Bab 1233 Bersulang Untukmu
Lathan kemudian menatap Bianca dengan raut wajah kaget. Dia tidak percaya pada telinganya saat Bianca
menolak kenyataan bahwa mereka berkencan.
Seluruh anggota Keluarga Perwira merasa geram. Rupanya Qiara mencampakkan Lathan karena bertemu dengan
laki–laki lain, dan lancang bersikap arogan dan berbicara dengan angkuh. Bahkan dia menjebak Lathan untuk
mengencani Bianca, adiknya yang sombong dan kasar!
Dia sangat licik.
Akan tetapi, Astono, ayah Lathan, adalah seorang pebisnis sejati. Maka, saat mendengar identitas Nando, dia pun
ingin meninggalkan kesan yang baik kepadanya. Apabila berhasil, maka dia akan membangun sebuah koneksi yang
tak ternilai yang akan memberikan keuntungan besar bila ada kesempatan berkolaborasi di masa depan.
“Halo, Pak Sofyan. Saya Astono Perwira. Saya menjalankan bisnis di bidang permesinan dan alat berat. Mari, kita
bersulang untuk Anda.” Astono segera berdiri dari tempat duduknya dan mengangkat gelas.
Nando melihat ke sekeliling meja. Sayangnya, tidak ada gelas miliknya. Oleh karena itu, ketika melihat gelas Qiara,
dengan cepat dia mengambilnya, berdiri, mengangkatnya untuk Astono, dan meneguk dua tegukan.
Jantung Qiara berdebar–debar karena ulahnya! Dia telah meminum anggur itu sebelum Nando hadir! Apakah ini
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtnamanya ciuman tidak langsung?
Biantara segera meminta pelayan untuk membawakan gelas dan menuangkan anggur untuk diberikan pada
Nando.
Maggy merasa bahagia saat itu. Kedua putrinya sudah memiliki pasangan, bahkan dia sangat terkejut karena
kekasih Qiara berasal dari keluarga yang sangat kaya raya.
“Qiara, mengapa kamu tidak membawa Nando ke rumah dulu sebelum ini?” ucap Maggy dengan nada sedikit
menegur. Bagaimanapun juga, sejujurnya, agak tidak pantas bertemu dengan Nando di acara seperti ini.
“Maaf, Ibu. Kapan–kapan saya akan mengajaknya makan malam.” Qiara menyeringai.
Bianca memandangi Qiara dengan perasaan iri dan dengki, tetapi saat melirik ke arah Nando, dia langsung
berubah lembut dan malu–malu. Ini adalah taktik using yang biasa dia terapkan saat berada di dekat orang yang
dia kagumi. Dia akan berpura–pura seperti perempuan beremosi datar yang lemah dan tertekan yang
membutuhkan perlindungan.
Lathan melihat makanan kesukaan Bianca, udang bakar, diletakkan jauh darinya. Lalu, dia berinisiatif untuk
meletakkan dua udang di piring Bianca. “Bianca, ini. Makan udangnya.”
Wajah cantik Bianca terlihat kesal saat melihat udang pada piringnya dengan jijik. “Apa kamu tidak tahu saya alergi
terhadap udang?!” Setelah itu, dia menyingkirkan udang dan tidak mau
melihatnya.
Lathan terkejut. Baru beberapa hari lalu, Bianca meminta secara khusus udang bakar kepadanya dan mengatakan
bahwa rasanya begitu lezat.
Qiara menyaksikan interaksi mereka dengan perasaan puas. Diam–diam dia bersuka–cita saat melihat Lathan tidak
disukai dan dibenci oleh Bianca dalam banyak cara. Tak diragukan lagi, hatinya mengatakan kalau dia memang
pantas mendapatkan perlakuan itu.
“Bianca, Lathan mencoba bersikap manis terhadapmu!” Ira akhirnya membela Lathan.
“Saya tidak butuh perlakuan manis dari siapa pun gerutu Bianca dengan tidak sopan. Ekspresi semua anggota
Keluarga Perwira muram mendengar kata–katanya. Bahkan Biantara menegur sikapnya yang kurang bagus
dengan tegas, “Bianca! Jaga ucapanmu!”
Bianca menggigit bibir lalu terdiam.
Kemudian, Nando memberikan sepotong udang ke Qiara. “Apakah kamu suka udang?”
“Iya! Saya sangat suka.” Setelah itu, Qiara menggigit udang dan memakannya dengan nikmat. “Saya mau satu
lagi.”
Nando kemudian mengambil sepotong udang lagi, tetapi alih–alih meletakkannya di piring, dia justru
menyuapkannya ke mulut Qiara. Qiara terhenyak dengan tindakannya yang berani, tetapi langsung sadar sambil
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmtersenyum, membuka muluinya dan memakannya.
Secara terang–terangan mereka menunjukkan kemesraan di depan orang–orang di sana.
Bianca dapat merasakan kekesalan bergejolak di dalam dirinya. Qiara sengaja melakukan semua
ini.
Maggy dan Biantara saling melempar pandang melihat tingkah pasangan itu tetapi tidak berkata apa pun. Di benak
mereka, Qiara orang yang periang dan terus terang, sehingga tidak merasa aneh sama sekali dengan sikapnya.
“Lathan, ya? Izinkan saya bersulang untukmu.” Nando tiba–tiba mengangkat gelasnya untuk Lathan.
Selain kesal dan marah mengalir deras di pembuluh darahnya, dia memaksakan tersenyum dan dengan enggan
mengangkat gelasnya karena ketakutan akan latar belakang kekayaan Nando. “Pak Sofyan, kita bersulang.”
“Sebelum meneguk anggur dalam gelas ini, saya ingin berterima kasih karena telah memberikan Qiara kepada
saya,” ucap Nando sambil menyipitkan mata.
Lathan menghela napas dan mengatakan, “Yah, saya rasa kami memang tidak berjodoh.”
Setelah meneguk anggur, Nando mengulurkan tangan dan merangkul pundak Qiara. Qiara mematung karena
kaget dan menengadah menatap Nando yang ada di sebelahnya.
Nando menatap balik ke arahnya, dan mata mereka bertemu. Kemudian, dia memanggil namanya dengan lembut.
“Qiara, ada sesuatu yang ingin saya katakan kepadamu.”
Qiara berkedip–kedip, menantikan apa yang akan dia katakan untuk membuat suasana semakin
panas.