Bab 1793
Tingkat kewaspadaan Jasper sangatlah tinggi, dengan samar-samar la merasakan keanehan pada gadis inl.
Namun, ia tidak dapat mengungkapkan detail keanehan apa yang ada di gadis ini ........
Jasper tidak berpikir terlalu banyak, ia menoleh dan menatap Lorenzo, menyadari Lorenzo mengeluarkan banyak
keringat, ia secepatnya berkata pada Dewi, “Tabib Dewi, cepat kemari, apa yang terjadi pada Tuan? Kenapa Tuan
mengeluarkan banyak keringat?”
Dewi meliriknya sejenak dan menjawab, “Berkeringat tandanya demamnya mulai turun, kamu bisa menyeka
tubuhnya dan mengganti selimutnya.”
“Baguslah.” Jasper sangat senang dan langsung memanggil orang untuk menyekanya.
“Hal sekecil ini, kamu sendiri bisa melakukannya, untuk apa memanggil orang?”
Dewi bertanya penasaran.
“Aku harus memanggil perawat masuk untuk menyeka keringatnya dan menggantikan bajunya, Tuan tidak suka
jika pria yang menyentuhnya...” Jasper menjelaskan.
“Ugh.” Dewi mengangguk-anggukan kepala. “Tampaknya bukan gay!”
“Hah Jasper tertegun, tanpa disangka wanita ini malah mengira Lorenzo seorang gay?
“Sekarang demamnya sudali turun, tidak ada kaitannya lagi denganku.”
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
Dewi menguap, ia menggosok-gosok matanya yang mengantuk dan bersiap-siap pergi
Saat ini, Lorenzo yang berada di atas tempat tidur tiba-tiba bergumam, “Wiwi ....."”
Dewi menghentikan langkah kakinya, jantungnya bergetar tanpa sebab.
Panggilan ini begitu familier dan akrab, sepertinya..
la menoleh melihat Lorenzo, dalam sekejap hatinya kembali merasakan perasaan yang rumit itu....
Tuan Dewi!”
Pada saat ini, dua orang dokter dan dua orang perawat membuka pintu dan masuk, mereka menyapa Dewi
terlebih dahulu, lalu menghampiri Lorenzo, menyeka tubuhnya dan mengganti selimutnya.
“Gunakan handuk hangat, Tuan mengeluarkan banyak keringat.” Jasper memberikan instruksi pada mereka dari
samping, “Hati-hati, jangan mengenai lukanya.”
“Jangan kenakan pakaian dulu agar tidak mengenai lukanya, ganti saja dengan handuk.”
Semua orang mulai sibuk, tidak ada yang memedulikan Dewi.
Dewi melirik Lorenzo, lalu membalikkan badan dan berjalan pergi.
la terus berpikir di dalam benaknya, mengapa saat Lorenzo memanggil panggilan itu, ada perasaan aneh di
dalam hatinya?
Sebenarnya, siapakah itu “Wi»i"?
Sesampainya di kamar, Dewi merasa sedikit sakit kepala, pelayan membawakannya sarapan, ia hanya makan
sedikit, lalu berbaring dan tidur...
Tidak lama kemudian, ia tertidur dan bermimpi....
Seorang gadis dengan gaun putih, berlari di pegunungan tanpa alas kaki.
la tertawa dengan ceria, suara tawanya bergema di gunung seperti lonceng perak yang dibunyikan, burung-
burung, sena kupu-kupu menari di sekelilingnya.
Sebuah sosok tinggi kurus berdiri tidak jault dari sana, melihatnya sambil tersenyum.
Sinar matahari menyinari tubuhnya, melapisinya dan membuatnya bersinar cantik.
la berlari dengan lebih cepat ke arahnya, ia ingin melihat sosoknya dengan lebih jelas, namun sinar matahari
menutupi wajahnya..
la tidak dapat melihatnya dengan jelas,
la hendak berlari ke sebelahnya, namun tidak peduli sekuat apapun ia berlari, ia seolah berlari di tempat, sama
sekali tidak dapat mendekatinya .
La pun gelisah untuk waktu yang lama.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm
Dewi terbangun dari mimpinya, ia berusaha mengingat kejadian dalam mimpinya, rasanya ada potongan-
potongan kecil dari ingatannya yang muncul, ingatan bahagia saat seorang anak perempuan dan anak laki- laki
bermain bersama...
la ingin menemukan kembali ingatannya, namun semakin ia mengingatnya dengan sekuat tenaga, luka di
bagian belakang kepalanya semakin sakit.
la memejamkan matanya, sakit itu membuat wajahnya pucal....
la berpikir di dalam hatinya bahwa la harus segera menyembuhkan luka Lorenzo, lalu mencari sebuah rumah
sakit untuk melakukan operasi...
Tepat saat ia berpikir seperti itu, suara ketukan pintu terdengar dari luar, “Tuan Dewil”
“lya?” Dewi menjawab dengan suara rendah.
“Tuan sudah sadar, kak Jasper memanggil Anda ke sana.”
Kelly berkata dengan hati-hati.
“Aku datang ”
Dewi merasa kesal, uang memang sangatlah sulit didapatkan, ia tidak tidur semalaman, sekarang tidur
sebentar saja sulit.
Namun, apa boleh buat, siapa suruh ia memberikannya gaji tinggi.
Dewi bangkit dengan enggan, ia membereskan tempat tidur dan berganti pakaian, dengan malas menyeret
tubuhnya berjalan menuju ke kamar Lorenzo...