Bab 1270
Maggie berpikir sejenak, lalu berkata, “Tracy, wanita jalang itu, sekarang menyuruh kita untuk
melepaskannya. Kita sama sekali tidak boleh membiarkannya pergi.”
“Begitu ia melangkah keluar dari rumah kita, mungkin kita tidak akan dapat menemukannya lagi,
rencana pernikahan ini pun akan sepenuhnya batal. Semua orang pasti akan mengolok–olok kita, dan ini
akan sangat menyakiti Duke.”
“Menurutku sebaiknya kita mengurung Tracy di tempat lain. Nanti setelah kita berhasil menenangkan
Duke, baru kita pikirkan kembali.”
“Kamu benar–benar hebat sekali.” Fincent merasa begitu marah hingga menggertakkan giginya, “Apa
kamu menganggap Tracy sebagai budakmu? Kamu dapat melakukan apapun yang kamu inginkan
terhadapnya?”
“Meskipun keberadaan Lorenzo saat ini tidak diketahui, bahkan jika benar–benar terjadi sesuatu
padanya, anak buahnya masih tersebar dimana–mana. Itu sudah lebih dari cukup untuk menghabisi
kita.”
“Kamu jangan lupa, saat ini Jeff masih menunggu Tracy di Paris.”
“Selain itu, belum tentu terjadi sesuatu dengan Lorenzo. Seandainya karena perkara ini, ia bangkit
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtkembali menyelidiki kita, maka kita pasti akan mengalami masalah besar.”
“Kalau kita memiliki alasan yang kuat untuk menahannya di sini, maka kita bisa melakukannya. Tapi
kalau kita bertindak terlalu jauh, maka itu akan berbalik menyerang kita sendiri.”
“Jadi, apa maksudmu? Apa kamu benar–benar mau melepaskannya?” tanya Maggie tidak senang.
Fincent mengernyitkan keningnya. Wajahnya berubah serius. Ia mengerutkan keningnya, begitu khawatir
dan dilema…
la tidak bisa terus menahan Tracy dalam rumah ini, namun mereka juga tidak bisa melepaskannya
begitu saja.
Sebaiknya apa yang harus ia lakukan?
U2
“Tok, tok, tok!” Saat itu juga, terdengar suara ketukan pintu dari luar, dan segera diikuti dengan suara
Eva yang tergesa–gesa, “Tuan Besar dan Nyonya Besar, Tuan Muda Duke mengurung dirinya di dalam
kamar. Kami mengetuk pintunya, tapi tidak ada tanggapan. Apa mungkin terjadi sesuatu dengannya?”
Begitu mendengar perkataannya itu, Fincent dan Maggie bergegas pergi keluar, “Coba periksa.”
Kedua pasangan suami istri itu berjalan ke depan kamar Duke, dan bergegas mengetuk pintunya,
“Duke, cepat buka pintunya! Kamu jangan menakuti ayah dan ibu. Cepat buka pintunya dulu, kita
bicarakan baik–baik.”
Tidak terdengar jawaban apapun dari dalam kamar itu.
“Duke, buka pintunya!” Fincent juga berteriak, namun sama sekali tidak ada tanggapan.
“Bagaimana ini? Apa dia sudah kehilangan akal sehatnya?” Maggie menjadi panik.
“Dobrak pintunya.” perintah Fincent dengan tegas.
“Baik.” Dua orang prajurit melangkah maju dan mendobrak pintu dengan keras. Setelah beberapa menit,
pintu itu akhirnya terbuka
“Duke!” Maggie bergegas masuk dengan cemas. Ia pun tercengang melihat adegan di hadapannya.
Duke terduduk di atas karpet sambil memeluk kedua lututnya. Ia membenamkan kepalanya di tengah–
tengah kedua lututnya, seperti seekor siput yang bersembunyi di dalam cakangnya, tidak ingin ada
orang yang melihatnya hancur seperti itu.
“Duke, apa kamu baik–baik saja?” Maggie mendekatinya dengan hati–hati, “Bagaimana perasaanmu
saat ini? Coba kamu katakan semuanya pada kita, jangan dipendam sendiri….”
“Semuanya segera keluar dari sini.” Fincent memerintahkan dengan pelan.
“Baik.” Semua orang melangkah mundur dan menutup pintu.
“Duke…” Fincent datang menghampirinya. Hatinya terasa sakit melihat putranya seperti ini, tapi sebagai
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmseorang ayah, ia tetap harus bersikap tegas, “Berdiri! Pria macam apa yang kehilangan akal sehatnya
hanya karena masalah sepele seperti ini? Sangat memalukan!”
“Duh, kamu jangan berkata seperti itu. Maggie memarahinya dengan pelan.
“Diam!” Fincent memelototinya dengan marah, “Ini semua salahmu. Sejak kecil kamu selalu
membelanya. Terus memanjakannya sepanjang hari, tidak pernah membiarkannya menghadapi
rintangan apapun. Sekarang ia menjadi begitu lemah seperti ini, sedikitpun tidak terlihat seperti seorang
pria.”
“Kamu…”
“Yang ayah katakan itu benar.” Duke tiba–tiba berkata, “Aku sama sekali tidak seperti seorang pria.”
Kata–kata itu begitu menusuknya. Melalui pukulan ini, ia merasa kehilangan harapan atas semua yang
telah ia lakukan selama ini…
Seluruh dunia terasa kelam. Ia merasa hidupnya ini bagaikan sebuah lelucon.
Di usianya yang ketiga puluh tahun itu, ia merasa tidak meraih pencapaian apapun dalam hidupnya.
Bahkan, kehidupan percintaannya pun gagal.
“Duke…” Fincent tidak tega melihat putranya terluka oleh perkataannya itu. Ia bergegas
menenangkannya, “Masalah ini bukan masalah besar. Semua pria pasti akan menemui banyak wanita
dalam hidupnya. Jadi, anggap saja ini sebagai sebuah pengalaman, jangan terlalu dimasukkan ke dalam
hati.”