Ruang Untukmu
Bab 229
Tatapan mata Elan tertuju pada Tasya. Benar adanya bahwa perempuan yang dicintainya ini selalu terlihat cantik
terlepas dari apa yang dia kenakan.
“Oh! Begitukah? Baiklah, aku akan pergi sekarang.” Setelah itu, Elan berbalik dan membuka pintu lalu pergi.
Kejadiannya sangat cepat sehingga Tasya hampir tidak bisa bereaksi bahkan sampai lupa untuk mengunyah
makanannya. Ketika didengarnya bantingan pintu ditutup, Tasya menyadari bahwa Elan sudah benar–benar pergi.
Perasaan laki–laki ini benar benar sulit dimengerti.
Saat keluar dari area perumahan, Elan mengeluarkan ponselnya dan menekan nomor telepon Felly. “Halo, Pak
Elan.” Ia sedikit gemetar saat menerima telepon dari bosnya di jam yang tidak biasa di pagi hari.
“Kirimkan alamat di mana Tasya akan mengambil mobilnya nanti. Kamu tidak perlu datang.”
Felly seorang yang peka sehingga segera tahu apa yang sedang terjadi. Bosnya ingin pergi, menggantikan dirinya,
dengan Tasya. Kemudian Felly menjawab dengan penuh semangat, “Baik, tentu saja. Akan kukirimkan alamatnya
sekarang juga.”
Tak lama kemudian, Elan menerima alamat penjualan mobil di mana Tasya akan menerima mobil pilihannya. Dia
menyalakan mesin mobil dan melaju terlebih dahulu untuk segera sampai di tujuan dan menunggu Tasya.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtSementara itu, Tasya telah menghabiskan sarapannya lalu melihat jam. Aku harus pergi sekarang. Dia pun
memanggil taksi dan pergi menuju tempat penjualan mobil; di perjalanan ke sana, dia meminta beberapa saran
mengemudi pada sopir taksi perempuan itu. Mereka berbincang panjang sampai tiba di tempat tujuan.
Setelah turun dari taksi, Tasya mengeluarkan ponsel dan menekan nomor telepon Felly sambil berjalan ke pintu
masuk
“Halo, Felly? Apakah kamu sudah tiba?”
“Hmm ... Tasya, tiba–tiba aku ada urusan yang harus diselesaikan, jadi tidak bisa ke sana,” ucap Felly ragu–ragu.
Tasya langsung kaku. “Apa? Jadi, kamu tidak datang?”
“Iya, aku sibuk sekali sejak pagi. Tasya, cari orang lain saja untuk membantumu, ya?” Lalu, Felly menutup
teleponnya.
Tasya mendadak merasa gelisah sambil memikirkan siapa yang akan membantunya
untuk mengemudikan mobilnya pulang ke rumah nanti. Selagi dia sedang berpikir, seorang laki–laki turun dari
mobilnya, yang terparkir di samping tempat penjualan mobil
Tanpa sadar Tasya melihat ke arahnya dan seketika itu mata indahnya membelalak, terkejut demi menyadari apa
yang dilihatnya.
kemudian, akhirnya dia mengerti mengapa Felly tidak bisa datang. Dia tidak sibuk; dia di bawah perintah
seseorang.
Elan itu terlalu gigih. Mengapa dia tidak melakukan hal lain daripada berkutat terus dengan hidupku sepanjang
waktu? Memangnya dia punya banyak sekali waktu luang? Dia itu harus mengurus Perusahaan Dakota dan Grup
Mahkota Ratu, jadi bukankah seharusnya sibuk hingga tak punya waktu?
Laki–laki itu terbatuk ringan. “Kebetulan sekali!”
Tasya memutar bola matanya. Kebetulan? Iya, benar. Ini sudah pasti sebuah pertemuan kebetulan yang dia
rencanakan dan wujudkan secara sengaja.
“Rupanya kamu punya banyak sekali waktu luang, Pak Elan.” Tasya menyilangkan kedua lengannya. Hembusan
angin menyibak rambut panjangnya. Terlihat sangat cantik
“Kamu tidak perlu merepotkan orang lain untuk membantu memperlancar keterampilanmu mengendarai mobil.
Bukankah kamu memiliki aku.” Elan menyipiikan matanya karena rela mengorbankan keselamatannya demi
membantu
Tasya lauhan menyetir.
Tasya menakut–nakutinya. “Kamu yakin mau menjadi penumpang di mobilku?”
“Selama kamu rela menyopirii aku.” Laki–laki itu sudah siap berada di sisinya, bahkan jika nyawanya harus
dipertaruhkan.
Tasya menelan ludah dngan gugup. Saat itu, dia mendapat telepon dari staf penjualan. Sambil menerima telepon,
Tasya berjalan masuk ke ruang pamer mobil sementara laki–laki di belakangnya mengikuti, dengan langkah
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmpanjang.
Sesaat setelah laki–laki itu masuk ke dalam ruang, asisten perempuan yang berdiri di pintu masuk terpana
menatapnya.
Wow, tampan sekali! Apakah dia mau membeli mobil di sini? Apakah dia pelanggan? Apakah dia sudah menikah?
Beberapa laki–laki memang pantas dikejar–kejar dan Elan salah satunya. Sementara itu, Tasya mendekati
seseorang yang tinggi dan ramah–dia adalah Irfina, konsultan penjualan mobil yang melayaninya. Irfina sangat
bersemangat saat berseru, “Nona Merian, kemarilah. Mobil keren Anda sudah menunggu.”
Beberapa penjual mengerumuni Elan. “Pak, apakah Bapak mau melihat–lihat mobil?”
Elan tidak suka terlalu berdekatan dengan perempuan, lalu dengan tegas berkata, “Aku ke sini dengan istriku untuk
mengambil mobil yang sudah dibelinya.‘
Suaranya cukup kencang untuk sampai ke telinga Tasya. Seketika dia menghentikan langkah dan berbalik menatap
laki–laki yang sedang tersenyum dan berjalan ke arahnya. Omong kosong apa yang dia katakan? Istrinya?
Staf perempuan penjual mobil itu segera menatap Tasya dengan perasaan iri sekaligus kagum.
Hmm, jadi laki–laki tampan ini sedang menemani istrinya mengambil mobilnya! Istrinya pasti sangat senang!
Previous Chapter
Next Chapter