We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Seorang Bos Besar

Bab 1719
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Tiga Harta: Ayah Misterius...

Bab 1719

Setelah mengatakan semuanya ini, Carlos juga pergi.

Hanya tersisa Lorenzo seorang diri dalam pekarangan yang besar itu.

la masih berdiri di tempatnya menatap anak-anak yang semakin menjauh. Ada kekecewaan yang terpancar dari

matanya. la bergumam pada dirinya sendiri, “Aku hanya tahu satu cerita ini ........"”

Saat ia kecil dulu, tidak ada seorang pun yang pernah membacakan dongeng untuknya.

Kisah ini juga diceritakan oleh seseorang kepadanya beberapa tahun yang lalu, sehingga ia menceritakan satu-

satunya kisah yang pernah ia dengar kepada anak-anak. Ja sama sekali tidak menyangka kalau cerita ini akan

menakuti mereka.

la juga merasa begitu tidak berdaya ..

Sekarang ia dapat merasakan betapa sulitnya mengurus anak-anak, yang bahkan lebih sulit daripada pergi

berperang ....

“Jangan menangis, jangan menangis. Papi bukan sengaja ingin menakuti kalian.”

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

Tracy masih berusaha menenangkan ketiga anak kecil itu.

Ketiga anak malang itu masih terlihat pucat dengan air mata berlinang ....

Carla saat ini sudah merasa jauh lebih baik. Namun, ia masih mencengkeram dadanya, merasa gelisah.

“Anak-anak, jangan takut, jangan takut, akan Nenek buatkan kurma merah dan teh jahe untuk kalian. Minum teh

hangat itu baik untuk menenangkan pikiran!”

Bibi Riana membawakan teh kurma merah dan menuangkan masing-masing secangkir untuk mereka.

Anak-anak pun duduk di atas sofa, tangan kecil mereka memegang cangkir teh, dengan patuh meminumnya.

Bibi Riana merasa sedih melihat wajah kecil mereka yang memucat. la kembali membawakan bakpao babi

untuk mereka.

Perlahan-lahan, anak-anak pun akhirnya dapat tenang kembali ....

Saat itu juga, Paula datang melaporkan bahwa Daniel sudah selesai menjalani pengobatan, dan Thomas seita

Hartono sedang membantunya berganti pakaian.

Tracy bergegas menyuruhnya untuk mengawasi anak-anak, lalu ia segera menuju ke ruang perawatan menemui

Daniel.

Saat itu, Dewi keluar dari halaman belakang dan berpapasan langsung dengan Tracy, la pun buru-buru bertanya,

“Apa bajingan itu sudah pergi?”

“Ugh ....” Tracy terpana sejenak, lalu tersenyum canggung, “Kakak belum pergi. la sudah berjanji ingin makan

malam bersama.”

“Kenapa masih belum pergi juga?” Dewi mengerutkan bibirnya, wajahnya terlihat tidak senang, “Padahal, ia

tidak pernah suka berkumpul ramai-ramai.”

“Kakak memang lebih suka menyendiri, tapi ini juga rumahnya.” Tracy tersenyum dan berkata, “Selain itu, Kakak

Ipar dan anak-anak juga ada di sini. la mau pergi ke mana?”

“Ugh...” Dewi tidak suka panggilan menjijikkan ini, “Itu, apa kamu bisa mengubah panggilan ini ....”

“Sudahlah, Kakak Ipar. Aku mau melihat suamiku dulu. Sebaiknya Kakak Ipar temani anak-anak saja sambil

makan camilan. Sebentar lagi aku akan segera kembali.”

Tracy pun bergegas menemui Daniel. Setelah ia mengatakan semuanya itu, ia buru-buru pergi dan memerintah

Anne, “Anne, tolong antar Nyonya ke depan.”

“Baik.” Anne berkata dengan hormat, “Silakan lewat sini, Nyonya!”

Dewi tidak punya pilihan lain selain mengikuti Anne ke depan untuk menemui anak-anak ....

Tracy tiba di ruang perawatan dan melihat Daniel yang terbaring lemas di atas ranjang. Hatinya terasa perih

Saat itu, Thomas dan Hartono sudah menggantikan pakaian Daniel, hendak merapikan rambutnya.

“Biar aku saja.” Tracy berkata dengan suara parau, “Kalian boleh keluar.”

“Ini ....” Thomas sedikit keberatan, “Nyonya, Tuan Daniel cukup berat. Aku khawatir Nyonya tidak dapat

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

menopangnya.”

“Aku bisa.” Tracy bersikeras, “Pergilah.”

“Baiklah.” Thomas tidak berani berkata lebih banyak lagi. la mengajak Hartono keluar, namun tidak berani pergi

terlalu jauh ....

Setelah Tracy mengeringkan rambut Daniel, ia menyelimutinya dan membiarkannya tidur sejenak. Namun,

Daniel terbangun dan berkata dengan suara parau, “Terima kasih, sayang!”

“Kamu sudah bangun?” Tracy memegang wajahnya dan bertanya dengan lembut, “Istirahatlah dengan baik.

Serahkan hal lainnya padaku.”

“Aku belum makan malam.” Sudut bibir Daniel terangkat. la berkata sambil bercanda, “Perutku lapar.”

“Kalau begitu, aku akan minta Bibi Riana membawakan makan malam ...."

“Tidak perlu.” Daniel memegang tangannya dan menatapnya lembut, “Suamimu tidak selemah itu.”

“Sayang....” Tracy menatapnya, matanya memerah.

“Dasar bodoh, kenapa menangis?” Daniel menyeka air matanya, “Suamimu sekarang dalam masa pemulihan,

kamu dapat melihat dengan jelas bagaimana hasil perawatan yang telah kujalani tiap hari. Mungkin saja aku

bisa melakukannya malam ini.”

Tracy tertawa terbahak-bahak setelah digoda olehnya....