Bab 1163 Pulang
“Pak, saya butuh tanda tangan Anda di sini. Saya harus pergi keluar negeri, tapi itu tidak akan bisa dilakukan tanpa
persetujuan Anda.” Dia menyerahkan berkasnya pada Rendra.
Rendra mengambil pena dan menandatangi berkas itu, meskipun dia merasa tidak senang. “Ketuk pintunya lain
kali.”
Emir memaksakan senyumnya. Dia tidak tahu kalau orang berwatak tegas seperti Rendra bisa jatuh cinta juga.
Serigala besar yang jahat akan segera melahap Si Kerudung Merah.
Emir terkekeh dan mencoba menyenangkan bosnya dengan mengatakan, “Saya harap saya akan diundang ke
pernikahan Anda setelah saya pulang.”
“Hati–hati di jalan. Dan waspadalah,” ucap Rendra.
“Saya mengerti. Saya sudah menyembunyikan identitas saya,” ucap Emir. Dia mengambil berkas itu dengan
gembira dan pergi untuk berlibur.
Starla dan Wirawan datang beberapa saat kemudian. Melihat kesembuhan adiknya membuat Starla merasa lega.
Raisa mengobrol sejenak bersama Starla. Satu–satunya penyesalan Starla adalah tidak bisa langsung membiarkan
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtmereka menikah. Mereka harus menunggu sampai pemilihan umum
selesai.
Raisa tidak keberatan. Selama mereka bisa bersama, dia tidak peduli kapan pernikahan itu akan dilaksanakan.
Rendra menolak untuk tetap tinggal di rumah sakit ketika waktu sore tiba. Dia ingin pulang. Saka mencoba
mencegahnya, namun Rendra tetap ingin pulang. Menjadi seorang Wakil Presiden cukup berguna di saat seperti ini,
karena Saka bisa membuatnya pulang dari rumah sakit meskipun mereka harus berdebat dulu.
Saka adalah seorang pria, dan dia pernah merasakan jatuh cinta sebelumnya. Dia sangat tahu alasan kenapa
Rendra terus–terusan ingin beristirahat di rumah.
Raisa megemas barang–barangnya dan pergi bersamanya saat mendengar hal tersebut. Rendra mengenakan
sebuah sweater berwarna gelap dan nyaman dan juga sebuah jaket berwarna cokelat. Penampilannya yang
biasanya berwibawa sekarang digantikan oleh penampilan seorang pria
penyayang.
Para perawat yang datang untuk membereskan barangnya terlihat malu–malu saat melihat Rendra Mereka tidak
bisa melepaskan tatapan mereka darinya. Wanita–wanita itu terus menjatuhkan barang–barang di sana saking
tidak fokusnya.
Saar–Rendra meninggalkan rumah sakit, Raisa memegang sebuah syal lain di tangannya dan berkata padanya,
“Tundukkan kepalamu.”
Rendra melakukan apa yang dia minta, dan dia melingkarkan syal itu di lehernya. Dia tidak menolaknya, meskipun
warnanya jelas–jelas merah muda dan itu memang syal wanita.
Mereka pergi ke parkiran mobil bawah tanah dan langsung pergi ke rumahnya. Di sana bahkan ada lebih banyak
penjaga kali ini. Setelah percobaan pembunuhan pada Rendra kemarin, orang- orang ini sudah menangani
ancaman yang mungkin muncul di tengah perjalanan.
Mereka tiba di rumah Rendra beberapa saat kemudian. Para pelayan mengurus semuanya, sementara Saka
membawa Rendra naik ke kamarnya.
“Saya tidak akan mencegahmu berhubungan dengan Raisa, tapi ada beberapa hal yang tidak. boleh kamu lakukan
sampai kamu sembuh.” Saka berkata, “Jangan sampai lukamu terbuka. Setidaknya sampai lukanya benar–benar
sembuh. Dengarkan saya jika kamu tidak mau melewati sesi penyiksaan lagi di rumah sakit.”
“Tepat saat saya berpikir tidak akan ada yang mengomeli saya setelah Emir pergi, kamu datang.” Ucap Rendra
sambil tersenyum.
“Kamu pikir kamu bisa menikmati kedamaian dan ketenangan setelah mendapatkan posisi ini? Jika kamu
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmmenginginkan hal itu, kamu bisa meminta saya untuk mengambil jabatanmu,” Saka mulai melemparkan candaan.
“Ambil saja,” balas Rendra langsung.
Saka menggelengkan kepalanya, lalu tersenyum. “Tidak. Saya tidak sehebat dirimu. Pekerjaan itu akan mengambil
umur saya selama sepuluh tahun.”
Saka lalu pergi dan memberitahu para pelayan tentang pola makan Rendra selama masa pemulihan. Raisa datang
ke kamar Rendra. Pria itu tengah mengenakan jubah mandi dan berbaring di bawah udara AC. Dia terlihat lemas
dan seksi secara bersamaan.
“Kemari.” Dia mengulurkan tangannya.
Raisa mendekati dirinya dan duduk di sisi ranjang. Rendra lalu menariknya ke dalam pelukannya. “Dan sekarang,
kita punya waktu untuk berduaan. Tidak akan ada yang orang mengganggu kita.”
Raisa merasa senang karena dia mendapatkan masa libur selama sebulan. Dia sangat mengharapkan hal itu.
“Oke.”
Saka kembali setelah memberitahu para pelayan mengenai apa yang harus melakukan. Dia bertemu dengan Raisa,
yang baru saja keluar dari kamar Rendra. Dia berkata, “Nona Raisa, bisa kita bicara sebentar?”
“Tentu, Dokter Saka,” ucapnya d
mendengarkannya dengan serius.