Bab 1327
Tangan Tracy yang terluka menghantam sofa, merasa kesakitan sampai menarik
dalam–dalam.
napas
Daniel melihatnya dengan mengerutkan kening, terdapat kesedihan yang jelas di matanya, tapi malah
bersikap dingin.
Tracy mengambil ponsel, langsung menutup telepon.
“Jaga dirimu.” Daniel berkata dengan ekspresi dingin, “Tuan Besar Louis pergi ke kantor untuk
mencariku hari ini. Seharusnya kamu tahu apa tujuan kedatangan mereka.”
“Aku tahu.” Tracy menjawab dengan dingin.
Suasana dirusak, tidak ada lagi gairah yang memabukkan seperti tadi.
Daniel langsung kehilangan minat, maka berdiri dan pergi…….
Tracy melihat langkah kakinya, merasa sepertinya tidak ada masalah. Mungkinkah ia sungguh terlalu
curiga…….
Tidak, Tracy tetap merasa aneh.
Daniel sudah meletakkan tangan pada pegangan pintu, hendak membuka pintu dan keluar. Saat ini,
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇttiba–tiba Tracy berteriak: “Daniel!”
Daniel menghentikan gerakan, tidak menoleh, tapi jantungnya malah berdetak semakin kencang…….
Mungkinkah, wanita ini ingin ia bermalam di sini?
“Coba kamu lihat ke bawah.” Tracy menunjuk celananya, “Kamu ingin keluar dengan kondisi seperti
itu?”
Barulah Daniel teringat bahwa tadi dia menjatuhkan cangkir teh sehingga teh tumpah di celananya.
Kalau keluar dengan kondisi seperti ini, maka akan sangat memalukan. Dia pun menelepon Ryan untuk
mengambil pakaian.
“Pergilan mandi.” Tracy mengambilkan jubah mandi untuknya.
Daniel mengambil jubah mandi, lalu pergi ke kamar mandi.
Tracy terus mengamatinya. Sungguh aneh, sekarang dia terlihat sangat normal, tidak seperti ada
masalah……
Daniel masuk ke kamar mandi, menutup pintu, menyipitkan mata, melihat dirinya sendiri di cermin.
Mungkin saraf matanya tertekan lagi, penglihatannya menjadi kadang terang, kadang gelap, kabur, dan
tidak jelas. Saat bercerita untuk anak–anak, penglihatannya sudah tidak jelas, maka mengarang dan
mengubah isi cerita……
Tapi tadi, setelah mencium Tracy, penglihatannya pulih kembali, barulah bisa bergerak dengan leluasa.
Saat mengingat ciuman itu sekarang, dia masih merasa tidak puas…….
Tapi saat teringat pada Duke, suasana hati Daniel menjadi kacau lagi.
Awalnya dia ingin pergi lebih awal, tapi tidak berdaya, pakaiannya basah, hanya bisa tetap di sini untuk
beberapa saat lagi……
Dia tahu, seharusnya Tracy menyadari sesuatu, maka terus menjebaknya, ingin memperjelas situasi.
Wanita itu, memang menjadi jauh lebih pintar dari dua tahun yang lalu.
Hanya saja, dia tidak begitu memedulikan wanita itu. Di hadapannya, kecerdasan intelektual wanita itu
tidak layak untuk disebut.
Setelah mandi air panas, dia keluar dari kamar mandi dengan mengenakan jubah mandi.
Tidak tahu kenapa, sekarang penglihatannya mulai kabur lagi, hanya ada kabut di depan matanya, tidak
bisa melihat apa pun dengan jelas…….
“Sudah selesai mandi?”
Terdengar suara Tracy, Daniel menoleh ke arah sumber suara. Dia melihat sosoknya, tapi tidak bisa
melihat jelas wajahnya.
Tracy membungkuk dan meletakkan sesuatu di atas meja, berkata padanya, “Aku menyuruh pelayan
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmmemasak bubur, cobalah.”
Dengan mengandalkan ingatan, Daniel menghindari barang–barang yang menghalangi, berjalan dan
duduk di sofa.
Dia tidak berani melihat Tracy, jika Tracy memperhatikan matanya dengan cermat, maka akan
mengetahui masalahnya…….
Karena itu, dia terus menunduk, terlihat seperti tidak gembira.
“Mengapa cemberut?” Tracy berkata dengan tidak senang, “Sepertinya aku berutang
padamu.”
“Kelak tidak boleh menghubungi Duke.” Daniel memerintah dengan tegas.
“Aku tidak menghubunginya.” Tracy menjelaskan, “Dialah yang datang mencariku, aku juga tidak
berdaya. Selain itu, sepertinya kamu tidak berhak memerintahku seperti itu, kan?”
“Asalkan sikapmu tegas, untuk masalah lainnya, serahkan padaku.” Daniel blak- blakan. Selesai bicara,
dia menambahkan lagi, “Kamu jangan salah paham, aku hanya tidak ingin memengaruhi anak–anak.”
“Aku tahu, tidak akan salah paham.” Tracy merespons dengan dingin, memberikan bubur panas
padanya, “Makan bubur.”
“Tidak mau.” Daniel hanya bisa mendengar suaranya, sama sekali tidak bisa melihat tangannya,
terpaksa mencari alasan dengan berkata, “Siapa yang tahu kamu menaruh obat atau tidak?”