Lima tahun setelahnya. Bandara Internasional Metro. Seorang anak laki-laki yang
mengenakan jumpsuit biru dan kemeja kotak-kotak muncul dan menjadi pusat perhatian
orang-orang. Rambutnya yang sedikit keriting, fitur wajahnya yang lembut, dan bulu
matanya yang tebal seperti boneka. Masih kecil saja sudah begitu menawan, kelak kalau
sudah dewasa pasti akan menjadi idaman berjuta-juta wanita. Dan pada saat orang-orang
penasaran dengan siapa ibu cantik dari pria kecil ini, seorang wanita dengan bintik-bintik
di wajahnya, dan bibirnya yang tebal memanggil pria kecil itu. “Sayang, apa kamu sudah
membeli Cola nya?” “Sudah, Bu.” Satu panggilan itu langsung membuat para gadis, ibu-
ibu yang melihatnya melongo, pria kecil yang bagaikan bangsawan itu bagaimana bisa
memiliki seorang ibu yang begitu…? Sejak ibunya mengenakan topeng wajah yang
menakutkan itu, pemandangan seperti ini sudah tidak jarang dia temui. Dia berjalan ke
sisi Samara, dan menyerahkan Cola ditangannya kepadanya, lalu dia sendiri meminum air
putih dengan patuh. “Ibu, topeng jelek ini mau ibu kenakan sampai kapan?” “Sayang,
kamu sedang mengataiku jelek?” “Ibu, mana mungkin, saya…saya hanya takut kamu
akan tidak nyaman karena mengenakannya terlalu lama.” Javier merasa bersalah setelah
mengatakannya, dia tidak mempunyai hak untuk mengatai ibunya sendiri! Mereka bertiga
sekeluarga, Samara, Xavier dan Javier, yang paling jelek adalah Javier. Sebagai yang
paling jelek diantara mereka sekeluarga, dia tentu tidak mempunyai hak, dan tidak
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtmemiliki keberanian itu untuk berkomentar tentang penampilan ibunya. “Sayangku,
baguslah kalau kamu tahu kamu yang jelek ya.” Orang-orang yang berlalu-lalang
membelalak ketika mendengar ucapannya, apakah mereka yang tidak memiliki selera
estetik? Jelas-jelas ibunya jauh lebih jelek dibandingkan anaknya! …… Melalui jendela
besar di bandara, Samara menatap kota yang begitu akrab namun begitu asing baginya,
dan sudut bibirnya terangkat. Sudah lima tahun. Sudah waktunya untuk menagih dan
memperhitungkan semua hutang-hutang Keluarga Wijaya padanya! Dan saat Samara
sedang melamunkannya, seorang gadis kecil yang begitu putih dan berkulit halus
bagaikan giok terjatuh dan menabrak kakinya, gadis kecil itu tidak berdiri, dan terus
terdiam di lantai. Samara berjongkok dan memapah gadis itu untuk berdiri. “Apa ada yang
terbentur? Sakit tidak?” Sepasang matanya yang hitam menatap Samara tanpa berkedip.
Dia tidak menangis, juga tidak membuat keributan atau mengeluh kesakitan, hanya
membuka mulutnya dengan lembut : “Ibu…ibu….” Javier yang berwajah tembem itu
terlihat cemburu : “Hei hei hei! Kamu tidak boleh memanggil ibu sembarangan! Dia ini
ibuku, bukan ibumu!” Olivia tidak memperdulikan Javier, dan langsung memeluk Samara.
Samara merasakan gadis kecil ini memeluknya dengan sangat erat, seolah takut
kehilangannya. Javier yang berdiri disampingnya sudah cemberut karena cemburu, tapi
Samara malah memberinya isyarat untuk tetap diam, jadi dia hanya berdiri disana dan
meminum airnya sampai habis dengan raut wajah tidak senang. “Apakah kamu tersesat
dan kehilangan ibumu? Dimana ibumu? Saya akan membawamu kesana ya?” Olivia terus
menggelengkan kepalanya, dan wajahnya terlihat panik. Samara merasa kalau anak ini
hanya merasa aman dengannya dan membelai wajahnya : “Percayalah pada bibi ya? Bibi
akan membantumu mencari ibumu.” Olivia yang berusia lima tahun tidak bisa berbicara,
dan tidak bisa mengeluarkan suara. Samara Tapi hari ini dia bertemu dengan Samara, dia
memang tidak bisa mengatakan kalau dia menyukainya, namun berada dihadapannya dia
tiba-tiba bisa mengeluarkan suara dan memanggilnya ibu. Olivia sendiri juga tidak tahu
apa alasannya, namun dia sangat ingin menjadikan Samara tempat bernaungnya. Gadis
kecil itu juga sangat keras kepala, dia terus berbisik kepada Samara. “Ibu…ibu….” Samara
juga kewalahan dibuat oleh Olivia, sedangkan Javier sudah sangat cemberut karena
kecemburuannya. Di sisi lain, Tuan Muda kedua Keluarga Costan, Alfa yang akhirnya
menemukan sosok putri keluarga Costan, Olivia merasa sangat lega dan bersyukur! Kalau
dia tidak bisa menemukan putri kecil itu, maka kakaknya pasti akan mengirimnya ke
neraka! Alfa yang melihat Olivia sedang bersama dengan seorang wanita tidak dikenal,
bersiap segera membawanya pergi. Namun, detik berikutnya, dia mendengar Olivia yang
tidak pernah berbicara sedang mengoceh. “Ibu….” Alfa tercengang hebat, dia berjongkok
dan meraih bahu Olivia dengan tatapan tidak percaya. “Putri kecil, apa yang baru kamu
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm
katakan tadi? Bisa tidak kamu katakan sekali lagi?” Olivia yang melihat Alfa menyusulnya,
menunjuk Samara : “Ibu….Ibu…..” Alfa menoleh kearah Olivia menunjuk dan melihat
sebuah wajah yang penuh dengan bintik dan bengkak, dan sama sekali tidak menarik.
Apa-apaan? Kenapa putri kecil keluarga mereka malah meneriaki wanita itu ibunya? Alfa
bertanya dengan kaget : “Kamu? Apa yang sebenarnya kamu lakukan pada Olivia?” “Apa
kamu ayah dari anak ini? Apa kamu masih punya muka untuk bertanya padaku?” Samara
merasa gadis kecil itu merasakan ketidak amanan dan berkata dengan marah : “Gadis
kecil yang selucu ini tidak kamu jaga dengan baik, seburuk apa kamu memperlakukannya
sampai-sampai dia terus memanggilku ibu?” Alfa kembali tercengang : “Dia memanggilmu
ibu?” Samara memutar bola matanya : “Lantas apa dia sedang memanggilmu ibu?” “……”
Alfa menegaskan kembali beberapa kali sebelum perlahan mencerna ketidakpercayaan di
hatinya. “Izinkan saya memperkenalkan diri, saya adalah paman keduanya Olivia, Alfa.”
“Keterkejutanku tadi dikarenakan Olivia sudah menderita afasia sejak kecil, dia tidak
pernah berbicara kepada siapapun.” Mengetahui bahwa gadis kecil itu tidak dapat
berbicara, mata Samara berkilat, dan dia tiba-tiba merasa sedikit menyayangkannya.
“Olivia, apakah dia paman yang bisa dipercaya?” Olivia menganggukkan kepalanya.
“Olivia, apakah yang dia katakan benar? Kalau kamu tidak bisa berbicara?” Olivia kembali
mengangguk. “Karena pamanmu sudah menemukanmu, maka kamu pulanglah dengan
dia ya.” Samara membelai kepala gadis kecil itu. Olivia juga tidak membuat keributan, dia
menatap Samara yang menggandeng Javier pergi dengan patuh. Alfa awalnya ingin
bertanya kenapa putri kecil ini tiba-tiba membuka suaranya dan berbicara, dan
tatapannya yang penuh arti. Tatapan itu, apakah pantas? Namun dia melihat kalau Olivia
sudah meneteskan air mata sejak tadi, hidungnya bahkan sudah memerah.