasi termewah, satu–satunya hal yang
harus dilakukan departemen–departemen itu adalah mengemas arsip dan peralatan mereka untuk langkah besar.
Tasya sedang berada dalam keheningan kantomya ketika Alanna tiba–tiba berjalan melewati pintu.
“Apa ada sesuatu yang kamu butuhkan, Nona Alanna?” Tanya Tasya dengan kelus
“Kesigapanmu dalam merayu Pak Elan memang layak dipuji, Nona Tasya,” Alanna berkata sarkastis.
“Aku hanya tertarik pada percakapan tentang pekerjaan, Nona Alanna,” Tasya berkata dengan
tenang. “Perusahaan bukanlah tempat kita membicarakan urusan pribadi.”
Previous Chapter
Next Chapter