Bab 148 Aku Percaya Padamu
Perkataan Vivin membuat Finno tersentuh. Dia menggenggam tangan Vivin dengan erat. Selamat bertahun-tahun, tidak ada
seorangpun yang percaya padanya, bahkan kakeknya sendiri. Meskipun Finno tidak peduli bagaimana orang lain melihatnya,
tapi perkataan Vivin sangat berarti baginya. Dia pasti akan sangat terluka kalau Vivin percaya dia telah meninggalkan pacarnya
saat itu. Tapi untunglah, Vivin percaya padanya. Sambil menatap mata Vivin yang berbinar, Finno merasakan kehangatan dalam
hatinya. Sebuah senyum simpul muncul di wajahnya, lalu berkata, “Tapi Vivin, kadang aku tidak percaya pada diriku sendiri.”
“Apa maksudmu?” tanya Vivin bingung.
“Ketika kasus ini masih diinvestigasi sepuluh tahun lalu, aku melakukan investigasi dengan hipnosis dan tes psikologis untuk
membuktikan kalau ceritaku benar. Para ahli mengatakan aku tidak bohong. Tapi salah satu psikolog mengatakan trauma yang
terjadi bisa mempengaruhi ingatanku. Dia bilang, otakku bisa saja membuat sebuah ingatan palsu karena aku terlalu takut untuk
meninggalkan Eva.” jelasnya.
“Mana mungkin?” tanya Vivin.
Finno adalah sosok yang percaya diri, bagaimana bisa otaknya melakukan hal seperti itu?
Finno tersenyum kecut lalu menyentuh pipi Vivin sambil berkata, “Aku juga tidak tahu
bagaimana itu bisa terjadi, tapi jujur aku sangat takut saat itu. Aku masih sangat muda waktu itu.”
Vivin terkesima dengan jawaban Finno.
Benar saja. Ini kejadian sepuluh tahun yang lalu. Saat itu Finno masih kecil. Hal menakutkan seperti ini pasti membuatnya
trauma.
Tapi kemudian, Vivin menggenggam tangan Finno dan berkata dengan yakin, “Tidak. Meskipun ini sepuluh tahun yang lalu, aku
tahu kamu tidak akan melakukan hal seperti itu.”
Mendengar ucapan Vivin penuh keyakinan, Finno menatapnya dan tersenyum.
“Vivin,kamu kadang lucu juga.” Finno mengulurkan tangannya dan membelai wajah Vivin sambil berkata, “Kamu tidak boleh
dengan mudah percaya pada orang lain. Kamu bisa saja ditipu.”.
“Meskipun itu benar, aku tahu kamu tidak akan berbohong padaku,” jawab Vivin. Kemudian dia menatap mata Finno dan
berkata, “Iya, kan?”
Sudut bibir Finno tersenyum, dia membungkukkan badannya untuk mencium kening Vivin. Bibirnya perlahan turun ke hidungnya
dan memberinya sebuah ciuman lembut, seperti ciuman pada bibir Vivin.
“Aku tidak akan berbohong padamu, Vivin. Tapi berjanjilah untuk melindungi dirimu sendiri,” bisiknya.
1/2
Kebingungan karena ciuman Finno, Vivin mengangkat kepalanya dan berkata, “Melindungi diriku sendiri?”
“Iya.” Ekspresi Finno berubah muram. “Kamu tahu betapa takutnya diriku ketika tahu tentang kebakaran beberapa hari lalu?”
Vivin membeku. Dia sudah cukup lama mengenal Finno, tapi ini pertama kalinya dia mengatakan kalau dirinya takut.
Apakah dia takut karena mengkhawatirkan diriku?
Finno memandangnya lalu berkata, “Api telah merenggut nyawa wanita yang kucintai. Aku tidak mau hal itu terulang lagi.”
Vivin menatap Finno dengan heran.
Wanita yang dia cintai?Kedua kalinya?Sebenarnya apa yang dia maksud?
Perkataan Finno cukup jelas, tapi Vivin merasa itu seperti sebuah kebohongan. Tapi dia tidak. menanyakannya lagi. Dia hanya
menatap Finno sambil ternganga.