We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Menantu Dewa Obat

Bab 776
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 776 

Axel tampak tertekan: “Kapan… kapan aku mengutuknya?” 

“Aku hanya asal bicara saja!” 

Dengan marah Alina berkata: “Barusan kau bilang cepat atau lambat pasti akan terjadi sesuatu kepadanya!” 

“Kalau ini bukan kutukan lalu apa?” 

“Axel, aku tahu kau sama sekali tidak punya niat baik!” 

“Kau tahu seberapa baiknya adik ketigaku terhadap keluarga kita di masa lalu. Saat keluarga kita masih sangat

miskin, bagaimana adik ketigaku itu membantu keluarga kita?” 

“Tetapi sekarang kau sudah kaya jadi melupakan jasa kebaikannya.” 

“Tidak apa–apa kalau kau meremehkan keluarga adik ketigaku. Tetapi kau juga bersikap sangat kejam dengan

mengutuk putranya agar mendapatkan kecelakaan?” 

“Apa kau masih bisa dianggap sebagai manusia?” 

Axel sangat kesal: “Bukan… bukan itu maksudku!” 

“Maksud aku, kau tidak boleh terlalu memanjakan mereka.” 

“Kau lihat saja si Jayden yang begitu ceroboh itu saat mengemudi, bagai… bagaimana kau bisa mengijinkannya

mengemudi?” 

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

Dengan marah Alina berkata, “Siapa bilang dia yang mengemudikan mobilnya?” 

“Orang pacarnya yang mengemudi koq!” 

Axel cemberut: “Hmm, bilangnya sih pacarnya tetapi siapa yang tahu kalau nanti tangannya gatal dan ingin

mengemudi?” 

Alina sangat marah: “Axel, apa maksudmu?” 

“Kau benar–benar meremehkan keluarga Swan kami, kan?” 

“Lebih baik kau katakan dengan langsung saja tidak usah bertele tele. Kita berdua bisa bercerai!” 

Nara dan Reva yang ada di samping mereka tercengang. 

Ini hanyalah masalah sepele dalam keluarga, bagaimana mereka bisa ribut hingga ingin bercerai? 

Reva berkata dengan mendesak: “Ma, jangan marah.” 

“Ini hanya masalah sepele, apa perlu sampai seperti itu?” 

Dengan marah Alina berkata, “Diam kau!” 

“Bukannya ini semua gara–gara kau?“ 

Nara menjadi cemas: “Ma, apa hubungannya ini dengan Reva?” 

“Mobil ini digunakan oleh papa. Dia mau meminjamkannya atau tidak sepenuhnya merupakan urusan papa.“ 

“Dari awal hingga akhir dia sama sekali tidak mengatakan apapun. Bagaimana kau bisa melibatkannya?” 

Dengan lancar Alina berkata, “Kalau dia tidak kenal dengan si Tiger dan membantunya mendapatkan banyak

keuntungan apa si Tiger itu akan memberikan mobil ini kepadanya?” 

“Kalau hari ini di rumah kita tidak ada mobil ini, apa mungkin akan terjadi hal–hal seperti ini?” 

Nara tercengang. Pemikiran macam apa pula ini? 

Setelah beberapa saat lalu dengan marah Nara berkata, “Ma, kalau menurutmu Reva sudah salah karena

membiarkan papa membawa mobil ini, kau bisa langsung katakan saja.” 

“Aku akan meminta Reva mengemudikan mobil ini sekarang dan lain kali kau tidak perlu menggunakannya lagi,

bagaimana?” 

Alina mendengus dengan dingin tetapi tidak menjawabnya. 

Bagaimana mungkin dia bisa rela membiarkan Reva mengemudikan mobil mewah seperti ini? 

Dia hanya ingin menggunakan kesempatan tadi untuk mengomeli Reva saja. 

Axel mengibaskan tangannya dengan marah: “Cukup!” 

“Masalah ini tidak akan ada habisnya. Keluarga ini masih bisa hidup dengan tenang atau tidak?” 

“Biar aku beritahu kepadamu, kali ini kau sendiri yang meminjamkan mobil ini kepada keponakanmu itu.” 

“Nantinya tidak peduli apapun yang terjadi di luar sana, kau jangan pernah datang mencariku.” 

Alina berteriak lagi: “Kau benar–benar si tua bangka yang tak tahu diri. Kau mengutuk keponakanku lagi!” 

“Aku akan bertarung denganmu!” 

Alina bergegas maju dan hendak mencakarnya. 

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

Axel yang melihat situasinya semakin memburuk segera menyelinap pergi. 

Kalau wanita ini sudah menggila akan sangat sulit dihadapi. 

Alina duduk di sofa dengan marah. Dia tidak berencana untuk membuat masalah dengan Axel tetapi dia hanya

ingin menggunakan kesempatan kali ini untuk menunjukkan posisinya di rumah ini. 

Setelah keributan dan kerusuhan itu setidaknya tidak ada lagi yang berani berdebat dengannya. Dengan begitu bisa

dikatakan tujuannya sudah tercapai. 

“Vivi, ayo kita pergi makan, tak usah pedulikan mereka!” 

Alina menggandeng Vivi dan pergi dengan ekspresi arogan. 

Saat Vivi melewati Reva, dia meludah dengan keras dan ekspresinya penuh dengan tatapan penghinaan terhadap

Reva. 

Nara marah dan hendak berbicara namun dihentikan oleh Reva. 

“Sudah, jangan bertengkar lagi dengannya.” 

“Nanti kalau masalahnya diperbesar, mama akan mengocehimu lagi, untuk apa, kan?” ujar Reva dengan lembut. 

Nara sangat geram sekali: “Tetapi dia sangat keterlaluan!” 

Reva tersenyum: “Tidak masalah.” 

“Orang yang sering keluar malam, suatu hari pasti akan bertemu dengan hantu.” 

“Orang seperti dia ini, kalau sudah sering melakukan hal buruk, nantinya pasti akan mendapatkan balasannya

sendiri.”