Bab 1250
Semua ini datang tiba–tiba dan di luar dugaan Daniel.
Saat itu, Ryan mengira Daniel akan menggila dan membunuh orang, tetapi ia menahan dirinya dengan
sekuat tenaga.
Setelah meninggalkan Taman Bordeaux, Daniel mengurung dirinya di kamar selama sehari semalam, ini
membuat semuanya ketakutan dan khawatir akan terjadi sesuatu padanya.
Namun, saat keluar dari kamar keesokan harinya, dia terlihat sangat tenang.
Lalu, dia memulai rencananya...
Orang lain yang tidak mengerti maksud Daniel, akan mengira Daniel hanya ingin melampiaskan
kekesalannya dan balas dendam pada Duke dan Tracy.
Namun, Ryan tahu, Daniel sebenarnya bermaksud baik.
“Anak–anak terus bertanya kapan Anda kembali,” tanya Ryan dengan pelan, “Mereka ingin
menghubungi Nona Tracy, tapi sudah kami halangi sesuai perintah Anda, hanya saja tidak baik jika terus
begini...”
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt“Sudahlah.” Daniel menyela kata–katanya, “Aku akan turun setelah berganti pakaian.”
“Aku akan menyuruh orang untuk menyiapkan mobil.” Ryan segera mengaturnya.
Daniel meletakkan gelas anggurnya dan bersiap untuk berganti pakaian, saat ini dia melihat ponsel yang
terletak di meja dan ragu sejenak, lalu dia mengambil ponsel itu dan mengeluarkan nama Tracy dari
daftar hitam ponselnya....
2 DO
Di dalam mobil, saat Tracy bersiap keluar dari mobil, ponselnya tiba–tiba berbunyi, Jeff yang menelepon
dan dia segera menerima panggilan itu, “Halo?”
“Nona Tracy.” Terdengar suara rendah Jeff, “Sekarang aku sedang dalam perjalanan menuju ke tempat
Anda, jangan ikut mereka, kami akan segera tiba....
“Tidak perlu.” Tracy segera mencegahnya, “Sekarang tanggung jawabmu adalah melindung ketiga anak
kakak, aku yang akan menyelesaikan masalahku sendiri.”
“Tapi....”
“Orang–orang dari Keluarga Louis tidak akan bertindak sembarangan padaku.” Tracy menatap ke arah
luar, lalu memperingatkan dengan suara rendah, “Lusa adalah hari pernikahan, hasilnya akan diketahui
pada saat itu. Kamu jagalah anak–anak dengan baik selama dua hari ini, tunggu aku di vila!”
“Baiklah, aku mengerti.” Jeff hanya bisa membawa orang–orangnya pergi.
Setelah menyudahi pembicaraan, Tracy turun perlahan dari mobil. Orang–orang Keluarga Louis berjalan
mendekat, lalu memberi hormat padanya, kemudian berkata dengan sungkan, “Nona
Tracy, Nyonya Besar mengutuskų untuk menjemput Anda!”
“Awalnya aku akan datang menjumpainya besok,” ujar Tracy datar sambil menatap sekilas rombongan
mobil di hadapannya, “Nyonya Besar Louis terlalu buru–buru!”
“Tuan Duke merindukan Anda.” Kepala pelayan tersenyum, lalu memberikan isyarat tangan, “Silakan!”
Tracy menaiki mobil Keluarga Louis bersama Naomi, Paula dan dua anak buah lainnya.
Saat ini, dia sudah mengganti pakaiannya, rambutnya juga sudah ditata secara sederhana, tetapi riasan
di wajahnya telah hilang. Meski tidak memakai riasan wajah, dia tetap sangat menarik.
Namun, meski begitu, dia tetap saja akan terlihat kurang sopan jika datang ke kediaman Louis seperti
ini.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmTracy dan anak buahnya langsung dibawa ke ruang kerja Maggie.
Saat ini Fincent dan Maggie sedang duduk dengan tegak di sofa, menatap Tracy dengan dingin.
Ekspresi keduanya terlihat muram.
Terutama Maggie, kedua matanya terlihat seperti akan membunuh orang.
“Nyonya Besar Louis, orangnya sudah tiba.” Kepala pelayan mengundurkan diri dan menutup pintu
ruangan itu.
“Kalian semuanya juga keluar.” Maggie menunjuk ke arah Naomi, Paula dan dua anak buah lainnya.
“Maaf, Nyonya Besar Louis, atas perintah Tuan Lorenzo, kami harus tetap di sisi Nona Tracy dan
melindunginya, kami tidak bisa pergi ke manapun,” ujar Naomi datar sambil menundukkan kepalanya.
“Ini adalah rumahku. Kamu mengira ini adalah Negara Emron, ya?” Lalu, Maggie berteriak dengan
arogan, “Keluar!”
“Nyonya Besar, apa yang sedang Anda lakukan?” Tracy tidak bisa menerima orang–orang disisinya
ditindas, lalu berkata dengan nada dingin, “Tidak peduli dimana pun, pengawal pribadiku hanya akan
mendengar perintahku, orang lain juga tidak bisa menegur mereka.”
“Tracy, setelah melakukan hal memalukan seperti itu, kamu masih berani berbicara dengan begitu
percaya diri?” tanya Maggie penuh emosional, “Apa kamu tidak merasa malu? Tidak merasa hina?”