Bab 1166 Apa yang Terjadi Padanya
Sherin terus menatap Rendra selama sesi makan siang itu. Saat dia melihat pria itu menghabiskan supnya, dia
kembali mengisi mangkuknya dengan sup. “Minumlah. Jangan sampai disisakan! Sup ini dibuat hanya untukmu. Ibu
dan Raisa tidak terlalu menyukainya.”
“Oke.” Rendra tidak ingin usaha ibunya terbuang sia–sia, jadi dia langsung meminum tiga mangkuk sup secara
berturut–turut. Dia terlalu kenyang saat meminum sup untuk yang keempat. kalinya, jadi Sherin akhirnya berhenti
mengisi mangkuknya.
Setelah selesai, Rendra mencoba menahan Sherin untuk tetap di sana sampai makan malam, namun dia
kelihatannya sedang terburu–buru karena dia menolaknya.
“Ibu harus mengurus sesuatu, jadi Ibu akan langsung pergi sekarang. Raisa bisa terus menemanimu!” ucap Sherin
sebelum memegang tangan Raisa. “Raisa, jagalah Rendra dengan baik, oke? Pastikan dia tidak menghabiskan
seluruh waktunya untuk bekerja. Karena dia sedang libur, dia lebih baik menghabiskan waktu bersamamu.”
“Iya, saya akan melakukannya, Nyonya Sherin.” Raisa mengangguk.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt“Oh, hush. Jangan panggil saya Nyonya Sherin. Kedengarannya formal sekali. Kamu harus mulai memanggil saya
dengan panggilan Ibu,” Sherin terkekeh. Dia merasa senang bisa memiliki wanita. muda yang cantik dan menawan
itu sebagai menantunya.
Raisa merasa sedikit malu, namun dia kemudian memanggilnya dengan nada yang jelas dan manis, “Ibu.”
“Benar–benar gadis yang manis! Saya yakin Nyonya Sherin pasti seperti terbang ke bulan rasanya sekarang,”
komentar pelayan wanita itu sambil tersenyum.
Rendra juga menatapnya dengan penuh sayang. Sherin berbalik pergi setelah dia selesai berpamitan. Setelah
melihat kepergiannya sampai mobilnya melaju pergi, Rendra menghela nafas lega. Dia merasakan nyeri di sekitar
lukanya karena terlalu banyak menggerakkan lengannya.
Raisa menyadari kerutan kesakitan di wajahnya. Dia segera menghampiri dan memeluknya. “Apa sakit? Saya akan
membantumu naik ke atas agar kamu bisa istirahat.”
Rendra membiarkannya membopongnya ke lantai atas. Udaranya sangat dingin di luar sana, tapi sekarang, saat
dia memasuki ruangan ber–AC itu, dia merasakan kehangatan yang tak biasa. Dia sedikit menurunkan kerah
sweater–nya.
Raisa membantunya masuk ke dalam kamar. Rendra duduk di atas ranjang dan menatap sosoknya yang ramping.
Tiba–tiba, tenggorokannya terasa kering dan dia terlhat mulai kehilangan kendali sampai dirinya tiba–tiba menarik
wanita itu ke dalam pelukannya.
Raisa jatuh menimpa tubuhnya, dan dia memegang kepalanya sebelum memerangkapnya di atas ranjang.
Pikiran Raisa menjadi kosong selama beberapa saat. Dia sedang terluka! Dia tidak boleh berbalik seperti itu!
“Apa yang kamu… Mmph!” Bibir pria itu langsung membungkam bibirnya sebelum dia bahkan bisa menyelsaikan
kalimatnya.
Raisa merasakan aura mendominasi pria itu mulai melingkupi dirinya. Pria itu seolah telah menerkam mangsanya,
dan jantungnya berdetak kencang.
Apa yang terjadi padanya? Sekarang bahkan masih siang!
“Saya menginginkanmu, Raisa…” Dia melepaskan bibirnya dan mulai menjelajahi leher dan tulang selangkanya,
meninggalkan jejak–jejak ciuman di sana.
Wajah Raisa merah padam. Oh Ya Tuhan! Dia sudah gila…
“Rendra…” Raisa menggigit bibitnya dan mencoba mendorongnya. Dia bisa merasakan tubuhnya mulai terangsang
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmsaat dia menerima sentuhannya, namun dia tidak mau luka pria itu tambah parah!
Namun, sesuatu sepertinya terjadi pada Rendra. Akalnya sudah dikendalikan oleh insting buasnya, dan meskipun
dia merasakan nyeri yang membakar dari lukanya yang sampai menjalar ke hatinya, dia sudah tidak peduli lagi
pada itu semua. Dia hanya terus memikirkan Raisa. Dia seperti predator yang tatapannya terkunci pada
mangsanya. Satu–satunya keinginannya sekarang adalah mengatasi rasa lapar yang dirasakannya dengan wanita
itu.
“T–Tidak. Kita tidak boleh melakukannya. Kamu akan terluka…” Raisa mencoba untuk protes, namun Rendra sudah
melepaskan pakaian atasnya, dan tubuh berototnya sudah terpampang jelas.
Raisa mengerjapkan matanya. Dia tidak tahu harus melakukan apa. Dia tidak mendengar instruksi dari Dokter
Saka.
“Raisa… Saya benar–benar menginginkanmu.” Rendra menunduk untuk mencium leher rampingnya.
“Saya hitung sampai tiga. Jika kamu tidak mengijinkanya, maka saya akan berhenti…” Dia akhirnya memberinya
kesempatan terakhir.
Raisa hendak menolaknya karena memikirkan lukanya, namun sebelum dia bisa menjawabnya, pria itu berkata,
“Tiga… Waktunya habis.”
Dia tercengang.