Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Seorang Bos Besar
Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Seorang Bos Besar Bab 1148
Bab 1148
Setelah tiba di Vila Sisi Selatan, Sanjaya sudah menunggu di pintu masuk sambil memegang tongkat,
Kematian Than Besar memberikan pukulan yang sangat kuat bagi Sanjaya, rambutnya sudah memutih
dalam sebulan.....
Sekarang penampilannya saat memegang tongkat ini, sedikit mirip dengan penampilan Tuan Besar
dulu.
“Kakek Sanjaya!” Carles turun dari mobil dan berlari riang ke arahnya,
Setelah Tuan Besar meninggal, anak–anak menganggap Sanjaya seperti kakek buyut mereka, juga
menghormati dan bergantung padanya.
“Halo, Carles.” Sanjaya membungkukkan tubuhnya dan memeluk Carles, lalu menepuk punggung
Carles dengan lembut, “Kakek senang melihatmu.”
“Hehe, aku juga.” ujar Carles gembira, “Apa Kakek Sanjaya sudah membaik?”
“Sudah jauh lebih baik.” Sanjaya membelai rambut Carles, “Masuklah, di luar dingin.”
“Iya.” Carles menganggukkan kepalanya, lalu masuk ke dalam rumah sambil menggandeng tangan
kakak pengasuh.
Saat Daniel yang berada di sisi mobil melihat Sanjaya, dia sedikit mengernyitkan keningnya dan
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtmengalihkan pandangannya, memelototi Ryan dan Thomas.
Keduanya menundukkan kepala dengan rasa bersalah.
Lily pun tidak berani berbicara.
“Sepertinya Tuan Daniel tidak menyambutku yang sudah tua ini?”
Sanjaya menatap Daniel sambil tersenyum hangat.
“Bukan begitu.” Daniel berjalan mendekat, lalu menyapa sambil tersenyum, “Ada teh bagus di ruang
kerjaku, disiapkan untuk kakek sewaktu ia masih ada.”
“Hehe, kalau begitu, aku tidak akan sungkan lagi.”
Sanjaya dan Daniel berjalan berdampingan masuk ke dalam vila. Daniel memerintahkan pelayan untuk
menyiapkan teh, lalu memasuki ruang kerja di lantai satu bersama Sanjaya.
Daniel melepaskan jasnya dan duduk di sofa, lalu hendak meminum anggur yang
sudah disediakan pelayan seperti biasanya, tetapi Sanjaya menahannya, “Kelak tidak boleh minum
anggur lagi.”
Pelayan itu sangat ketakutan.
Daniel memberikan isyarat tangan dan pelayan itu segera mengundurkan diri sambil menundukkan
kepala.
“Paman Sanjaya, jangan dengarkan omong kosong kedua bocah itu.” ujar Daniel menjelaskan, “Ini
hanya sakit ringan, sama sekali tidak parah.”
“Aku sudah mengetahui segalanya, Anda tidak perlu menutupinya dariku.” Sanjaya menghela napas,
lalu berkara dengan nada sedih, “Sebenarnya sejak awal aku sudah merasa Victoria bukanlah wanita
baik, hanya saja tidak menyangka dia bisa begitu kejam. Meski sudah sekarat, dia masih saja berbuat
jahat.
Jika di alam sana, Tuan Besar tahu Anda diracuni oleh Victoria, mungkin beliau akan sangat menyesal
telah salah memercayai orang.”
“Itu sudah berlalu, tidak perlu dibahas lagi.” ujar Daniel dengan nada datar.
“Ya, ia sudah tiada. Meski membuat Victoria menderita di alam sana, juga tidak bisa mengubah apa
pun.” ujar Sanjaya sambil menghela napas.
“Aku hanya berharap Tuan bisa menerima pengobatan. Dulu racun begitu parah yang dialami Nona
Tracy juga bisa disembuhkan, Anda juga pasti bisa sembuh.
Tuan Besar sudah tiada, seluruh Grup Wallance mengandalkan Anda. Jika sampai terjadi sesuatu
pada Anda, bagaimana dengan Grup Wallance? Bagaimana dengan anak–anak?”
“Aku mengerti...” Daniel menganggukkan kepalanya, “Besok aku akan ke perusahaan untuk
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmmelakukan serah terima lebih dulu, untuk masalah rumah harus merepotkan Paman. Setelah diurus
semuanya, aku akan memulai pengobatan.”.
“Baguslah jika begitu.” Sanjaya melihat kain kasa yang membalut tangan Daniel, lalu membujuk
dengan sungguh–sungguh, “Aku sudah lihat beritanya, aku tahu ini sangat sulit untuk diterima, tapi aku
selalu merasa kehidupan manusia sangat panjang. Selama masih hidup, maka semuanya masih ada
harapan!”
Daniel merasa tersentuh saat mendengar perkataan ini, benar, selama dia masih hidup, semuanya
masih bisa diperbaiki....
“Jalani pengobatan dengan baik, semuanya masih bisa berubah.” Sanjaya menepuk pundak Daniel,
“Ada Direktur Toni di perusahaan, dan di rumah masih ada aku, Anda bisa tenang.”
“Ya” Daniel tersenyum dan menganggukkan kepalanya, “Tehnya sudah siap, ayo
minum.”
“Baik.”
Keduanya minum teh di dalam ruang kerja, suasananya sangat tenang dan hangat, sedangkan di luar
masih turun hujan.
Daniel inenuangkan teh untuk Sanjaya, saat melihat tangannya yang keriput, Daniel tidak bisa
menahan diri untuk mengingat Tuan Besar dan berkata dengan emosional, “Menurut Paman, apa
Kakek menyesal pergi meninggalkan kita semua di sini?”