We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Menantu Pahlawan Negara

Bab 114
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 114 Gedung Universal

“Nggak bisa, aku tetap harus pergi.” 

Luna tetap bersikeras tidak membiarkan Ardika mewakilinya menghadiri acara itu, dia sama sekali tidak menganggap serius ucapan suaminya. 

Keluarga Susanto adalah sebuah keluarga yang besar. Bagaimana mungkin bisa 

hancur begitu saja? 

Dia tahu, setelah Asosiasi Bahan Bangunan yang baru sukses didirikan, kekuatan Keluarga Susanto akan meningkat secara signifikan. 

Mungkin saja dalam acara besok, Budi akan memanfaatkan kesempatan untuk mempersulit Ardika. 

Bagaimana mungkin Ardika bisa menahan tekanan sebesar itu? 

“Luna, untuk apa kamu keras kepala seperti itu? Dia sendiri yang mengajukan diri untuk menghadiri acara itu, biarkan saja dia pergi!” 

Saat ini, Desi bangkit dari sofa dan menarik putrinya. “Dia adalah seorang pria, sudah sepantasnya dia menghadapi situasi seperti itu. Memang kenapa kalau dia dikatai oleh orang–orang? Dia makan dan minum gratis di rumah kita. Kalau melakukan hal seperti ini saja dia nggak bisa, untuk apa kita memeliharanya?!”

Dia tahu, sejak kembali dari kediaman Keluarga Basagita, Luna sangat gelisah. 

Dia juga tahu, kalau Luna menghadiri acara itu, putrinya pasti akan menjadi target 

untuk dipermalukan. 

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

Jadi, dia ingin membiarkan Ardika mewakili putrinya menghadapi semua 

cemoohan.

“Oke, begini saja. Ardika, besok kamu menghadiri acara itu sendiri. Kalau Budi 

melampiaskan amarahnya padamu, tetap diam saja. Jangan berbicara sembarangan lagi seperti sebelumnya. Kalau kamu berani menimbulkan masalah untuk keluarga kami lagi, aku nggak akan mengampunimu!” 

Tanpa memedulikan tanggapan Luna, dia langsung mengambil keputusan mewakili 

1/2 

putrinya. 

“Oke,” kata Ardika sambil menganggukkan kepalanya. 

Walaupun Luna tidak puas dengan keputusan ibunya, tetapi karena Ardika bersikeras untuk mewakilinya menghadiri acara itu, dia juga tidak berdaya. 

Dia menelepon Tina. “Tina, apa kamu menghadiri acara besok? Kalau ya, tolong bantu aku jaga Ardika sebentar. Aku khawatir Budi akan mencari masalah 

dengannya.” 

Sekarang, dia hanya bisa meminta bantuan Tina. Wanita itu bahkan berani menghadapi Romi, tentu saja Budi bukan masalah baginya. 

“Eh? Pria pecundang itu mewakilimu menghadiri acara besok?”

Tina agak terkejut. 

Tentu saja dia ingin Ardika mewakili Luna menghadiri acara besok. Kalau tidak, dia juga tidak akan sengaja melontarkan kata–kata itu kepada Ardika sebelum pergi. 

Hanya saja, dia tidak terlalu berharap. 

Ardika sudah terbiasa mengandalkan wanita dan memiliki karakter yang buruk, mungkin saja sesampai di rumah dia juga tidak akan berinisiatif untuk membahas 

hal ini dengan Luna. 

Luna berkata dengan kesal, “Siapa yang kamu sebut pria pecundang? Kamu nggak boleh mengatainya seperti itu! Sesampai di rumah dan bertemu denganku, dia langsung bilang mau mewakiliku menghadiri acara besok. Dia jauh lebih 

bertanggung jawab dibandingkan pria lainnya!” 

“Oke, oke. Kali ini dia memang bertanggung jawab.” 

Tina tidak membantah ucapan sahabatnya itu. 

Awalnya dia berencana untuk memberi tahu Luna bahwa Ardika sudah 

membohonginya saat berada di Hotel Puritama. Namun, sekarang dia memutuskan untuk melepaskan Ardika terlebih dahulu. 

“Tapi, Luna sayang/besok Ardika harus mengandalkan keberuntungannya sendiri. Aku nggak bisa menghadiri acara itu. Lagi pula, perusahaan kami menolak 

2/3 

undangan dari Asosiasi Bahan Bangunan,” kata Tina dengan tidak berdaya. 

“Ah… baiklah.”

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

Setelah memutuskan sambungan telepon, Luna makin gelisah. 

Karena tidak punya pilihan lain, dia hanya bisa berpesan panjang lebar pada Ardika. “Ardika, kalau besok ada orang yang mencari masalah denganmu, biarkan saja, ya. Lagi pula, Budi adalah orang yang selalu menjaga harga dirinya, seharusnya dia nggak akan bertindak keterlaluan di depan umum.” 

“Oke.” 

Ardika benar–benar tidak berdaya. 

‘Kenapa istriku begitu nggak memercayaiku dan khawatir aku ditindas?‘ 

Keesokan paginya, Luna pergi ke lokasi konstruksi. 

Sebelum keluar, dia berpesan berkali–kali pada suaminya, agar pria itu jangan bertindak gegabah. 

Ardika hanya mengiakan, lalu keluar dengan membawa undangan. 

Lokasi yang tertera di undangan adalah Gedung Universal, terletak di pusat Kota 

Banyuli. 

Karena mobil digunakan oleh Luna untuk ke lokasi konstruksi, Ardika pergi ke gedung itu dengan naik taksi. 

Dia baru pertama kali datang ke Gedung Universal. Namun, begitu keluar dari taksi dan menoleh, dia melihat sebuah gedung pencakar langit berada tepat di seberang gedung ini. 

Kantor pusat Grup Sentosa Jaya juga terletak di sebuah gedung pencakar langit. 

Lokasi penyelenggaraan acara yang dipilih oleh Asosiasi Bahan Bangunan tepat berada di seberang Grup Sentosa Jaya. 

Tanpa perlu dikatakan, maksudnya sudah sangat jelas!