We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Menantu Dewa Obat

Bab 737
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 737 

Axel, Alina dan yang lainnya tampak mcrasa semakin canggung. Kedua bocah berandal ini terlalu meremehkan

orang! 

kali ini, lana pun sudah tak sabar lagi. Dia menggebrak meja dan berkata, “Oke, kalian ingin makan sıcak, kan?” 

“Pelayan, hidangkan stcak untuk mereka. Jangan hidangkan lauk lainnya!” 

Pelayan yang sedang berdin ilu dengan sopan berkata, “Maaf, nona, kami tidak menjual steak di sini.” 

Vivi segera mendengus dingin. “Aduhh, kakak sepupu, jangan sok gengsi lah.” 

“Aku dengar, sapi – sapi di negaramu ini digunakan untuk membajak ladang jadi tidak bisa sembarangan dipotong.

Kalau sembarangan membunuh sapi itu ada hukumannya.” 

“Kau masih berlagak mau pesan steak lagi. Hati – hati nanti kau malah dimasukkan ke penjara loh.” 

Hana bahkan merasa lebih geram lagi lalu dengan suara keras berkata, “Kenapa tidak ada steak?” 

“Toko sebesar ini masa tidak menjual steak?” 

Si pelayan berkata dengan canggung, “Maaf nona, restoran kami ini menggunakan sistem member premium.” 

“Biasanya tidak akan ada orang yang memesan makanan kelas bawah seperti itu!” 

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

Begitu kalimat itu dilontarkan, semua orang yang hadir langsung terdiam. 

Keluarga Sumarno langsung tercengang. Setelah beberapa saat, Vivi berseru: “Apa kau bilang?” 

“Kau bilang apa barusan?” 

“Apanya yang makanan kelas level bawah?” 

“Steak, steak, apa kau tahu apa itu?” 

“Steak hanya dimakan oleh orang bule. Seperti yang di film – film itu, apa kau pernah melihatnya?” 

“Kau bilang ini makanan kelas bawah?” 

“Bagaimana bisa ada orang seperti kau yang udak tahu apa – apa menjadi pelayan di restoran ini?” 

Pelayan itu berkata dengan nada datar: “Nona, aku tahu steak yang kau maksudkan itu.” 

“Aku benar – benar minta maaf. Kami benar – benar tidak menjual makanan dengan kelas rendah disini.” 

“Bagaimana kalau kau melihat menunya dulu dan memilih makanan yang lain?” 

Vivi sangat marah sekali: “Kau benar–benar pandai membua!!” 

“Baiklah, aku ingin lihat makanan kelas atas macam mana yang ada di restoranmu ini!” 

Vivi mengambil buku menunya dan melihatnya sebentar. Matanya membelalak lebar hingga manik matanya

seakan mau meloncat keluar. 

“Ini… ini… omong kosong macam apa ini?” 

“Abalon Australia? Kalian punya abalon Australia di sini?” 

“Dan ini… ini kaviar laut dalam? Yang benar? Apa kau tahu betapa mahalnya makanan ini?” 

“Foie Gras Perancis? Bercanda sih ini namanya. Di sini itu Jakarta, bagaimana mungkin bisa ada Foie Gras?” 

“Ehh, ehh, apa ini? Lafite tahun 1982?” 

“Apa kau tahu berapa harga sebotol Lafite tahun 1982?” 

“Orang–orang di negara kalian ini sangat pintar membual juga yah saat membuat buku menu?” 

Anissa juga mengerutkan keningnya, “Alina, mengapa negara ini terlalu melebih–lebihkan semuanya setelah aku

lama tidak pulang ke tanah air?” 

“Dulu waktu aku masih berada di Jakarta, semua orang masih dalam keadaan miskin tetapi setidaknya mereka

masih punya prinsip.” 

“Sedangkan sekarang, kenapa mereka semua menjadi seperti ini?” 

“Aduhh, kita ini kan masih kerabat sendiri, untuk apa gengsi – gengsian seperti ini?” 

“Meskipun kau hanya mampu membelikan aku semangkuk mie saja, aku juga sudah merasa senang.” 

“Bisa bertemu denganmu tanpa perlu makan saja aku sudah merasa sangat senang!” 

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

Sebenarnya tadi Alina merasa sedikit kesal tetapi beberapa kata terakhir yang diucapkan oleh Anissa membuat

matanya memerah. 

Ini adalah adik yang paling dekat dengannya meskipun dia sedikit sombong dan suka meremehkan orang. 

Tetapi setidaknya, dia benar–benar bersikap baik kepadanya. Hubungan dan kasih sayang mereka sebagai kakak

adik itu benar–benar tulus. 

Alina menarik nafas dalam – dalam. “Nissa, sekarang sudah tidak seperti dulu lagi.” 

“Biar aku beritahu kepadamu, restoran ini memang tidak bisa dimasuki oleh sembarang orang.” 

“Diperlukan 500.000 dolar hanya untuk mendapatkan satu kartu membernya saja.” 

“Jadi wajar kalau satu porsi makanan disini berharga ratusan ribu!” 

Mata Anissa melebar: “Yang benar saja?” 

“Alina, kau... kau jangan sembarangan bicara.” ; 

“Ratusan ribu untuk satu porsi makanan? Uang apa itu? Uang Zimbabwe?” 

Hana cemberut: “Ratusan ribu dolar!” 

“Kalau dikonversikan ke poundsterling itu sekitar 10 atau 20 ribuan!” 

Kali ini, Jay dan Vivi membelalakkan mulut mereka lebar – lebar. 

“Apa... apa kau sedang membual?” 

“Seporsi makanan berharga 10 hingga 20ribu poundsterling? Bagaimana mungkin?”