Ruang Untukmu
Bab 224
“Baiklah. Selanjutnya, perusahaan kita akan mengerahkan segalanya demi melewati musim ini. Di akhir bulan ii,
semua orang diharapkan untuk menyerahkan beban kerja sebanyak dua kali lipat dari yang biasanya. Selain itu,
pastikan kalau kalian menunjukkan kepada saya sejauh mana kemampuan kalian dan jangan bersantai
santai mengenai hal itu.”
Setelah rapat berakhir, Felly mengetuk pintu ruangan Tasya dan masuk sembair membawa secangkir kopi,
bermaksud untuk mengobrol dengan Tasya. Felly langsung berujar, “Tasya, Alisa sekarang dipromosikan menjadi
Wakil Direktur dan dia berusaha mempersulitmu di perusahaan ini dari segala aspek. Kamu harus berhati–hati
kalau kamu sampai terjatuh ke dalam perangkapnya.”
“Baiklah, aku mengerti. Terima kasih atas perhatianmu, Felly,” kata Tasya yang mengerucutkan bibirnya dan
tersenyum, dia bersyukur memiliki teman yang luar biasa seperti Felly.
“Oh, kamu sedang melihat mobil! Kalau begitu, kamu memutuskan untuk membelinya?”
Akibat rasa penasarannya, Felly membungkuk dan mengintip ke layar monitor Tasya. Sementara itu, Tasya
menggangguk dan menjawab, “Aku sedang mencari beberapa model. Rasanya sangat tidak nyaman kalau harus
memanggil kendaraan
tiap berangkat dan pulang kerja setiap harinya. Selain itu, biayanya juga banyak. Akan lebih enak kalau aku punya
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtmobil sendiri.”
“Apa ada mobil yang menarik perhatianmu? Model yang mana?”
“Aku tidak pernah mengendarai mobil sejak aku mendapatkan SIM, jadi aku memutuskan mau membeli mobil
penumpang berbasis sedan ini,” jelas Tasya menunjuk mobil penumpang berbasis sedan bermerek BMW yang lebih
kecil.
Mobil ini sesuai dengan anggarannya. Felly lalu melihat–lihat detail kendarannya dengan Tasya. Pada sore harinya,
Felly pergi bersama Tasya untuk melihat mobilnya secara langsung. Tasya mencoba mobilnya untuk dikendarai dan
pengalamannya cukup baik. Performa mobilnya memuaskan dan mobilnya terlihat bagus serta elegan dengan
tampilan luar berwarna putih.
Tasya sudah mempertimbangkan untuk membeli mobil selama hampir lima hari lamanya saat ini, dia akhirnya
memutuskan untuk membeli mobil ini. Wanita itu membayar penuh menggunakan kartunya di tempat jual–beli
mobilnya dan membiarkan pihak toko mengurus dokumen dan berbagai macam berkas sebelum kembali ke
perusahaan bersama Felly.
Mobil itu akan siap dikendarai lusa, Tasya sendiri menantikan mobil pertama yang akan dia miliki selama hidupnya
ini. Ini akan menjadi titik penting bagi orang
normal sepertinya. Wanita itu juga sempat mengajak Omar makan siang, tetapi pemogram ini tidak pernah punya
waktu. Pria itu sedang menangani proyek yang rumit saat ini, jadi si pria sangat sibuk.
Tasya hanya bisa menunggu sampai Omar punya sedikit waktu luang lebih sebelum mentrakurnya makan siang.
Wanita itu masih berutang pada si pria setelah mengangkat teleponnya tempo hari. Selama beberapa hari
belakangan, hidup Tasya sangat damai karena tidak adaya sescorang. Elan!
Kalau pria itu tidak berinisiatif muncul di hadapannya, Tasya mungkin tidak akan sempat bertemu dengannya. Ini
karena si pria tinggal di daerah kelas atas. Bahkan, bawahannya sendiri tidak bisa bertemu dengannya sekali dalam
kurun waktu setahun, apalagi orang normal.
Enam hari sudah berlalu dalam sekejap mata. Saat sedang menyusun draf pekerjannya, Tasya berhenti
mengerjakan pekerjaannya di hadapan sesosok yang mendominasi muncul di benaknya. Pria itu seharusnya sudah
kembali dari perjalanan bisnisnya sekarang. Wanita itu segera menggeleng.
Kenapa aku memikirkan dia?
Si wanita menggigit bibir merahnya dan kembali memusatkan perhatiannya pada drafnya. Saat itu, telepon
kantornya berdering. Tasya mendongak dengan matanya yang cantik dan buru–buru menjawab teleponnya, “Halo,
siapa ini?”
“Tasya, apa kamu sudah selesai menandatangani dokumen yang dikirimkan kepadamu tadi?”
Suara Maya terdengar.
“Oh ... Iya, aku sudah selesai. Kamu bisa mengambilnya kembali sekarang.”
Dengan begitu, Tasya menutup teleponnya dna dia lalu memukul kepalanya dengan kesal.
Apa yang salah denganku? Apa aku tadi berharap kalau itu Elan? Aku tidak percaya bisa bisanya pria itu
mempengaruhiku!
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmSaat itu, telepon berdering lagi dan detak jantungnya sedikit lebih cepat. Dia mengulurkan tangan dan mengangkat
teleponnya, “Halo, siapa itu?”
“Tasya, kapan kamu mengirimkan drafmu bulan ini? Aku sudah menunda tenggat waktumu dua hari. Jangan
berani–beraninya kamu melalikan pekerjaanmu!” seru Alisa terdengar dari telepon, mendesak Tasya.
“Aku akan lembur malam ini dan aku akan bekerja sebisa mungkin untuk menyerahkannya besok,” jawab Tasya.
“Dengar ya, aku mengiiwasimu. Kalau kamu masih belum mengirimkannya sampai jam 10 pagi besok, aku akan
memotong bonus kinerjamu. Huh!”
Tanpa pamit, Alisa menutup teleponnya. Tasya merasa sedikit bermasalah dengan ini. Saat ini, Alisa mulai mulai
menggertak Tasya dengan jabatan barunya sebagai Wakil Direktur. Alisa akan memanfaatkan setiap keslaaban kecil
yang dilakukan Tasya untuk menyerang Tasya.
Tasya tahu dia tidak bisa terus melamun. Oleh karena itu, dia segera kembali ke papan gambarnya, tetapi saat dia
melihat jam, sudah jam 15.30. Wanita itu terpaksa mengakhiri pekerjaannya dan melanjutkannya di rumah nanti
malam karena harus menjemput anaknya.
Di taman kanak–kanak, si kecil Jodi sudah menanyakan tentang Elan sebelumnya. Wanita itu menjawab kalau Elan
melakukan perjalanan bisnis selama seminggu. Tanpa diduga–duga, bocah itu mengingat detail ini.
“Bu, apa Om Elan akan pulang hari ini? Apa dia akan makan malam di rumah kita?” tanya Jodi dengan raut muka
penuh harap.
Previous Chapter
Next Chapter