Bab 1137 Pulang dari Rumah Sakit
“Saya juga memikirkan hal itu, tapi Raisa adalah anakmu. Dia dan Rendra tidak berhubungan dalam hal apapun,
jadi kita tidak perlu peduli pada ucapan orang lain. Bahkan jika seseorang mencoba menggunakan hal ini untuk
melawan Rendra, saya ragu kalau hal itu bisa mempengaruhi apapun selama kita semua bisa melindungi mereka
bersama–sama,” Starla mencoba meyakinkan Clara pada perlindungan kukuhnya demi kebahagiaan adiknya.
“Hubungan Raisa dengan Keluarga Hernandar juga akan berubah. Kamu akan menjadi kakaknya, dan dia akan
memanggil Nyonya Sherin dengan panggilan Mama.” Clara merasa sedikit bingung saat memikirkan hal itu.
“Tidak usah dipikirkan. Saya senang memiliki Raisa sebagai adik ipar saya. Kedua keluarga kita. akan tergabung
dalam sebuah pernikahan, jadi hubungan kita akan jauh lebih dekat dari sebelumnya! Bukankah itu bagus?” Starla
terus menenangkan rasa khawatir Clara tanpa sedikitpun menyinggungnya.
Clara mengangguk senang. “Saya senang mendengarnya. Saya senang jika kita bisa menjadi keluarga.”
“Clara, kamu bisa mempercayai Rendra. Dia pasti bisa menjaga Raisa! Dia sangat mencintainya,” ungkap Starla
dengan sungguh–sungguh.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtClara masih merasa sedih saat mengingat caranya menegur Raisa tadi. Hal itu, ditambah dengan caranya
menyalahkan Raisa, membuatnya langsung mengangguk. “Tentu saja. Saya sangat percaya pada Rendra. Saya
hanya takut jika dia akan terus memanjakannya karena gadis itu. masih sangat muda.”
“Itu tidak benar. Raisa adalah wanita muda yang bijaksana dan dewasa. Ditambah lagi, kami senang karena dia
akan memiliki seseorang yang akan selalu ada untuknya daripada harus sendirian sepanjang waktu.” Starla merasa
bersalah pada Rendra. Dia sudah mengorbankan banyak hal demi kejayaan keluarga mereka.
Tepat setelah itu, Emir mengetuk pintu dan masuk. “Nyonya Starla, Nyonya Clara, Nona Raisa sudah sadar
sekarang dan dokter sudah mengizinkannya pulang, dan hal itu sedang diproses sekarang.”
“Raisa pasti baik–baik saja sekarang.” Starla bangkit berdiri dan berkata pada Clara, “Ayo kita pergi. melihatnya.”
Clara dan Starla memasuki kamar rumah sakit itu dan melihat Raisa tengah duduk di atas ranjang. Raisa masih
belum berani menatap mata ibunya, namun Clara mendekatinya dan memeluknya. “Raisa, Mama minta maaf
karena sudah salah paham padamu. Tolong maatkan Mama!”
“Saya tidak marah padamu, Ma.” Raisa membalas pelukannya. Dia bisa mengerti kenapa ibunya merasa sangat
khawatir.
“Tuan dan Nyonya Sayaka, ada yang ingin saya tanyakan pada kalian,” ucap Rendra seraya bangkit dari duduknya.
Pipi Raisa sedikit memerah. Apa yang ingin dia katakan sekarang?
“Silahkan, Rendra.” Ucap Roni sambil menatapnya.
“Saya ingin membawa Raisa pulang ke rumah dan membiarkannya dirawat di sana sampai akhir tahun nanti. Saya
harap kalian berdua akan mengizinkannya.” Ucap Rendra sambil memberikan tatapan memohonnya kepada
mereka.
Starla merasa geli melihat bagaimana tidak sabarnya pria membuat Raisa berada di sisinya.
Clara dan Roni saling bertukar pandangan dan mengangguk tanpa keluhan.
“Tapi apa itu tidak akan merepotkanmu?” tanya Clara khawatir.
“Tentu saja tidak,” jawab Rendra sambil tersenyum,
Raisa yakin kalau wajahnya sudah seperti kepiting rebus sekarang, namun dia tidak bisa menyembunyikan rasa
senangnya. Apa itu artinya saya bisa tinggal bersamanya selama beberapa hari?
“Saya akan pulang ke rumah untuk menyiapkan barang–barang Raisa dan menyuruh seseorang untuk
mengantarnya ke sana,” ucap Clara.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm“Itu tidak perlu, Nyonya Clara. Saya akan menyiapkan pakaian, kebutuhan sehari–hari, dan apapun yang
dibutuhkan Raisa,” jawab Rendra. cepat,
Wajah Raisa semakin memerah. Dia merasa sangat malu karena pria itu begitu memanjakannya di depan kedua
orangtuanya.
Clara juga berpikir kalau Rendra memiliki hal–hal terbaik yang tersedia di dalam hidupnya. Raisa pasti akan dirawat
dengan baik ketika bersamanya.
“Kalau begitu sudah diputuskan. Rendra, kamu harus membawa Raisa pulang ke rumah sekarang. Tidak baik
bagimu untuk tinggal di sini lebih lama lagi.” Starla merasa cemas dengan keselamatan
Rendra.
Raisa sudah memasang sepatunya sedari tadi. Rendra menatapnya dan dia berkata kepada orangtuanya, “Mama,
Papa, saya pergi sekarang!”
Clara meraih tangan Raisa dan memberinya nasehat, “Raisa, ingatlah untuk tidak membuat masalah untuk Rendra,
oke?”
Raisa mengangguk, “Iya, saya tahu.”
Begitu mereka keluar dari kamar itu, Rendra memasang kembali maskernya. Sepasang kacamata bergagang
merah yang bertengger di hidungnya memberikan kesan mewah. Raisa baru berjalan sebanyak dua langkah saat
dia merasakan tangan pria itu menggenggam tangannya.