We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Seorang Bos Besar

Bab 1485
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 1485

Mendengar perkataan mereka, Lorenzo yang berada di sebrang telepon pun terdiam. Hingga beberapa

lama kemudian, ia baru membuka suara, “Apa Paman itu baik terhadap kalian?”

“Baik, sangat baik.” Tini menganggukkan kepala kecilnya, suaranya terdengar manja, “Paman

membacakan dongeng untuk kami, menyiapkan sarapan, mengajari kami menunggang kuda, bahkan

menemani kami bermain di hutan.”

“Kami bahkan ikut mengambil foto keluarga bersama Paman.” Wini bergegas berkata, “Ketika kami

sudah lelah bermain, Paman akan menggendong kami di atas bahunya. Meski tubuh Paman begitu

tinggi seperti sebuah gunung yang besar, tapi kami tidak takut sedikitpun, karena kami boleh memegang

rambutnya…”

“Kami juga memegang telinganya, sehingga kami tidak akan jatuh.” Biti dengan serius menambahkan,

“Seandainya kami jatuh, Paman bisa segera menangkap kami.”

“Iya, benar.” Tini menganggukkan kepalanya, “Kata Kak Carla, ketika mereka bertiga masih kecil,

mereka juga sering duduk di bahu Paman. Paman benar–benar hebat.”

“Bahu Paman begitu lebar dan kokoh. Aku bisa duduk dengan nyaman.” Anak–anak kelihatan begitu

gembira saat membahasnya, “Suara Paman juga sangat merdu ketika membacakan dongeng, wajahnya

juga benar- benar enak dipandang…”

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

“Baiklah, baiklah!” Lorenzo memotong perkataan mereka, suaranya kembali terdengar keras dan dingin,

“Kalau tidak ada masalah, cepatlah istirahat. Anak kecil harus tidur yang cukup, supaya pintar.”

Meskipun perkataannya terdengar biasa saja, namun hatinya terasa sangat tidak nyaman. Ia tidak

menyangka anak–anaknya sendiri tega memuji musuh bebuyutannya itu tanpa henti.

Apa Daniel benar–benar sebaik itu?

Sudah cukup adiknya sendiri menyukai Daniel, sekarang ketiga anaknya pun tergoda olehnya.

“Papi, Papi belum berjanji pada kami.” Ketiga anak itu tidak melupakan tujuan utama mereka, “Tolong

bantu Bibi menemukan Paman. Kami mohon!!!”

“Sudahlah. Cepat tidur. Papi matikan teleponnya.”

Lorenzo langsung memutuskan sambungannya.

Meninggalkan ketiga anak kecilnya yang tercengang di tengah kegelapan malam. Mereka pun saling

berbisik dan bertanya–tanya-

“Sebenarnya, Papi sudah setuju atau belum?”

“Sepertinya belum.”

“Sepertinya sudah.”

“Ugh…”

Sedangkan, Lorenzo yang telah menutup teleponnya, berpikir sejenak sambil memegangi ponselnya. la

pun

menghubungi Naomi…

Itulah awal dari Naomi mengangkat telepon tadi.

Tentu saja, Naomi tidak mengetahui semua usaha ketiga anak kecil itu. Tanpa bantuan mereka, Lorenzo

sama sekali tidak akan menghubunginya.

Meskipun tampaknya Lorenzo sama sekali belum bertindak, namun sebenarnya, setelah ia selesai

berbicara dengan Naomi, ia langsung memerintahkan, “Apa kalian sudah menemukan wanita itu?”

“Belum, Tuan. Sejak Tabib Hansen meninggal beberapa hari yang lalu, hingga saat ini kami masih belum

dapat menghubunginya.”

“Apa ia pergi mencari anak–anak? Lagipula, selama ini ia terus mengkhawatirkan keselamatan anak–

anak…”

“Intinya, saat ini anak–anak belum melihatnya.”

“Itu….”

“Cepat cari. Kalian harus membawanya kembali.”

‘Seandainya kami menemukannya, kemungkinan ia tidak akan mau ikut dengan kami.” Jasper berbisik,

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

“Watak Nona Dewi itu…”

“Cukup katakan aku ada perlu mencarinya.” Lorenzo mengernyitkan keningnya.

“Tapi ia belum tentu mau mendengarkan.” Wajah Jasper terlihat begitu menderita, “Terakhir kali aku

pergi mencarinya, aku dibuat menangis olehnya. Aku tidak pernah merasa begitu dipermalukan seumur

hidupku…”

“Apa kamu tidak bisa menghadapinya?” Lorenzo mendengus marah.

“Sulit.” Jasper serasa ingin menangis kembali, “Gerakannya begitu cepat, ia juga memiliki temperamen

yang buruk. Jika ada perkataan yang menyinggungnya, ia langsung main tangan. Aku bahkan belum

dapat bereaksi…”

“Siapa yang mengatakan kalau temperamennya buruk?”

Lorenzo tiba–tiba memotong perkataan Jasper, sepasang matanya yang dingin itu berkilat.

“Aku, aku, maksudku, aku sendiri yang membuat masalah…”

“Itu baru benar.” Lorenzo dengan dingin menatapnya, “Di dunia ini, tidak ada orang selain aku yang

boleh mengatainya!”

“Baik, Tuan!”